• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PELANGGARAN YANG DILAKUKAN NASABAH ATAS

D. Pembiayaan Bermasalah Sebagai Bentuk Implikasi Adanya

Di dalam peraturan Bank Indonesia tidak dijumpai pengertian dari pembiayaan bermasalah, namun dalam setiap satistik perbankan syariah yang diterbitkan Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia dapat dijumpai istilah Non Performing

Financings (NPFs) yang diartikan sebagai pembiayaan non-lancar mulai dari kurang lancar sampai dengan macet.148

Sedangkan menurut Veithzal Rivai,149 pengertian pembiayaan bermasalah terbagi dari beberapa pengertian, yaitu:

1. Pembiayaan yang di dalam pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang diingingkan oleh pihak bank

2. Pembiyaan yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko dikemudian haris bagi bank dalam arti luas

3. Mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan atau pembayaran bunga, denda keterlambatan serta biaya-biaya bank yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan

4. Pembiayaan di mana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama apabila sumber-sumber pembayaran kembali yang diharapkan, diperkirakan tidak cukup untuk membayar kembali pembiayaan, sehingga belum memenuhi target yang diinginkan oleh bank

5. Pembiyaan di mana terjadi cidera janji dalam pembayaran kembali sesuai perjanjian, sehingga terdapat tunggakan atau ada potensu kerugian di perusahaan nasabah sehingga memiliki kemungkinan timbulnya risiko dikemudian hari bagi bank dalam arti luas

6. Pembiayaan golongan perhatian khusus, kurang lancer, diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi menunggak

Menurut Ismail,150 pembiayaan bermasalah merupakan kredit yang telah disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank dan nasabah. Kategori kolektibilitas pembiayaan berdasarkan ketentuan yang dibuat

148Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2012), hal. 66

149Veithrizal Rivai dan Andria Permanda, Credit Management Handbook: Teori, Konsep.

Prosedur dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir dan Nasabah, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2006), hal. 475

150Ismail, Manajemen Perbankan dan Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta: Kencana, 2010), hal.

123

Bank Indonesia berdasarkan surat keputusan direksi Bank Indonesia nomor 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 adalah sebagai berikut :151

1. Kredit lancar, adalah kredit yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga.

2. Kredit kurang lancar, adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama tiga bulan dari waktu yang diperjanjikan.

3. Kredit diragukan, adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 6 bulan atau dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan.

4. Kredit macet, adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan.

Pembiayaan atau kredit macet atau loan problem adalah kredit yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor-faktor atau unsur kesengajaan atau karena kondisi di luar kemampuan debitur.152 Menurut, suatu kredit digolongkan ke dalam kredit macet bilamana:153

1. Tidak dapat memenuhi kriteria kredit lancar, kredit kurang lancar dan kredit diragukan; atau

151Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan,edisi kedua, (Jakarta: Ghalia, 2003), hal. 85

152Dahlan Siamat, Manajemen Bank Umum, (Jakarta: Intermedia, 1993), hal. 220

153Siswanto Sutojo, Menangani Kredit Bermasalah: Konsep, teknik dan kasus, (Jakarta: PT.

Pustaka Binaman Pressindo, 1997), hal..331.

2. Dapat memenuhi kriteria kredit diragukan, tetapi setelah jangka waktu 21 bulan semenjak masa penggolongan kredit diragukan, belum terjadi pelunasan pinjaman, atau usaha penyelamatan kredit; atau

3. Penyelesaian pembayaran kembali kredit yang bersangkutan, telah diserahkan kepada pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang Negara (BUPN), atau telah diajukan permintaan ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit.

Sedangkan berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998, kredit macet adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan

Berdasarkan SE Bank Indonesia Nomor: 09/PJ.42/1999 yang menggolongkan kredit, yaitu; "Lancar", "Perhatian Khusus", "Kurang Lancar", "Diragukan", dan

"Macet" dengan pengertian dibawah ini, yaitu:

1. Kredit digolongkan sebagai kredit "Lancar", apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu b. Memiliki mutasi rekening yang aktif

c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).

2. Kredit digolongkan sebagai kredit dalam "Perhatian Khusus", apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:'

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 90 (sembilan puluh) hari

b. Kadang-kadang terjadi cerukan c. Mutasi rekening relatif aktif

d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan e. Didukung oleh pinjaman baru.

3. Kredit digolongkan sebagai kredit "Kurang Lancar", apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 (sembilan puluh) hari

b. Sering terjadi cerukan

c. Mutasi rekening relatif rendah

d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 (sembilan puluh) hari

e. Terdapat likuidasi masalah keuangan yang dihadapi debitur f. Dokumentasi pinjaman lemah

4. Kredit digolongkan sebagai kredit "Diragukan", apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari

b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen

c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 (seratus delapan puluh) hari d. Terjadi kapitalisasi bunga

e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun peningkatan jaminan

5. Kredit digolongkan sebagai kredit "Macet", apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru

c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar

Berdasarkan Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/22/DPbS tanggal 18 Oktober 2006 tentang Penilaian Aktiva Produktiv Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, terdapat beberapa kualitas pembiayaan yang dikatakan lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. Berikut penjelasannya:

PROSPEK USAHA KONDISI

Potensi pertumbuhan usaha Potensi baik

Kondisi pasar dan persaingan Pasar stabil, tidak terpengaruh kondisi ekonomi

Memadai dan belum pernah mengalami perselisihan/pemogokan

Dukungan dari grup dan afiliasi Stabil dan mendukung usaha

Pemeliharaan lingkungan hidup Sesuai peraturan perundang-undangan

KINERJA NASABAH KONDISI

Perolehan laba Sama atau lebih tinggi dari target dan tabil

Struktur permodalan Kuat, jumlah hutang lebih rendah modal

Likuiditas dan arus kas Kuat

Memenuhi kewajiban tanpa sumber lain Sensitivitas terhadap risiko pasar Portofolio yang sensitive terhadap

perubahan valas relative sedikit

KEMAMPUAN MEMBAYAR KONDISI

Angsuran pokok dan pembayaran bagi hasil/margin/ujrah

Angsuran pokok tepat waktu RP sama atau lebih dari 80% PP (khusus mudharabah dan musyarakah) Ketersediaan dan keakuratan informasi

keuangan nasabah

Selalu teratur dan akurat Kelengkapan dokumentasi Lengkap dan kuat Kepatuhan terhadap persyaratan Patuh

Kewajaran sumber pembayaran Dapat diidentifikasi dengan jelas Sesuai dengan struktur/jenis pembiayaan

PROSPEK USAHA KONDISI

Potensi pertumbuhan usaha Terbatas

Kondisi pasar dan persaingan Pasar baik, tidak banyak dipengaruhi kondisi ekonomi Dukungan dari grup dan afiliasi Stabil dan netral

Pemeliharaan lingkungan hidup Belum mencapai perundang-undangan Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia

Tabel II

Penggolongan pembiayaan dalam perhatian khusus

KINERJA NASABAH KONDISI

Perolehan laba Potensi menurun

Struktur permodalan Pemilik mampu member modal tambahan

Likuiditas dan arus kas Umumnya baik

Mampu memenuhi kewajiban namun ada indikasi masalah

Sensitivitas terhadap risiko pasar Beberapa portofolio sensitive terhadap perubahan valas

KEMAMPUAN MEMBAYAR KONDISI

Angsuran pokok dan pembayaran bagi hasil/margin/ujrah

Tunggakan angsuran pokok sampai 90 hari

RP sama atau lebih dari 80% PP (khusus mudharabah dan musyarakah) Ketersediaan dan keakuratan informasi

keuangan nasabah

Selalu teratur dan akurat Kelengkapan dokumentasi Lengkap dan kuat Kepatuhan terhadap persyaratan Cukup patuh Kewajaran sumber pembayaran Dapat diidentifikasi

Kurang sesuai dengan struktur/jenis pembiayaan

PROSPEK USAHA KONDISI

Potensi pertumbuhan usaha Stagnan

Kondisi pasar dan persaingan Pasar dipengaruhi kondisi ekonomi dan Banyak pesaing, dapat pulih dengan strategi bisnis baru

Dukungan dari grup dan afiliasi Mulai memberatkan nasabah Pemeliharaan lingkungan hidup Penyimpangan yang cukup material

KINERJA NASABAH KONDISI

Perolehan laba Lebih rendah dari target

Struktur permodalan Rasio utang terhadap modal cukup tinggi

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia

Tabel III

Penggolongan pembiayaan kurang lancar

Likuiditas dan arus kas Terbatas

Nasabah hanya mampu membayar sebagian angsuran

Sensitivitas terhadap risiko pasar Kegiatan usaha terpengaruh perubahan valas

KEMAMPUAN MEMBAYAR KONDISI

Angsuran pokok dan pembayaran bagi hasil/margin/ujrah

Tunggakan angsuran pokok 90-120 hari 30% PP<Rp<80% (khusus mudharabah dan musyarakah)

Ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan nasabah

Tidak teratur dan akurat Kelengkapan dokumentasi Kurang lengkap dan lemah

Kepatuhan terhadap persyaratan Pelanggaran prinsipal dan perpanjangan pembiayaan untuk menyembunyikan kesulitan keuangan

Kewajaran sumber pembayaran Berasal dari sumber lain

Kurang sesuai secara cukup material

PROSPEK USAHA KONDISI

Potensi pertumbuhan usaha Menurun

Kondisi pasar dan persaingan Pasar sangat dipengaruhi kondisi ekonomi, dan persaingan ketat, Tenaga kerja berlebihan dan terdapat perselisihan yang berdampak material Dukungan dari grup dan afiliasi Memberatkan nasabah

Pemeliharaan lingkungan hidup Penyimpangan yang material

KINERJA NASABAH KONDISI

Perolehan laba Laba negatif, kerugian operasional dibiayai penjualan asset

Struktur permodalan Rasio utang terhadap modal tinggi Likuiditas dan arus kas Sangat rendah

Tidak mampu membayar angsuran pembiayaan. Pembiayaan baru untuk Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia

Tabel IV

Penggolongan pembiayaan diragukan

membayar kewajiban jatuh tempo Sensitivitas terhadap risiko pasar Kegiatan usaha terancam perubahan

valas

KEMAMPUAN MEMBAYAR KONDISI

Angsuran pokok dan pembayaran bagi hasil/margin/ujrah

Tunggakan pokok 120-180 hari

RP kurang lebih 30% selama 3 periode Ketersediaan dan keakuratan informasi

keuangan nasabah

Tidak teratur dan meragukan Kelengkapan dokumentasi Tidak lengkap dan lemah Kepatuhan terhadap persyaratan Pelanggaran prinsipal terhadap

persyaratan pokok/utama Kewajaran sumber pembayaran Tidak diketahui

Kurang sesuai secara material

PROSPEK USAHA KONDISI

Potensi pertumbuhan usaha Cenderung berhenti

Kondisi pasar dan persaingan Kehilangan pasar sejalan dengan kondisi ekonomi

Kualitas manajemen dan masalah tenaga kerja

Manajemen sangat lemah

Terjadi pemogokan yang sulit diatasi dan berdampak material

Dukungan dari grup dan afiliasi Sangat merugikan nasabah Pemeliharaan lingkungan hidup Kemungkinan untuk dituntut di

pengadilan

KINERJA NASABAH KONDISI

Perolehan laba Kerugian besar, tidak mampu memenuhi semua kewajiban Struktur permodalan Rasio utang terhadap modal sangat

tinggi

Likuiditas dan arus kas Kesulitan likuiditas

Tidak mampu menutup biaya produksi.

Pembiayaan baru untuk menutup kerugian operasional

Sensitivitas terhadap risiko pasar Kegiatan usaha terancam fluktuasi valas

Tabel V

Penggolongan pembiayaan macet Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia

KEMAMPUAN MEMBAYAR KONDISI Angsuran pokok dan pembayaran bagi

hasil/margin/ujrah

Tunggakan pokok melebihi 180 hari RP lebih kurang 30% PP lebih dari 3 periode

Kewajaran sumber pembayaran Tidak ada Tidak sesuai

Pelanggaran atau tidak dilaksanakannya akad pada prinsipnya telah meletakkan posisi nasabah sebagai pihak yang mengalami pembiayaan bermasalah. Ketika nasabah sudah dalam posisi pembiayaan bermasalah maka pada saat itu pula nasabah sudah melakukan cidera janji atau wanprestasi. Cidera janji atau wanprestasi memiliki arti bahwa debitur tidak melaksanakan kewajibannya sesuai yang telah disepakati.

Gunawan Widjaya dalam bukunya berjudul “Memahami Prinsip Keterbukaan (Aanvullend Recht) dalam Hukum Perdata”menjelaskan bahwa wanprestasi adalah istilah yang menunjuk pada ketiadalaksanaan prestasi oleh debitur dan bentuk ketiadalaksanaan itu terdiri dari 4 (empat) wujud, yaitu:154

a. Debitur sama sekali tidak melaksanakan kewajibannnya

b. Debitur tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana mestinya/ melaksanakan kewajibannya tetapi tidak sebagaimana mestinya

c. Debitur tidak melaksanakan kewajibannya pada waktunya d. Debitur melaksanakan sesuatu yang tidak diperbolehkan

154Gunawan Widjaya. Memahami Prinsip Keterbukaan (Aanvullend Recht) dalam Hukum Perdata., (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 357

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia

Menurut Munir Fuady wanprestasi itu ada tiga bentuk, yaitu:155 a. Wanprestasi berupa tidak memenuhi prestasi

b. Wanprestasi berupa terlambat memenuhi prestasi c. Wanprestasi berupa tidak sempurna memenuhi prestasi

Pada umumnya, suatu wanprestasi baru terjadi jika debitur dinyatakan telah lalai untuk memenuhi prestasinya, atau dengan kata lain, wanprestasi ada kalau debitur tidak dapat membuktikan bahwa ia telah melakukan wanprestasi itu di luar kesalahannya atau karena keadaan memaksa. Apabila dalam pelaksanaan pemenuhan prestasi tidak ditentukan tenggang waktunya, maka seorang kreditur dipandang perlu untuk memperingatkan/menegur debitur agar ia memenuhi kewajibannya. Teguran ini disebut dengan sommatie (Somasi). Dengan adanya teguran ini baru dapat dikatakan debitur dalam keadaan wanprestasi156

Wanprestasi dapat terjadi karena kesengajaan debitur untuk tidak mau melaksanakannya maupun karena kelalaian debitur untuk tidak melaksanakannya.

Debitur adalah berwajib memberikan ganti biaya, rugi dan bunga kepada debitur, apabila ia telah membawa dirinya dalam keadaan tidak mampu untuk menyerahkan kebendaannya atau telah tidak merawatnya sepatutnya guna menyelamatkannya.157

Berdasarkan penjelasan di atas maka dipahami bahwa seorang nasabah yang sudah melakukan wanprestasi adalah ketika digolongkan pembiayaan perhatian

155Munir Fuady, Hukum Kontrak: Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007), hal. 89

156Ibid. hal. 100

157Pasal 1236 KUHPerdata.

khusus. Apabila pembiayaan yang tergolong perhatian khusus sesuai dengan Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/22/DPbS tanggal 18 Oktober 2006 tentang Penilaian Aktiva Produktif Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dikaitkan dengan akad pembiayaan mudharabah yang ada di Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya maka nasabah sudah dalam keadaan wanprestasi atau cidera janji karena tidak melaksanakan syarat akad yang mana nasabah diwajibkan mengembalikan pembiayaan pokok dan pembagian keuntungan setiap awal bulan. Nasabah yang sudah digolongkan dalam pembiayaan perhatian khusus adalah nasabah yang sudah menunggak angsuran selama 90 (Sembilan puluh) hari.158

Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya sebenarnya tidak diharuskan melakukan surat pemberitahuan, surat teguran atau surat lainnya terkait dengan wanprestasinya seseorang atau tidak. Hal ini sesuai dengan isi Pasal 13 mengenai Cidera Janji/Wanprestasi. Akan tetapi Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya tetap memberitahukan secara tertulis kepada pihak nasabah yang terlambat melakukan pembayaran. Ini dilakukan sebagai maksud agar nasabah tetap dapat membayar walaupun sudah lewat jatuh tempo.159

Secara hukum, Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya dapat melakukan permohonan lelang atas jaminan nasabah yang sudah menunggak pembayarannya,

158Hasil wawancara dengan Pimpinan Capem Bank Sumut Syariah Cabang Medan Marelan Raya, Bapak Yuna Teruna pada tanggal 8-9Desember 2016

159Hasil wawancara dengan Pimpinan Capem Bank Sumut Syariah Cabang Medan Marelan Raya, Bapak Yuna Teruna pada tanggal 8-9Desember 2016

namun pandangan lain yaitu dari segi ekonomi tidak seperti itu. Pengembalian pembiayaan pokok serta bagian keuntungan lebih penting dari pada

langkah hukum yang memakan waktu bahkan biaya. Maka dalam hal ini Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya akan melakukan negosiasi ulang kepada nasabah yang pembiayaannya sudah tidak baik. Namun lain halnya apabila pembiayaan nasabah sudah dalam tahap diragukan apalagi macet. Karena dalam kondisi tersebut, kemungkinan untuk dikembalikannya dana bank sangat tidak mungkin.160

Surat pemberitahuan berbentuk peringatan yang disampaikan Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya adalah sebanyak tiga kali. Tahapan ini dilakukan dalam jangka waktu satu bulan. Apabila bulan pertama nasabah menunggak, maka dilakukan pemberitahuan secara tertulis yang pertama. Menunggak bulan kedua, maka dilakukan pemberitahuan secara tertulis yang kedua. Dan apabila pada bulan ke tiga menunggak, maka dilakukan pemberitahuan secara tertulis yang ketiga dan terakhir. Setelah itu Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya dapat melakukan lelang objek agunan milik nasabah.161

160Hasil wawancara dengan Pimpinan Capem Bank Sumut Syariah Cabang Medan Marelan Raya, Bapak Yuna Teruna pada tanggal 8-9Desember 2016

161Hasil wawancara dengan Pimpinan Capem PT. Bank Sumut Syariah Cabang Medan Marelan, Bapak Yuna Teruna pada tanggal 8-9Desember 2016

BAB IV

[[

PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA BANK SUMUT SYARIAH CABANG MARELAN RAYA MEDAN DENGAN NASABAH

TERKAIT DENGAN AKAD PEMBIAYAAN SYIRKAH AL-MUDHARABAH

Tidak ada satupun manusia di atas permukaan bumi ini ingin terlibat dalam sengketa, karena sengketa akan menimbulkan permasalahan dan rentan terjadinya permusuhan. Namun pada faktanya sengketa dapat terjadi pada siapa saja dan dimana saja. Secara pengertian, sengketa adalah suatu situasi dimana ada pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain yang kemudian pihak tersebut menyampaikan ketidakpuasan ini kepada pihak lainnya yaitu pihak kedua. Jika situasi ini menunjukkan perbedaan pendapat, maka terjadilah apa yang dinamakan dengan sengketa. Dalam konteks hukum khususnya hukum perjanjian, yang dimaksud dengan sengketa adalah perselisihan yang terjadi antara para pihak karena adanya pelanggaran terhadap kesepatakan yang telah dituangkan dalam suatu perjanjian tersebut, baik sebagaian maupun keseluruhan. Dengan kata lain telah terjadilah wanprestasi oleh pihak-pihak atau salah satu pihak.162

Menurut Takdir Rahmadi,163 sengketa adalah situasi dan kondisi di mana orang-orang saling mengalami perselisihan yang bersifat faktual maupun perselisihan-perselisihan yang ada pada persepsi mereka saja.

162Nurmaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012), hal. 12

163Takdir Rahmadi, Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat, (Jakarta:

PT. Radja Grafindo Persada, 2012), hal. 1

Berdasarkan teori yang ada, timbulnya sengketa dikarenakan beberapa sebab, yaitu:164

1. Teori hubungan masyarakat, menitikberatkan adanya ketidakpercayaan dan rivalisasi kelompok dalam masyarakat. Parapenganut teori ini memberikan solusi-solusi terhadap konflik-konflik yang timbul dengan cara peningkatan komunikasi dan saling pengertian antara kelompok-kelompok yang mengalami konflik, serta pengembangan toleransi agar masyarakat lebih bisa saling menerima keberagaman dalam masyarakat.

2. Teori negosiasi prinsip menjelaskan bahwa konflik terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan diantara para pihak. Para penganjur teori ini berpendapat bahwa agar sebuah konflik dapat diselesaikan, maka pelaku harus mampu memisahkan perasaan pribadinya dengan masalah-masalah dan mampu melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan dan bukan pada posisi yang sudah tetap

3. Teori identitas. Teori ini menjelaskan bahwa konflik terjadi karena sekelompok orang merasa identitasnya terancam oleh pihak lain. Penganut teori identitas mengusulkan penyelesaian konflik karena identitas yang terancam

dilakukan melalui fasilitasi lokakarya dan

dialog antara wakil-wakil kelompok yang mengalami konflik dengan tujuan mengidentifikasikan ancaman-ancaman dan kekhawatiran yang mereka rasakan serta membangun empati dan rekonsiliasi. Tujuan akhirnya adalah pencapaian kesepakatan bersama yang mengakui identitas pokok semua pihak.

4. Teori kesalahpahaman antar budaya menjelaskan bahwa konflik terjadi karena ketidakcocokan dalam berkomunikasi diantara orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda. Untuk itu, diperlukan dialog antara orang-orang yang mengalami konflik guna mengenal dan memahami budaya masyarakat lainnya, mengurangistereotipeyang mereka miliki terhadap pihak lain.

5. Teori transformasi. Teori ini menjelaskan bahwa konflik dapat terjadi karena adanya masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan serta kesenjangan yang terwujud dalam berbagai aspek kehidupanmasyarakat baik sosial, ekonomi maupun politik. Penganut teori ini berpendapat bahwa penyelesaian konflik dapat dilakukan melalui beberapa upaya seperti perubahan struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan ketidaksetaraan, peningkatan hubungan, dan sikap jangka panjang para pihak yang mengalami konflik, serta pengembangan proses-proses dan sistem untuk mewujudkan pemberdayaan, keadilan, rekonsiliasi dan pengakuan keberadaan masing-masing.

6. Teori kebutuhan dan kepentingan manusia. Pada intinya, teori ini mengungkapkan bahwa konflik dapat terjadi karena kebutuhan atau kepentingan manusia tidak dapat terpenuhi/ terhalangi atau merasa dihalangi oleh orang/ pihak lain.

Kebutuhan dan kepentingan manusia dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu

164Takdir Rahmadi, Op. Cit, hal. 8-10

substantif, prosedural, dan psikologis. Kepentingan substantif (substantive) berkaitan dengan kebutuhan manusia yang yang berhubungan dengan kebendaan seperti uang, sandang, pangan, papan/rumah, dan kekayaan.

Kepentinganprosedural (procedural) berkaitan dengan tata dalam pergaulan masyarakat, sedangkan kepentingan psikologis (psychological) berhubungan dengan non-materiil atau bukan kebendaan seperti penghargaan dan empati.

Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat dipahami bahwa sengketa yang muncul antara Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya dengan nasabah dikarenakan teori kebutuhan dan kepentingan manusia. Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya sebagai subjek hukum yang memiliki dan dapat menjalankan hak dan kewajiban dalam pergaulan bermasyarakat secara kebutuhan atau kepentingannya tidak dapat dipenuhi atau dihalangi oleh pembiayaan yang bermasalah. Kebutuhan yang dimaksud adalah pengembalian modal atau uang yang secara kepentingan dimaksud dengan kepentingan substantif. Kepentingan substantif ini sangat penting untuk dikembalikan oleh nasabah karena akan dijadikan oleh Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya sebagai modal untuk diputar kembali kepada calon nasabah lain yang membutuhkan apalagi Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya sebagai lembaga badan hukum yang menjalankan roda usaha yang berorientasi pada keuntungan tentu saja akan mencari laba. Timbulnya pembiayaan bermasalah, akan merusak kinerja PT. Bank Sumut Syariah Cabang Marelan dan mengurangi laba atau keuntungan.165

Selain pada kepentingan substantif di atas, terdapat kepentingan prosedural yang tidak terpenuhi. Pergaulan yang dimaksud dalam kepentingan ini adalah

165Hasil wawancara dengan Pimpinan CapemBank Sumut Syariah Cabang Medan Marelan, Bapak Yuna Teruna pada tanggal 8-9Desember 2016

pergaulan yang ditimbulkan dalam hubungan perjanjian. Sebagai pihak yang menjalankan akad (perjanjian) antara Bank Sumut Syariah Cabang Cabang Marelan Raya dengan nasabah, maka sangat penting yang disebut dengan kepercayaan dalam

pergaulan yang ditimbulkan dalam hubungan perjanjian. Sebagai pihak yang menjalankan akad (perjanjian) antara Bank Sumut Syariah Cabang Cabang Marelan Raya dengan nasabah, maka sangat penting yang disebut dengan kepercayaan dalam