• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA BANK SUMUT

C. Kewenangan Pengadilan Agama dalam Eksekusi Sengketa

184Hasil wawancara dengan Pimpinan Capem Bank Sumut Syariah Cabang Medan Marelan, Bapak Yuna Teruna pada tanggal 8-9Desember 2016

Semenjak diundangkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama, kepastian hukum akan kewenangan instansi peradilan dalam menyelesaikan sengketa perbankan syariah dipertanyakan, apakah merupakan kewenangan peradilan negeri, pengadilan agama ataukah badan arbitrase syariah.

Sebelum adanya undang-undang tersebut, penyelesaian sengketa perbankan syariah justru diselesaikan secara konvensional (pengadilan negeri).

Hukum acara atau prosedur dalam menangani perkara perbankan syariah yang diajukan di lingkungan peradilan agama adalah bentuk hukum acara perdata yang biasa dilaksanakan di peradilan negeri. Hal ini sesuai dengan Pasal 54 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang-Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, “Hukum acara yang berlaku pada pengadilan agama adalah hukum acara perdata yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam undang-undang ini”.185

Hukum acara perdata tersebut sebagaimana yang berlaku di lingkungan peradilan umum, HIR (Het Herzeine Inlandsche Reglement) dan R.Bg (Rechts Reglement Buitengewesten) termasuk ketentuan yang diatur dalam Rv (Reglement of de Rechtsvordering), KUH Perdata, Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Mahkamah

185Cik Basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah: di Pengadilan Agama & Mahkamah Syariah, (Jakarta: Prenada Media group, 2009), hal. 32

Agung dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 Tentang Peradilan Umum serta beberapa peraturan lain yang berkenaan dengan itu.186

Ada 3 (tiga) bentuk kewenangan peradilan agama, pertama; perkara-perkara perdata di luar dibidang ekonomi syariah, yang tunduk pada ketentuan-ketentuan hukum acara perdata sebagaimana yang berlaku di lingkungan peradilan umum, kedua; perkara-perkara di bidang perkawinan yang tunduk pada ketentuan-ketentuan hukum acara khusus sebagaimana dalam Undang-Undang Peradilan Agama itu sendiri, dan ketiga; perkara-perkara dalam bidang jinayah (pidana), yang tunduk pada ketentuan hukum acara pidana yang tidak lain adalah Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).187

Di Indonesia, pengadilan yang berwenang menyelesaikan sengketa perbankan syariah adalah Pengadilan Agama. Semenjak tahun 2006, dengan diamendemennya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama, kewenangan Peradilan Agama diperluas. Di samping berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawaninan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infak, dan shadaqah, Pengadilan Agama juga berwenang untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa di bidang ekonomi syariah.

Pasal 49 huruf i Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dalam penjelasannya, yang dimaksud dengan ekonomi syariah adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang

186Ibid, hal. 89

187Ibid

dilaksanakan menurut prinsip syariah, antara lain meliputi: (a) bank syariah; (b) lembaga keuangan mikro syari’ah; (c) asuransi syariah; (d) reasuransi syariah; (e) reksa dana syariah; (f) obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah; (g) sekuritas syariah; (h) pembiayaan syariah; (i) pegadaian syariah; (j) dana pensiunan lembaga keuangan syariah; dan (k) bisnis syariah.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa Pengadilan Agama berwenang menyelesaikan sengketa perbankan syariah. Kewenangan tersebut tidak hanya dibatasi di bidang perbankan syariah saja, tapi juga di bidang ekonomi syariah lainnya. Kemudian, kewenangan Pengadilan Agama diperkuat kembali dalam Pasal 55 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang menyatakan bahwa penyelesaian sengketa perbankan syariah dilakukan oleh Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama. Namun, Pasal 55 Ayat 2 Undang-Undang Nomor memberi peluang kepada para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan perkara mereka di luar Pengadilan Agama apabila disepakati bersama dalam isi akad. Sengketa tersebut bisa diselesaikan melalui musyawarah, mediasi perbankan, Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) atau lembaga arbitrase lain dan/atau melalui pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum. Pengadilan Negeri yang diberikan kewenangan yang sama dalam menyelesaikan sengketa perbankan syariah memberikan dualisme penyelesaian sengketa dan ketidakpastian hukum serta tumpang tindih kewenangan dalam menyelesaikan suatu perkara yang sama oleh dua lembaga peradilan yang berbeda. Padahal, kewenangan ini jelas merupakan

kewenangan Pengadilan Agama sebagaimana diatur dalam Pasal 49 huruf i Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama.

Ketidakpastian hukum atas terkait adanya dualisme lembaga peradilan dalam penyelesaian sengketa ekonomi syariah, maka dilakukanlah judicial review ke Mahkamah Konstitusi dengan memohon pembatalan Pasal 55 Ayat 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan syariah dengan alasan bertentangan dengan Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945. Pada tanggal 29 Agustus 2013, Majelis Mahkamah Konstitusi membuat putusan atas perkara Nomor 93/PUU-X/2012, mengabulkan sebagian permohonan pemohon dengan, menyatakan bahwa penjelasan Pasal 55 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Lebih lanjut dalam salah satu pertimbangannya, Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa adanya pilihan tempat penyelesaian sengketa (choice of forum) untuk menyelesaikan sengketa perbankan syariah sebagaimana tersebut dalam Penjelasan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 21 Tahun 2008 pada akhirnya akan menyebabkan adanya tumpang tindih kewenangan untuk mengadili, karena ada dua peradilan yang diberikan kewenangan untuk menyelesaikan sengketa perbankan syariah termasuk dalam hal kewenangan dalam melakukan eksekusi, padahal dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama secara tegas dinyatakan bahwa peradilan agama yang berwenang menyelesaikan tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa pihak-pihak yang melakukan akad berdasarkan prinsip-prinsip syariah telah tertutup untuk melakukan pilihan melalui pengadilan di luar Pengadilan Agama. Dengan kata lain bahwa pilihan hukum dinyatakan dihapus dan menjadi kewenangan absolut Pengadilan Agama.188

Pelaksanaan lelang melalui Pengadilan Agama dilakukan apabila potensi keberatan/penolakan atau bahkan gugatan dari debitur/tereksekusi, maka bank pada prakteknya akan mengupayakan alternatif pelaksanaan lelang dengan fiat eksekusi dari Ketua Pengadilan Agama. Dimana Pengadilan Agama akan menyampaikan aanmaning kepada debitur agar debitur datang menghadap pada hari yang ditentukan dan melaksanakan kewajibannya pada bank, apabila aanmaning tidak dipatuhi oleh debitur, maka Pengadilan Agama akan melakukan sita eksekusi atas jaminan debitur tersebut.189

Berbeda halnya apabila lelang melalui penetapan pengadilan, maka Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya harus mengajukan permohonan ke Pengadilan Agama terlebih dahulu. Berikut langkah yang dapat diambil apabila Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya mengajukan permohonan ke Pengadilan Agama:190 a. Kreditur selaku Pemohon lelang mengajukan permohonan lelang kepada Ketua

Pengadilan Agama di wilayah kedudukan kreditur atau di tempat yang sudah

188Ahmad Mujahidin, Prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hal.20

189Hasil wawancara dengan Pimpinan Capem Bank Sumut Syariah Cabang Medan Marelan, Bapak Yuna Teruna pada tanggal 8-9Desember 2016

190Hasil wawancara dengan Pimpinan Capem PT. Bank Sumut Syariah Cabang Medan Marelan, Bapak Yuna Teruna pada tanggal 8-9Desember 2016

ditentukan di dalam akta Perjanjian Kredit atau akta Pengakuan Hutangnya. Jika permohonan lelang disetujui dan karenanya keluar penetapan lelangnya, maka Prosesnya akan dilanjutkan dengan permohonan sita jaminan

b. Setelah keluarnya Penetapan Lelang, dilanjutkan dengan permohonan Sita Jaminan. Apabila penetapan sita sudah keluar, dilanjutkan dgn penyitaan objek lelang kemudian didaftarkan di kantor BPN. Setelah itu Pengadilan Agama mengajukan permohonan SKPT.

c. Setelah keluarnya SKPT tersebut, maka Pengadilan Agama mengajukan permohonan untuk dapat dilaksanakannya Taksasi. Pada proses taksasi ini, yang melakukannya adalah pihak dari kelurahan dan pihak dari Dinas Pekerjaan Umum (PU), untuk dapat ditetapkannya berapa nilai atau harga wajar atas jaminan/barang yang akan dilelang. Setelah didapatkannya harga, maka Kepala Pengadilan akan menetapkan harga limit terendah atas jaminan/barang yang akan dilelang tersebut.

d. Setelah adanya penetapan Harga Limit, maka Pengadilan Agama mengajukan permohonan untuk penjadwalan lelang pada kantor lelang Negara

e. Setelah mendapatkan jadwal lelang, barulah dilaksanakan pengumuman untuk pelaksanaan lelang melalui iklan di surat kabar nasional selama 2 (dua) kali dengan jarak masing-masing 15 (limabelas) hari sampai pada hari pelaksanaan lelang.

Di dalam pelaksanaan pembelian secara lelang, calon pembeli harus menaruh deposit sejumlah uang yang disyaratkan minimal 1 hari sebelum pelaksanaan lelang.

Kemudian melakukan penawaran. Calon pembeli yang melakukan penawaran tertinggi yang akan dinyatakan sebagai pemenang lelang dan berhak untuk memiliki tanah dan bangunan tersebut sesuai harga yang telah ditentukan.191

Setelah dibayarkan harga yang ditetapkan, diikuti dengan pembayaran pajak penghasilan (pph) dan Bea Perolehan Hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), maka pembeli tersebut akan memperoleh akta Risalah Lelang, yang dibuat oleh Pejabat Lelang. Akta risalah lelang ini sama fungsinya dengan akta Jual Beli yang biasa dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) pada proses jual beli biasa. Setelah ada pemenang lelang atas objek lelang, maka pemenang lelang/pembeli tersebut dapat

191Hasil wawancara dengan Pimpinan Capem. Bank Sumut Syariah Cabang Medan Marelan, Bapak Yuna Teruna pada tanggal 8-9Desember 2016

mengajukan permohonan pengosongan kepada Ketua Pengadilan Agama dilanjutkan dengan proses pengosongan atas jaminan/barang dimaksud dengan perintah dari Pengadilan192

192Hasil wawancara dengan Pimpinan Capem Bank Sumut Syariah Cabang Medan Marelan, Bapak Yuna Teruna pada tanggal 8-9Desember 2016

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Bentuk akad syirkah al-mudharabah di Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya sudah sesuai dengan prinsip hukum Islam, baik secara ketentuan pembiayaan, rukun serta syarat pembiayaan syirkah al-mudharabah. Hal ini dapat dilihat dari semua persyaratan akad baik syarat subyek dan obyek akad, dan juga syarat kepastian hukumnya.

2. Pelanggaran yang dilakukan nasabah atas akadsyirkah mudharabah di Bank Sumut Syariah Cabang Marelan dibagi menjadi 2 fase. Fase pertama adalah adanya pelanggaran syarat akad sebelum penarikan pembiayaan. Jenis pelanggarannya adalah nasabah tidak mampu membuat perincian barang yang akan dibiayai. Selain itu, mengajukan dokumen mengenai perincian barang tersebut sudah lewat jatuh tempo yang sudah ditetapkan paling lama 5 hari. Fase kedua adalah nasabah melakukan pelanggaran syarat akad sesudah penarikan pembiayaan. Jenis pelanggaran tersebut seperti penyelewengan pembiayaan mudharabah ke konsumtif, nasabah tidak jujur terkait adanya utang pada pihak lain.

3. Penyelesaian sengketa apabila terjadi permasalahan antara Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya dengan nasabah terkait dengan akad pembiayaan syirkah mudharabah dengan cara musyawarah. Berdasarkan isi akad, permasalahan selalu

diselesaikan dengan cara musyawarah dan apabila tidak menemui titik temu, maka akan diselesaikan melalui Pengadilan Agama. Pada realitasnya, musyawarah diambil untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah yang dilakukan oleh nasabah. Dan apabila nasabah sudah tidak mampu untuk melaksanakan kewajibannya lagi, maka Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya akan mengambil langkah lelang objek agunan tanpa melalui penetapan Ketua Pengadilan Agama Medan

B. Saran

1. Bentuk akad syirkah al-mudharabah tidak dapat dipisahkan dengan aturan yang dibuat berdasarkan Al-Quran dan hadist, karena kedua inilah yang menjadi sumber hukum dalam Islam. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh bank syariah khususnya Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya tetap harus konsisten dalam menjalankan akad syirkah al-mudharabah baik itu dari segi bentuk akad-nya maupun pelaksanaan atas akad-nya.

2. Pelanggaran atas syarat akad pembiayaan pada dasarnya tidak dapat dihindarkan karena setiap kegiatan usaha selalu saja ada risiko yang terjadi baik kecil atau pun besar. Mitigasi risiko yang dilakukan oleh setiap bank sangat penting untuk mencegah risko yang berefek besar sehingga kerugian tidak dapat terjadi.

Kepatuhan pegawai bank atas adanya prosedural di dalam melakukan pemeriksaan calon nasabah dengan cara penerapan 5C harus dapat dilakukan secara efesien sehingga tidak menimbulkan permasalahan mengenai profil nasabah. Oleh karena itu, kepatuhan terhadap pelaksanaan 5C yang dilaksanakan pegawai bank sangat

berpengaruh besar untuk meminimalisir terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh nasabah.

3. Sengketa tidak dapat dihindarkan ketika terjadi perbedaan pendapat antara bank dan nasabah apalagi kalau nasabah tidak melaksanakan kewajibannya. Namun suatu sengketa lebih baik diselesaikan melalui cara musyawarah, karena dianggap lebih cepat, tidak menghabiskan banyak waktu dan biaya. Apalagi dengan cara restrukturiasai adalah langkah untuk memberikan waktu kepada nasabah untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Geri. Mengenal Seluk Beluk Uang. Bogor: Yudhistira. 2007

Al Dardiri. al Syarh al Kabir Hasiyah Dasuki. Jilid III. Mesir: Al Babi al Halabi.

2003

al-Jazari, Abdurrahman. Kitab Al-Fiqh Ala Mazdahib Al-arba’ah. Ceta. Ke-1. Beirut:

Darul Kutub Al-ilmiyah. 2003

Amriani, Nurmaningsih. Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan. Jakarta: PT. Raja Grafindo. 2012

Amrin, Abdullah. Asuransi Syariah. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2006 _____________ Bisnis. Ekonomi. Asuransi dan Keuangan Syariah. Jakarta:

Grasindo. 2009

An-Nabhani, Taqiyyudin . Membangun Sistim Ekonomi Alternatif Perspektif Islam.

Surabaya: Risalah Gusti. 1996

Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah Dari teori Ke Praktik. Cet. I. Jakarta:

Gema Insani. 2001

Asmarawati, Tina. Sosiologi Hukum: Petasan Ditinjau dari Perspektif Hukum dan Kebudayaan. Yogyakarta: Deepublish. 2014

Asmuni dan Siti Mujiatun. Bisnis Syariah: Suatu Alternatif Pengembangan Bisnis yang Humanistik dan Berkeadilan. Medan: Perdana Publishing. 2013

Ayub, Muhammad. Understanding Islamic Finance. (England: John Wiley & Sons.

Ltd. 2007

_______________ Understanding Islamic Finance: A-Z Keuangan Syariah. Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utaman. 2009

Azzam, Abdul Aziz Muhammad. Fiqh Muamalat: Sistem Transaksi Transaksi dalam Fiqh Islam. Jakarta: AMZAH. 2010

Badan Pembinaan Hukum Nasional. Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Pengaturan Perbankan Syariah di Indonesia. Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional. 2003

Basir, Cik. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah: di Pengadilan Agama &

Mahkamah Syariah. Jakarta: Prenada Media group. 2009

Basyir, Ahamd Azar. Asas-Asas Hukum Muamalat. Cet. Ke-2. Yogyakarta: UII Press.

2004

Daymon, Christine & Immy Holloway. Metode-Metode Riset Kualitatif dalam Public Relations dan Marketing Communications. Yogyakarta: Bentang. 2008

Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan.edisi kedua. Jakarta: Ghalia. 2003 Djamil, Fathurrahman. Penerapan Hukum Perjanjian. Jakarta: Sinar Grafika.

2012

Djamil, Faturrahman. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah.

Jakarta: Sinar Grafika. 2012

Djuwaini, Dimyauddin. Pengantar Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Pustaka Kencana.

2010

Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad. Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010

Firdaus, Muhammad. Sofiniha Ghufron. Cara Mudah Memahami Akad-Akad Syariah. Jakarta: Renaisan. 2005

Furywardhana, Firdaus. Akuntansi Syariah di Lembaga Keuangan Syariah.

Yogyakarta: CV. Diandra Primamitra Media. 2009

Gemala Dewi. Hukum Perikatan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana. 2005 Ghazaly, Abdul Rahman. Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana. 2010

Hadjon, Philipus M.. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. Surabaya: Bina Ilmu. 1987

Hariyani, Iswi dan R. Serfianto Dibyo Purnomo. Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal: Strategi Tepat Investasi Saham. Obligasi. Waran. Right. Opsi.

Reksadana dan Produk Pasar Modal Syariah. (Jakarta: Transmedia Pustaka.

2010

Hartono, Sunaryati. Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional. Bandung:

Alumni. 1991

Hidayat, Taufik. Buku Pintar Investasi Syariah. Jakarta: PT. Transmedia. 2011 Hirsanuddin. Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: Genta Press.

2008

Imaroh, Muhammad. Perang Terminologi Islam Versus Barat. Jakarta: Robbani Press. 1998

Irianto, Edi Slamet. Pajak. Kepemimpinan dan Masa Depan Lintas Generasi. Jawa Tengah: Kakanwil Direjen Pajak Jateg. 2015

Irianto, Sulistyowati dan Antonius Cahyadi. Runtuhnya Sekat Perdata dan Pidana:

Studi Peradilan Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2008

Ismail. Manajemen Perbankan dan Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana. 2010 Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia. 2001

Kerlinger, Fred N. Asas-Asas Penelitian Beahvioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2004

Komunitas Ekonomi Syariah. Kamus Istilah Perbankan. Asuransi dan Pasar Modal Syariah Plus Zakat Jakarta: Shaih. 2016

Matheer, Muksin. 1001 Tanyan Jawab Dalam Islam. Jakarta: Penerbit HB. 2015 Muchsin. Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia. Surakarta;

magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2003 Mujahidin, Ahmad. Prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Indonesia.

Bogor: Ghalia Indonesia. 2010

Muljono, Djoko. Menyiasati Pajak dengan Bijak. Yogyakarta: Andi Offset. 2009 Mulyati, Etty. Kredit Perbankan: Aspek Hukum dan Pengembangan Usaha Mikro

Kecil dalam Penbangunan Perekonomian Indonesia. Bandung: PT. Refika Aditama. 2016

Munir Fuady. Hukum Kontrak: Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti. 2007

Qumaihah, Jabir. Beroposisi Menurut Islam. Jakarta: Gema Insani Press. 1990

Rachmat, Syafe’i. H. Fiqh Muamalah. Bandung: Pustaka Setia. 2001 Raharjo, Satijipto. Ilmu Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 2000

Rahmadi, Takdir. Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat.

Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada. 2012

Rasjidi, Lili dan I.B Wysa Putra. Hukum Sebagai Suatu Sistem. Bandung: Remaja Rusdakarya. 1993

Rivai, Veithrizal dan Andria Permanda. Credit Management Handbook: Teori.

Konsep. Prosedur dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa. Bankir dan Nasabah. Jakarta: PT. Grafindo Persada. 2006

Rivai, Veithzal Dkk. Bank and Financial Institution. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2007

Rokan, Mustafa Kamal. Bisnis ala Nabi: Teladan Rasulullah SAW dalam Berbisnis.

Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka. 2014

Romdhon, Muhammad Rizqi. Jual Beli Online Menurut Madzhab Asy-Syafi’I.

Bandung: Pustaka Cipasung. 2015

Saija, R. dan Iqbal Taufik. Dinamika Hukum Islam Indonesia.

Yogyakarata:Deepublish. 2016

Saleh, Muhammad Syukir. Muhyarsyah. dkk. Islamisasi Pembangungan. Medan:

UMSU PRESS. 2014

Setiawan. M. Nur Kholis dan Soetapa. Meniti Kalam Kerukunan: Beberapa Istilah Kunci Dalam Islam dan Kristen. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. 2010

Setiono. Rule of Law (Supremasi Hukum). Surakarta; Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2004

Siamat, Dahlan. Manajemen Bank Umum. Jakarta: Intermedia. 1993

Sumardjono, Maria S. W.. Kebijakan Pertanahan: Antara Regulasi dan Implementasi. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. 2001

Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003

Susanto, Happy. Pembagian Harta Gono-Gini Saat Terjadi Perceraian. Jakarta:

Transmedia Pustaka. 2008

Sutojo, Siswanto. Menangani Kredit Bermasalah: Konsep. teknik dan kasus. Jakarta:

PT. Pustaka Binaman Pressindo. 1997

Syafei, Rachmat. Fiqih Muamalah Bandung: CV Pustaka Setia. 2000

Syafi’I, Antonio Muhammad. Bank Syariah: dari Teori ke Praktik. cetakan keempat belas. Jakarta: Tazkia Cendekia. 2009

Thaib, H. M. Hasballah. Hukum Aqad (Kontrak) Dalam Fiqih Islam Dan Praktek Di Bank Sistem Syariah. Medan: Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. 2005

Tim Penulis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Indonesia Economy Outlokk 2010: Ekonomi Makro. Demografi. Ekonomi Syariah. Jakarta: Kompas Gramedia Group. 2010

Usman, Rachmadi. Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama. 2001

Usmani, Muhammad Taqi. An Introduction to Islamic Finance. Karaci: Idara Ishaat E Diniyat (P) Ltd. 1998

Wahyudi, Imam. Fenny Rosmanita. dkk. Risk Management for Islamic Banks: Recent Developments from Asia and the Middle East. Singapore: John Wiley & Sons.

2015

Waryono Abdul Ghafur. Tafsir Sosial. Yogyakarta: eLSAK Press. 2005

Widjaya. Gunawan. Memahami Prinsip Keterbukaan (Aanvullend Recht) dalam Hukum Perdata. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2006

Wiyono, Slamet. Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta:

Grasindo. 2005

Yasid, Abu. Islam Moderat. Jakarta: Erlangga. 2007

Zuhaily, Wahbah. Fiqih al – Islami wa Adillatuhu. Beirut: Dar Fikr al-Muashir. 2005