• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN DENGAN PRINSIP SYIRKAH AL-MUDHARABAH PADA PT. BANK SUMUT SYARIAH CABANG MARELAN RAYA MEDAN TESIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS HUKUM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN DENGAN PRINSIP SYIRKAH AL-MUDHARABAH PADA PT. BANK SUMUT SYARIAH CABANG MARELAN RAYA MEDAN TESIS."

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

RIZKI NURUL HUDA 147011011 / M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

RIZKI NURUL HUDA 147011011 / M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(3)

Nama Mahasiswa : RIZKI NURUL HUDA Nomor Pokok : 147011011

Program Studi : KENOTARIATAN

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. H. M. Hasballah Thaib, MA, PhD)

Pembimbing Pembimbing

(Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN) (Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum) (Prof.Dr.Budiman Ginting,SH,MHum)

Tanggal lulus : 26 April 2017

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. H. M. Hasballah Thaib, MA, PhD Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN

2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 3. Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum

4. Dr. Idha Aprilyana Sembiring, SH, MHum

(5)

Nama : RIZKI NURUL HUDA

Nim : 147011011

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : ANALISIS HUKUM TERHADAP AKAD

PEMBIAYAAN DENGAN PRINSIP SYIRKAH AL- MUDHARABAH PADA PT. BANK SUMUT SYARIAH CABANG MARELAN RAYA MEDAN

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama : RIZKI NURUL HUDA Nim : 147011011

(6)

dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama, sedangkan kerugian yang diderita menjadi tanggungan pemilik modal. Penelitian ini memiliki 3 (tiga) permasalahan, yaitu; Apakah bentuk akad pembiayaan syirkah al-mudharabah di Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya sudah sesuai dengan prinsip hukum Islam, Pelanggaran apa saja yang dilakukan nasabah atas syarat akad pembiayaan di dalam syirkah al-mudharabah di Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya, Bagaimana penyelesaian sengketa apabila terjadi permasalahan antara Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya dengan nasabah terkait dengan akad pembiayaan syirkah al- mudharabah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu yuridis normatif yang bersifat deskriptif analisis. Dalam metode penelitian yuridis normatif tersebut akan menelaah secara mendalam terhadap peraturan perundang-undangan, hukum islam yurisprudensi mengenai akad pembiayaan syirkah al-mudharabah. Teknik pengumpulan data dalam tesis ini dilakukan secara studi kepustakaan dan wawancara.

Bentuk akad syirkah al-mudharabah di Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya sudah sesuai dengan prinsip hukum Islam, Al-Quran dan hadist, baik secara ketentuan pembiayaan, rukun serta syarat pembiayaan syirkah al-mudharabah. Hal ini dapat dilihat dari semua persyaratan akad baik syarat subyek dan obyek akad dan syarat kepastian hukum. Pelanggaran yang dilakukan nasabah atas akad syirkah al- mudharabah di Bank Sumut Syariah Cabang Marelan dibagi menjadi 2 fase. Fase pertama adalah adanya pelanggaran syarat akad sebelum penarikan pembiayaan. Fase kedua adalah nasabah melakukan pelanggaran syarat akad sesudah penarikan pembiayaan. Jenis pelanggaran tersebut seperti penyelewengan pembiayaan syirkah al-mudharabah ke konsumtif, nasabah tidak jujur terkait adanya utang pada pihak lain.Penyelesaian sengketa apabila terjadi permasalahan antara Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya dengan nasabah terkait dengan akad pembiayaan syirkah al- mudharabah dengan cara musyawarah. Berdasarkan isi akad, permasalahan selalu diselesaikan dengan cara musyawarah dan apabila tidak menemui titik temu, maka akan diselesaikan melalui Pengadilan Agama.

Kata kunci : Syirkah al-mudharabah, Akad, Akad Pembiayaan, Bank

(7)

which the profit is shared according to mutual agreement and the loss is endured by the investor. The research problems were as follows: whether the financing agreement of syirkah al mudharabah in Bank SumutSyariahMarelan Raya Branch was in accordance with the Islamic principle, how about the violation done by the clients against the requirements for financing agreement in syirkah al mudharabahin Bank SumutSyariahMarelan Raya Branch, and how about settling the dispute between Bank SumutSyariahMarelanRaya Branch and its customers concerning financing agreement of syirkah al mudharabah.

The research used juridical normative and descriptive analytic method which analyzed deeply legal provisions and the Islamic jurisprudence on financing agreement of syirkah al mudharabah. The data were gathered by conducting library research and interviews.

The form of syirkah al mudharabah in Bank SumutSyariahMarelan Raya Branch is in accordance with Islamic legal principles, the Quran and Hadiths, either according to the financing provisions, basis, and terms of syirkah al mudharabah. It can be viewed from all terms of the agreement; either subjective or objective terms, and its legal certainty. The violations that have ever been done by the customers against the agreement of syirkahal mudharabah in Bank SumutSyariahMarelan Raya Branch are divided into 2 phases. The first phase is the violation of terms of agreement before fund withdrawal. The second phase is the violation of terms of agreement after fund withdrawal. The examples of such violations are embezzlement of financing fund of syirkah al mudharabah and the customers’ dishonesty about their debt to other parties. Any dispute between Bank SumutSyariahMarelanRaya Branch and the customers regarding the financing agreement of syirkah al mudharabah is settled by deliberation. According to the agreement, any dispute is always settled with a deliberation and when it is not effective, it will be proceeded to be settled by the Religious Court.

Keywords: Syirkah al-mudharabah, Agreement, Financing Agreement, Bank

(8)

Alhamdulillah Puji dan Syukur kehadirat Allah S.W.T karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulisan tesis yang berjudul “ANALISIS HUKUM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN DENGAN PRINSIP SYIRKAH AL-MUDHARABAH PADA PT. BANK SUMUT SYARIAH CABANG MARELAN RAYA MEDAN”, telah dapat diselesaikan. Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan moril berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, ucapan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada Bapak Prof. H. M. Hasballah Thaib, MA, PhD., Bapak Prof. Dr.

Muhammad Yamin, SH, MS, CN dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum.,selaku komisi pembimbing yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untukkesempurnaan penulisan tesis ini.

Selanjutnya ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan selama menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan selama menyelesaikan pendidikan ini.

3. Ibu Dr. T, Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang

(9)

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan serta arahan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti proses kegiatan perkuliahan.

6. Seluruh staff/pegawai di Program MagisterKenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama ini dalam menjalankan pendidikan.

7. Motivator terbesar dalam hidup penulis yang selalu memberikan doa, cinta, kasih sayang, semangat serta dukungan yang tidak henti-hentinya kepada penulis, yaitu Ayahanda (Purn) AKBP. H. M. Yunan, Ibunda Hj. Zuraida,Suami M. Reza Fahruza, SH, Papa Mertua Alm. Ade Iskandar, Mama Mertua Hj.

Darmawati, Kakanda Purnama Sari, ST., Mustafa Adha, SE., dr. Rahmadani., dr. Sri Hastuti., M. Mauliddin., Muhadsyah, SE, Adinda Adi Nugroho, serta Ananda Calista Aysha Alodya.

8. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi di Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, khususnya Dwi Desy Jayanti, SH,SS, MKn., Fanny Dwi Lestari, SH, Mkn., Fika Indika Tamin, SH., Maulana Realzi, SH, MKn., Monica Sylvana, SH, MKn., Pratiwi Habibi, SH., Rifqi Fatrizal, SH, MKn., Rizki Mutia, SH, MKn., Rizki Zalila, SH., Winni Utari, SH., Yolanda Regina, SH, MKn,serta rekan-rekan MKn USU angkatan 2014 yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis baik berupa masukan

(10)

memberi masukan dan saran yang sangat membangun dalam penulisan tesis ini sejak kolokium, seminar hasil, sampai ujian tertutup, sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna dan terarah.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan ini jauh dari sempurna, namun penulis berharap kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama dalam hal perbankan syariah. Amin Yaa Rabbal’alamin.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Medan, April 2017 Penulis,

(Rizki Nurul Huda)

(11)

Nama : Rizki Nurul Huda Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 12 Maret 1993

Status : Menikah

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Krakatau Komplek DPRD Tingkat I No. 27 Medan

II. DATA ORANG TUA

Nama Ayah : (Purn) AKBP H. M. Yunan

Nama Ibu : Hj. Zuraida

III. PENDIDIKAN

1. Sekolah Dasar : Bhayangkari I Medan, 1998-2004 2. Sekolah Menengah Pertama: Negeri 12 Medan, 2004-2007 3. Sekolah Menengah Atas : Negeri 11 Medan, 2007-2010 4. Strata-1 : Fakultas Hukum USU, 2010-2014 5. Strata-2 : Magister Kenotariatan USU, 2014-2017

(12)

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR ISTILAH ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Keaslian Penelitian... 10

F. Kerangka Teori dan Konsep ... 12

G. Metode Penelitian... 26

1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 26

2. Sumber Data... 27

3. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data ... 29

4. Analisis Data ... 30

BAB II BENTUK AKAD PEMBIAYAAN DENGAN PRINSIP SYIRKAH AL-MUDHARABAH DI BANKSUMUT SYARIAHCABANG MARELAN RAYA SUDAH SESUAI DENGAN PRINSIP HUKUM ISLAM ... 32

A. Tinjauan Umum Tentang Syirkah Al-Mudharabah ... 32

1. Pengertian syirkah al-mudharabah... 32

2. Prinsip pelaksanaan syirkah al-mudharabah ... 39

B. Akad Syirkah Al-Mudharabah di Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya Sudah Sesuai dengan Prinsip Hukum Islam... 41

(13)

3. Penerapan syarat objek akad di Bank Sumut Syariah Cabang

Marelan ... 53

4. Penerapan syarat akad di Bank Sumut Syariah Cabang Marelan berdasarkan kepastian hukum... 57

BAB III PELANGGARAN YANG DILAKUKAN NASABAH ATAS SYARAT AKAD PEMBIAYAAN YANG ADA DI DALAM SYIRKAH AL-MUDHARABAH DI BANK SUMUT SYARIAH CABANG MARELAN RAYA MEDAN ... 62

A. Pelanggaran SyaratAkad Sebelum Penarikan Pembiayaan ... 62

B. Pelanggaran Syarat Akad Sesudah Penarikan Pembiayaan ... 64

1. Penyelewengan pembiayaan mudharabah ke konsumtif... 66

2. Nasabah tidak jujur terkait adanya utang pada pihak lain ... 68

C. Pencegahan Yang Dilakukan Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya Agar Nasabah Melaksanakan Syarat Akad ... 71

D. Pembiayaan Bermasalah Sebagai Bentuk Implikasi Adanya Pelanggaran Syarat Akad Yang Mengakibatkan Wanprestasi... 84

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA BANK SUMUT SYARIAH CABANG MARELAN RAYA DENGAN NASABAH TERKAIT DENGAN AKAD PEMBIAYAAN SYIRKAH AL- MUDHARABAH... 97

A. Penyelesaian Sengketa Melalui Musyawarah Dengan Cara Restrukturisasi... 100

B. Lelang Eksekusi Objek Jaminan Tanpa Melalui Penetapan Pengadilan Agama ... 111

C. Kewenangan Pengadilan Agama dalam Eksekusi Sengketa Ekonomi syariah ... 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 120

A. Kesimpulan... 120

B. Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA... 123

(14)

syariat yang berpengaruh pada obyek perikatan

Syirkah Transaksi antara dua orang atau lebih yang dua-duanya sepakat untuk melakukan kerja yang bersifat financial dengan tujuan mencari keuntungan. Transaksi syirkah tersebut mengharuskan adanya ijab dan qabul selanjutnya juga tergantung kepada sesuatu yang di transaksikanya itu harus sesuatu yang bisa dikelola. Dan sesuatu bisa dikelola atau sesuatu yang ditransaksikan atau transaksi syirkah ini haruslah sesuatu yang diwakilkan sehingga sesuatu yang bisa dikelola tersebut sama- sama mengikat

Mudharabah Kontrak bagi hasil di antara pemilik dana dan operator yang menjalankan bisnis. Pemilik dana sebagai shohibul mal menyerahkan premi kepada pengusaha sebagai mudharib.

Kumpulan dana tersebut dikelola oleh operator di antaranya dipergunakan untuk saling menanggung di antara pemilik dana jika terjadi kerugian di antara mereka. Jika perjanjian di antarakeduabelahpihakpadaakhirmasamendapatkan

keuntungan maka keuntungan yang diperolehakan di bagi antara kedua belah pihak dengan prinsip mudharabah Syirkah al-mudharabah Persetujuan antara pemilik modal dengan seorang pekerja

untuk mengelola uang dari pemilik modal dalam perdagangan tertentu, yang keuntungannya dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama, sedangkan kerugian yang diderita menjadi tanggungan pemilik modal

Syara’ Aturan atau hukum Islam

Baliqh Dewasa

Shahbib al-mal Pemodal

Mudharib Pengelola modal Life style Gaya hidup

(15)

Tabel III : Penggolongan pembiayaan kurang lancar... 90 Tabel IV : Penggolongan pembiayaan diragukan... 91 Tabel V : Penggolongan pembiayaan macet... 92

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan hubungan kerja sama antar manusia selalu mengalami perubahan diakibatkan karena adanya perkembangan ilmu dan teknologi. Perubahan ini seiring dengan kebutuhan manusia yang selalu berubah-berubah tergantung dari perubahan zaman yang ada. Hubungan kerja sama pada aspek ekonomi yang diistilahkan muamalat dalam ekonomi Islam juga selalu mengalamai perubahan ketika dikaitkan dengan kebutuhan manusia. Hal ini dapat dipahami ketika banyaknya jenis muamalah itu sendiri, seperti persoalan tukar menukar barang yang member manfaat, jual beli, sewa-menyewa, upah-mengupah, pinjam-meminjam, urusan bercocok tanam, persero dan usaha-usaha lain yang tidak terlepas dari hubungan antar sesama manusia.1

Perkembangan ekonomi Islam selalu diiringi dengan hukum-hukum muamalah dalam Islam yang selalu beranjak dinamis sesuai dengan waktu. Hukum ini diharapkan dapat selalu beriringan dengan langgam kemajuan untuk menyematkan kemaslahatan dan keadilan pada setiap generasi.2 Di dalam asas muamallah, hukum Islam memberikanwider mandate yaitu segala sesuatu pada asalnya diperbolehkan untuk memasuki wilayah kontemporer selama tidak meninggalkan atau melanggar

1Muksin Matheer, 1001 Tanyan Jawab Dalam Islam, (Jakarta: Penerbit HB, 2015), hal. 91

2Abu Yasid, Islam Moderat, (Jakarta: Erlangga, 2007) , hal. 92

(17)

prinip-prinsip ekonomi Islam yang bersumberkan Al-Quran dan Hadist yang selanjutnya disesuaikan dengan perkembangan muamallah itu sendiri3.

Salah satu perkembangan muamallah dalam ekonomi Islam adalah syirkah.

Syirkah berasal dari Bahasa Arab yaitu ‘syarika (fi’il maadhi), yasyraku (fi’il mudhari), syarikan/syirkatan/syarikatan (masdhar/kata dasar); yang artinya adalah bersama-sama atau berpartisipasi sama/dengan. Kata syirkah juga dapat diartikan

‘menjadi suatu sekutu atau serikat’.4Asy-syirkah atau perkongsian antara dua belah pihak atau lebih.5

Secara etimologi, syirkah adalah percampuran yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan harta lainnya tanpa dapat dibedakan antara keduanya.6 Pendapat lain menyebutkan, syirkah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal/ expertise) dengan kesepakatan, bahwa keuangan dan resiko ditanggung bersama.7

Sedangkan menurut beberapa ulama, syirkah adalah:

1. Menurut Hanafiah

Syirkah adalah suatu ungkapan tentang akad (perjanjian) antara dua orang yang berserikat didalam modal dan keuntungan.

2. Menurut Malikiyah

3Mustafa Kamal Rokan, Bisnis ala Nabi: Teladan Rasulullah SAW dalam Berbisnis, (Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 2014), hal. 15

4Happy Susanto, Pembagian Harta Gono-Gini Saat Terjadi Perceraian, (Jakarta: Transmedia Pustaka, 2008) , hal. 60

5Slamet Wiyono, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta: Grasindo, 2005) , hal. 49

6Setiawan, M. Nur Kholis dan Soetapa, Meniti Kalam Kerukunan: Beberapa Istilah Kunci Dalam Islam dan Kristen, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2010), hal. 268

7Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari teori Ke Praktik, Cet. I, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hal. 90

(18)

Perkongsian adalah izin untuk mendayagunakan (tasharruf) harta yang dimiliki dua orang secara bersama-sama oleh keduanya, yakni keduanya saling mengizinkan kepada salah satunya untuk mendayagunakan harta milik keduanya, namun masing-masing memiliki hak untuk bertasharruf.

3. Menurut syafi’iyah

Syirkah adalah suatu ungkapan tentang tetapnya hak atas suatu barang bagi dua orang atau lebih secara bersama-sama

4. Menurut Hanabilah

Syirkah adalah berkumpul atau bersama-sama dalam kepemilikan atas hak atau tasarruf8

Beberapa pendapat lain menyebutkan bahwa, syirkah sama dengan istilah musyarakah. “Sistem musyarakah/syirkah adalah keikutsertaan dua orang atau lebih dalam usaha tertentu dengan sejumlah modal yang telah ditetapkan berdasarkan perjanjian untuk bersama-sama menjalankan sesuatu dan adanya pembagian keuntungan serta kerugian dalam bagian yang ditentukan”.9

H. M Hasballah juga menjelaskan bahwa syirkah memiliki arti yang sama dengan musyarakah. Syirkah atau musyarakah merupakan suatu bentuk dari kegiatan usaha yang dilakukan bank untuk menyuplai dana. Hubungan yang terjalin antara bank dengan nasabah adalah hubungan berserikat (partnership) bukan hubungan kreditur dan debitor seperti halnya bank-bank konvensional.10

Di dalam syirkah, hak dan kewajiban semua rekanan haruslah serupa walaupun tidak harus sama persis. Prinsip dasar syirkah adalah seseorang yang mendapatkan bagian dalam keuntungan juga harus menanggung resiko. Prinsip ini

8Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), hal. 183

9Abdullah Amrin, Asuransi Syariah, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2006), hal. 169

10H. M. Hasballah Thaib, Hukum Aqad (Kontrak) Dalam Fiqih Islam Dan Praktek Di Bank Sistem Syariah, (Medan: Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2005), hal. 98

(19)

didasarkan pada perkataan Nabi Muhammad saw. bahwa penghasilan seiring jalannya dengan resiko.11

Secara pembagian, syirkah terbagi dari beberapa jenis, yaitu:12 1. Syirkah milk (perkongsian perihal kepemilikan harta)

Syirkah ini dapat diartikan sebagai bentuk perkongsian antara dua orang atau lebih terhadap sesuatu dengan tidak adanya akad atau kontrak (perjanjian). Syirkah ini dibagi menjadi dua macam, yaitu syirkah dengan terpaksa dan syirkah dengan pilihan

2. Syirkah ‘uqud (perkongsian dengan akad atau kontrak)

Syirkah ini adalah perngkongsian yang terjadi melalui akad atau kontrak (perjanjian). Syirkah ini ada tiga macam yaitu syirkah bil’amwal (dengan modal), syirkah bil abdan (dengan tenaga), dan syirkah bil wujuh (dengan kepercayaan).

Masing-masing dari tiga macam syirkah ini dibagi dua lagi, yaitu syirkah mufawadhah dan syirkah ‘inan

Berdasarkan pembagiannya, syirkah dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:13

1. Syirkah Muwafadhah bil’ Amwal. Segala sesuatu yang dibolehkan ber-tasharruf dalam perkongsian ‘inan juga boleh dilakukan dalam perkongsian muwafidhah.

Segala persyaratan dalam syirkah ‘inan diharuskan pula dalam syirkah muwafidhah. Hal ini karena syirkah mufawidhah pada hakikatnya adalah syirkah

‘inan yang ditambah

2. Syirkah ‘Inan Amwal. Ini terbagi dari beberapa jenis, yaitu:14 a. Syarat pekerjaan

Dibolehkan kedua orang yang berserikat untuk menetapkan persyaratan bekerja.

b. Pembagian keuntungan

Pembagian keuntungan bergantung pada besarnya modal.

c. Harta syirkah rusak

Jika terjadi kerusakan pada harta syirkah sebelum dibelanjakan, atau pada salah satu harta sebelum di campurkan, syirkah batal. Hal ini karena yang ditransaksikan dalam syirkah inan adalah harta.

11Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance: -Z Keuangan Syariah, (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utaman, 2009), hal. 472

12Happy Susanto, Op.Cit, hal. 61

13Syafe’i, H. Rachmat, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hal. 197

14Ibid, hal. 198

(20)

d. Pendayagunaan harta syirkah

Setiap anggota berhak memperjual belikan harta syirkah, karena seseorang berserikat memiliki dan memberikan iin rekannya untuk mendayagunakan harta mereka, juga diperbolehkan berbelanja, baik secara kontan maupun ditangguhkan

3. Syirkah Wujuh Yaitu dua orang terhormat yang berserikat tanpa adanya modal untuk membeli secara kredit, lalu menjualnya dengan pembayaran kontan.

Keduanya lalu berkata: “kami berserikat untuk membeli secara kredit dan menjualnya dengan kontan/tunai lain. Lalu keuntungan untuk kami berdua dengan syarat begini.” Contoh transaksi Syarikah wujuh biasanya pedagang tidak akan menjual secara kredit kecuali kepada orang yang punya teman nama baik di masyarakat. Jenis ini disebut juga syarikah ‘ala adz dzimam (syarikah atas tanggungan dengan tidak adanya produksi dan modal ). Hanafiyah, Hanabilah dan Zaidiyah membolehkan syarikah jenis ini karena merupakan syarikah yang berimplikasikan pemberian mandat dari setiap pihak kepada partenernya dalam jual beli dengan syarat barang yang dibeli itu layak. Ringkasnya apa yang disepakati oleh dua pihak itu adalah usaha maka berlangsunglah transaksi syarikah tersebut.15

4. Syirkah A’maal. Al-musyarakah ini adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. Misalnya, kerja sama dua orang arsitek untuk menggarap sebuah proyek atau kerja sama dua orang penjahit untuk menerima order pembuatan seragam sebuah kantor. Al-Musyarakah ini kadang-kadang disebut musyarakah abdan atau sanaa’i.16

5. Syirkah mudharabah, yaitu suatu bentuk perkongsian antara dua orang atau lebih dengan ketentuan bahwa salah satu pihak melakukan kegiatan usaha, tetapi pihak yang lain memberikan modal.17

Namun dalam perkembangannya, istilah syirkah juga dikaitkan dengan mudharabah dengan menyebutkan syirkah mudharabah. Secara pemahaman, syirkah mudharabah dipahami penggabungan kata musyarakah dengan mudharabah. Dalam muamallah ekonomi Islam, penggabungan sistem musyarakah dan mudharabah disebut dengan mudharabah musytarakah. Mudharabah musytarakah merupakan gabungan antara akad mudharabah dan musyarakah yaitu yang mengelola dana

15H. M. Hasballah Thaib, Op. Cit, hal. 103-104

16Muhammad Syafi’i Antonio, Op. Cit, hal. 92

17Happy Santoso, Op.Cit, hal. 66

(21)

sekaligus investor bagi investasi bersama. Sistem ini dikaitkan dengan kegiatan asuransi.18

Muhammad Syukir Saleh di dalam bukunya yang berjudul “Islamisasi Pembangunan” mengkaitkan frase “bagi keuntungan” dengan istilah syirkah mudharabah. Tidak hanya mengkaitkan arti frase “bagi keuntungan” dengan makna syirkah mudharabah, namun juga mengkaitkan istilah syirkah mudharabah dengan pengertian istilah mudharabah adalah istilah yang sama.19 Di dalam buku “Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Pengaturan Perbankan Syariah di Indonesia”

disebutkan bahwa syirkah mudharabah adalah bagian dari mudharabah. Hal ini terlihat di dalam pengertian akad mudharabah merupakan bagian dari syirkah mudharabah.20

Berdasarkan dari beberapa penjelasan di atas, tidak ada keseragaman mengenai syirkah mudharabah tersebut, karena ada yang membedakan istilah syirkah dengan mudharabah dan ada juga yang menggunakan kata syirkah dengan mudharabah.

Perbedaan pendapat ini tentu saja membuat kebingungan di kalangan umat muslim dan aplikasinya di masyarakat.

Pada pelaksanannya, syirkah al-mudharabah itu adalah sebagai bentuk dari sistem mudharabah yang mana kata syirkah tidak digunakan. Apalagi dalam fatwa

18Tim Penulis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Indonesia Economy Outlokk 2010:

Ekonomi Makro, Demografi, Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kompas Gramedia Group, 2010), hal. 136

19Muhammad Syukir Saleh, Muhyarsyah, dkk, Islamisasi Pembangungan, (Medan: UMSU PRESS, 2014), hal. 68

20Badan Pembinaan Hukum Nasional, Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Pengaturan Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2003), hal. 65

(22)

MUI, tidak ada istilah syirkah mudharabah, yang ada hanya Fatwa DSN Nomor 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh).

Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya sebagai salah satu unit Bank Sumut yang menjalankan pembiayaan dalam sistem syariah menjalankan beberapa jenis pembiayaan yang salah satunya adalah pembiayaan mudharabah. Selama ini syirkah hanya dikenal dengan istilah kerja sama, perkongsian atau mitra kerja. Sedangkan sistem mitra ini dapat berbentuk mudharabah atau musyarakah. Oleh karena itu judul akad dalam pembiayaan pun tidak ada menggunakan istilah syirkah mudharabah.

Apabila dipahami kembali, istilah syirkah hanyalah untuk menunjukkan suatu kerja sama dan sistemnya dapat berbentuk mudharabah atau musyarakah. Kalau antara syirkah hanyalah menjelaskan sebagai kata dasar untuk menjelaskan suatu istilah kerja sama, mengapa istilah syirkah hanya untuk mudharabah, tidak ada syirkah musyarakah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Inilah yang akan dibahas dalam tesis, karena tidak ada keseragaman mengenai syirkah al-mudharabah tersebut, dan aplikasinya di Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya.

Selanjutnya, setiap terjadinya pembiayaan yang bermasalah maka pihak bank akan mengambil langkah terbaik dalam penyelesaian pembiayaan yang bermasalah tersebut. Sangatlah tidak bijak apabila suatu bank mengambil langkah dalam proses untuk menyelesaikan hutang yang bermasalah dengan cara langsung melelang agunan. Untuk itu, dalam penelitian ini ditujukan untuk melihat jauh apakah Bank Sumut Syariah memberikan peluang yang cukup luas kepada nasabah yang mengalami hambatan pembayaran dengan memilih pilihan jenis restrukturisasi.

(23)

Penyelesaian dengan cara restrukturisasi atau sering disebut dengan penataan kembali adalah upaya yang diambil pihak bank dalam menyelesaian masalah kredit bermasalah., dan apakah sistem ini juga tetap dikenal dalam perbankan syariah khsusunya di Bank Sumut Syariah.

Selanjutnya, ketidakmampuan nasabah untuk menjalankan akad adalah mengenai penyelesaian akad syirkah al-mudharabah yang bermasalah. Beberapa bank pada umumnya memiliki langkah tersendiri dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah. Merujuk pada Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya dimana langkah-langkah pembiayaan yang bermasalah tersebut memiliki kesamaan dengan bank lainnya mengingat terdapat beberapa regulasi yang mengharuskan lembaga keuangan khususnya bank termasuk yang melaksanakan prinsip syariah mengambil langkah non-litigasi dalam penyelesaian pembiayaan yang bermasalah.

Berdasarkan penjelasan singkat di atas, maka diangkatlah judul Analisis Hukum Terhadap Akad Pembiayaan Dengan Prinsip Syirkah al-Mudharabah di Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya Medan yang mana bertujuan untuk melihat jauh bagaimana pelaksanaan perjanjian pembiayaan dengan prinsip Syirkah al-Mudharabah di Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya Medan dan juga akan diangkat terkait dengan penanganan permasalahan antara nasabah dengan pihak bank bank sendiri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dalam penulisan ini merumuskan tiga permasalahan yang diteliti sebagai berikut:

(24)

1. Apakah bentuk akad pembiayaan syirkah al-mudharabah di Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya sudah sesuai dengan prinsip hukum Islam?

2. Pelanggaran apa saja yang dilakukan nasabah atas syarat akad pembiayaan di dalam syirkah al-mudharabah di Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya?

3. Bagaimana penyelesaian sengketa apabila terjadi permasalahan antara Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya dengan nasabah terkait dengan akad pembiayaan syirkah al-mudharabah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian dari rumusan permalahan di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk akad pembiayaan syirkahal-mudharabah di Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya sudah sesuai dengan prinsip hukum Islam

2. Untuk mengetahuipelanggaran apa saja yang dilakukan nasabah atas syarat akad pembiayaan di dalam syirkah al-mudharabah di Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya

3. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa apabila terjadi permasalahan antara PT.

Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya dengan nasabah terkait dengan akad pembiayaan syirkah al-mudharabah

D. Manfaat Penelitian

Dalam kegiatan penelitian ini memberikan sejumah manfaat bagi semua pihak, yang dapat dikelompokkan dalam dua bagian yakni:

1. Manfaat Teoritis

(25)

Penelitian ini memberikan sejumlah manfaat terhadap para akademisi maupun masyarakat umumnya serta dapat menambah referensi ilmu hukum bank syariah di Indonesia

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini memberikan informasi kepada pengusaha, otoritas jasa keuangan, konsultan hukum perbankan syariah maupun masyarakat pada umumnya mengenai kegiatan syirkah al-mudharabh di Indonesia

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang ada dari penelusuran yang telah dilakukan di Kepustakaan Universitas Sumatera Utara dan Kepustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara oleh peneliti, maka penelitian ini dengan judul “Analisis Hukum Terhadap Akad Pembiayaan Dengan Prinsip Syirkah Al- Mudharabah Pada Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya” belum pernah ada yang melakukan penelitian ini sebelumnya namun ada beberapa tesis terdahulu yang menyangkut dengan masalah bagi hasil yaitu:

1. Imelda (077011029) dengan judul Analisis Yuridis Kekuatan Pembuktian Akta Perjanjian Musyarakah Yang Dibuat Notaris (Studi Bank Sumut Syariah Medan).

Adapun permasalahannya adalah a. Bagaimana kekuatan pembuktian pembiayaan musyarakah yang dibuat notaris? b. Bagaimana perbedaan antara perjanjian musyarakah yang ada di bank syariah dengan perjanjian perkongsian di bank konvensional? c. Bagaimana bentuk jaminan dalam perjanjian musyarakah?

(26)

2. Netti Sumiati (097011126) dengan judul Analisis Yuridis Terhadap Perjanjian Pembiayaan Dengan Sistem Perbankan Syariah (Murabahah, Musyarakah dan Mudharabah). Adapun permasalahan yang diangkat adalah a. Bagaiaman aspek hukum perjanjian pembiayaan dalam Hukum Islam untuk menjalankan kegiatan perbankan syariah? b. Apakah pelaksanaan perjanjian pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah sudah sesuai dengan prinsip syariah? c. bagaimana prosedur akad pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dalam sistem perbankan syariah?

3. Fachruddin (067005030) dengan judul Analisis Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Dengan Prinsip Mudharabah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan. Adapun permasalahan yang diangkat adalah a. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian pembiayaan mudharabah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan?

b. Bagaimanakah pihak Bank menyelesaikan pembiayaan mudharabah yang bermasalah pada Bank Syariah mandiri Cabang Medan? c. Sanksi apakah yang diberlakukan kepada mudharib bila melanggar perjanjian dalam akad pembiayaan mudharabah?

4. Muhamamd Nur (067011057) dengan judul Pelaksanaan Pemberian Pembiayaan Mudharabah Kepada Koperasi (Studi Pada Bank Muamalat Cabang Medan).

adapun permasalahan yang diangkat adalah a. Bagaimana tata cara pemberian pembiayaan mudharabah kepada koperasi pada bank Muamalat Cabang Medan? b.

Faktor-faktor apa saja yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan pemberian pembiayaan secara mudharabah kepada koperasi? c. bagaimanakah penyelesaian

(27)

sengketa apabila terjadi wanprestasi dalam pemberian pembiayaan secara mudharabah kepada koperasi pada bank Muamalat Cabang Medan?

Berdasarkan beberapa tulisan yang pernah ditulis tersebut diatas, secara umum pembahasan yang akan ditulis dalam penelitian ini tidaklah memiliki kesamaan baik itu judul maupun permasalahan yang diangkat. Namun kesamaan bisa saja timbul akibat sumber kutipan atau buku-buku yang menjadi sumber metode penulisan, sehingga penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas masukan serta saran-saran yang membangun dan apabila dikemudian hari ternyata penelitian ini melanggar asas-asas keilmuan tersebut maka peneliti bertanggung -jawab sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

F. Kerangka Teori dan Konsep 1. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian hukum ini sangat penting untuk membuat jelas nilai-nilai oleh aturan-atura hukum sehingga dapat dipahami dan dimengerti.

Teori hukum sendiri dapat juga disebut sebagai kelanjutan dari mempelajari hukum positif.

Teori mengenai suatu kasus atau permasalahan menjadi bahan perbandingan penulis di bidang hukum,21 suatu kerangka teori bertujuan untuk menyajikan cara- cara untuk mengorganisasikan dan menginterprestasikan hasil-hasil penelitian dan menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian terdahulu. Kata lain dari kerangka

21M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: Mandar maju, 1994), hal. 27

(28)

teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat teoritis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis.22

Teori juga disebut dengan seperangkat konsep, batasan dan proporsi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan merinci hubungan antar variabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi gejala tersebut.23

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori akad. Secara istilah fiqh, akad didefinisikan dengan Pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan kabul(pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh kepada objek perikatan. Pencantuman kata-kata yang “sesuai dengan kehendak syariat” maksudnya bahwa seluruh perikatan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih tidak dianggap sah apabila tidak sejalan dengan kehendak syara’.

Misalnya, kesepakatan untuk melakukan transaksi riba, menipu orang lain, atau merampok kekayaan orang lain. Adapun pencantuman kata-kata “berpengaruh kepada objek perikatan” maksudnya adalah terjadinya perpindahan pemilikan dari satu pihak (yang melakukan ijab) kepada pihak lain (yang menyatakan kabul).24

Hasbi Ash Shiddieq mengutip definisi yang dikemukakan Al-Sanhury, akad ialah: “perikatan ijab kabul yang dibenarkan syara’ yang menetapkan kerelaan kedua belah pihak”. Adapula yang mendefinisikan, akad ialah: “Ikatan, pengokohan dan penegasan dari satu pihak atau kedua belah pihak”.25

22Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: Gramedia, 2001), hal. 47

23Fred N. Kerlinger, Asas-Asas Penelitian Beahvioral, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004), hal. 14

24Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 51.

25Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 15

(29)

Di dalam akad, dikenal dengan isitlah rukun yang mana rukun-rukun akad tersebut adalah sebagai berikut:26

a. ‘Aqid, adalah orang yang berakad (subjek akad); terkadang masing-masing pihak terdiri dari salah satu orang, terkadang terdiri dari beberapa orang. Misalnya, penjual dan pembeli beras di pasar biasanya masing-masing pihak satu orang; ahli waris sepakat untuk memberikan sesuatu kepada pihak yang lain yang terdiri dari beberapa orang.

b. Ma’qud ‘alaih, adalah benda-benda yang akan diakadkan (objek akad), seperti benda-benda yang dijual dalam akad jual beli, dalam akad hibah atau pemberian, gadai, dan utang..Ma’qud ‘Alaih harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

1) Obyek transaksi harus ada ketika akad atau kontrak sedang dilakukan.

2) Obyek transaksi harus berupa mal mutaqawwim (harta yang diperbolehkan syara’ untuk ditransaksikan) dan dimiliki penuh oleh pemiliknya.

3) Obyek transaksi bisa diserahterimakan saat terjadinya akad, atau dimungkinkan dikemudian hari.

4) Adanya kejelasan tentang obyek transaksi.

5) Obyek transaksi harus suci, tidak terkena najis dan bukan barang najis.

c. Maudhu’ al-‘aqd adalah tujuan atau maksud mengadakan akad. Berbeda akad maka berbedalah tujuan pokok akad. Dalam akad jual beli misalnya, tujuan

26Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Kencana:2010), hal. 51

(30)

pokoknya yaitu memindahkan barang dari penjual kepada pembeli dengan di beri ganti.

d. Shighat al-‘aqd, yaitu ijab kabul. Ijab adalah ungkapan yang pertama kali dilontarkan oleh salah satu dari pihak yang akan melakukan akad, sedangkan kabul adalah peryataan pihak kedua untuk menerimanya. Pengertian ijab kabul dalam pengalaman dewasa ini ialah bertukarnya sesuatu dengan yang lain sehingga penjual dan pembeli dalam membeli sesuatu terkadang tidak berhadapan atau ungkapan yang menunjukan kesepakatan dua pihak yang melakukan akad, misalnya yang berlangganan majalah, pembeli mengirim uang melalui pos wesel dan pembeli menerima majalah tersebut dari kantor pos.

Selain terdapat rukun akad, adapula syarat akad yaitu:27

a. Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak (ahli). Tidak sah akad orang yang tidak cakap bertindak, seperti orang gila, orang yang berada di pengampuan, dan karena boros.

b. Yang di jadikan objek akad dapat menerima hukumnya.

c. Akad itu diizinkan oleh syara’, dilakukan oleh orang yang mempunyai hak melakukannya, walaupun dia bukan ‘aqid yang memiliki barang.

d. Janganlah akad itu akad yang dilarang oleh syara’, seperti jual beli mulasamah. Akad dapat memberikan faedah, sehingga tidaklah sah bila rahn (gadai) dianggap sebagai imbalan amanah (kepercayaan).

27Abdul Rahman Ghazaly, Op. Cit., hal. . 55

(31)

e. Ijab itu berjalan terus, tidak dicabut sebelum terjadi kabul. Maka apabila orang berijab menarik kembali ijabnya sebelum kabul maka batallah ijabnya.

f. Ijab dan kabul mesti bersambung, sehingga bila seseorang yang berijab telah berpisah sebelum adanya kabul, maka ijab tersebut menjadi batal

Akad juga memiliki beberapa jenis yang mana para ulama fiqh mengemukakan bahwa akad itu dapat dibagi dan dilihat dari beberapa segi. Jika dilihat dari keabsahannya menurut syara’, akad di bagi menjadi dua yaitu:28

a. Akad Shahih, adalah akad yang telah memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya.

Hukum dari akad shahih ini adalah berlakunya seluruh akibat hukum yang ditimbulkan akad itu dan mengikat pada pihak-pihak yang berakad.

b. Akad yang tidak Shahih, adalah akad yang terdapat kekurangan pada rukun atau syarat-syaratnya, sehinga seluruh akibat hukum akad itu tidak berlaku dan tidak mengikat pihak-pihak yang berakad.

Akad Shahih di bagi lagi oleh ulama Hanafiyah dan Malikiyah menjadi dua macam, yaitu:29

a. Akad yang nafiz (sempurna untuk dilaksanakan), adalah akad yang dilangsungkan dengan memenuhi rukun dan syaratnya dan tidak ada penghalang untuk melaksanakannya.

b. Akad mawquf, adalah akad yang dilakukan seseorang yang cakap bertindak hukum, tetapi ia tidak memiliki kekuasaan untuk melangsungkan dan

28Ibid, hal. 55-56

29Abdul Aziz Muhammad Azzam, Op.Cit, hal. 20.

(32)

melaksanakan akad ini, seperti akad yang dilangsungkan oleh anak kecil yang mumayiz

Akad juga dapat berakhir yang dikarenakan sesuatu hal, yaitu:30

a. Berakhirnya masa berlaku akad itu, apabila akad itu mempunyai tenggang waktu.

b. Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad, apabila akad itu sifatnya tidak mengikat.

c. Dalam akad yang bersifat mengikat, suatu akad dapat dianggap berakhir jika 1) Jual beli itu fasad, seperti terdapat unsur-unsur tipuan salah satu rukun atau

syaratnya tidak terpenuhi.

2) Berlakunya khiyar syarat, aib, atau rukyat.

3) Akad itu tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak 4) Tercapainya tujuan akad itu sampai sempurna.

d. Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia.

Selain teori perjanjian atau akad, penelitian ini juga menggunakan teori perlindungan hukum, Indonesia mengukuhkan dirinya sebagai negara hukum yang tercantum di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat 3 yang berbunyi:

Indonesia adalah negara hukum, Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, dengan sendirinya perlindungan hukum menjadi unsur esensial serta menjadi konsekuensi dalam negara hukum. Negara wajib menjamin hak-hak hukum warga negaranya. Perlindungan hukum merupakan pengakuan terhadap harkat dan martabat

30Abdul Rahman Ghazaly, Op.Cit, hal. 58-59

(33)

warga negaranya sebagai manusia. Karena itu Teori Perlindungan Hukum ini menjadi sangat penting.

Perlindungan hukum bila dijelaskan secara harfiah dapat menimbulkan banyak persepsi. Dalam ilmu hukum, istilah perlidungan hukum dapat bermakna sebagai berikut:31

a. Perlindungan yang diberikan terhadap hukum agar tidak ditafsirkan berbeda dan tidak bercerai berai oleh aparat penegak hukum

b. Perlindungan yang diberikan oleh hukum terhadap sesuatu

Menurut Fitzgerald, teori pelindungan hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak.32

Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi.33

Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan prilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara

31Edi Slamet Irianto, Pajak, Kepemimpinan dan Masa Depan Lintas Generasi, (Jawa Tengah: Kakanwil Direjen Pajak Jateg, 2015), hal. 157

32Satijipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 53.

33Ibid, hal. 69

(34)

perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat.

Menurut Satijipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu di berikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.34

Menurut Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra berpendapat bahwa hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan perlindungan yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan juga prediktif dan antisipatif.35 Pendapat Sunaryati Hartono mengatakan bahwa hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan sosial.36

Lebih lanjut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.37 Menurut Muchsin, perlindungan hukum merupakan kegiatan untuk melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nila-inilai atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama manusia.38

34Ibid, hal. 54

35Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung: Remaja Rusdakarya, 1993), hal. 118.

36Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, (Bandung: Alumni, 1991), hal. 55

37Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), (Surakarta; Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2004), hal. 3.

38Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, (Surakarta;

magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003), hal. 14.

(35)

Teori Perlindungan Hukum yang berkembang atau yang sering dipakai adalah Teori Perlindungan Hukum dari Philipus M Hadjon, dengan bukunya yang berjudul Pelindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia – Sebuah Buku Tentang Prinsip- prinsipnya, Penanganannya dan Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara. Teori Perlindungan Hukum yang dikemukakan Philipus M Hadjon.

Menurut peneliti belum ada Teori Perlindungan Hukum lain yang lebih general atau berlaku umum. Maksudnya belum ada yang mengemukakan pendapat tentang perlindungan hukum yang tidak menitikberatakan pada hukum tertentu.

Karena banyak yang mengemukakan tentang teori perlindungan hukum tetapi menitikberatkan pada hukum tertentu, seperti Hukum Perlindungan Konsumen, Perlindungan hukum terhadap saksi, Perlindungan Anak, Perlindungan terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual, dan lain-lain. Semua teori tersebut selalu merujuk pada Teori Perlindungan Hukum milik Philipus M Hadjon. Oleh karena teori-teori Perlindungan Hukum yang ada menitikberatkan atau lebih mengkhususkan pada hukum tertentu, maka belum ada juga pengertian tentang perlindungan hukum yang general atau berlaku umum.

Menurut Philipus M Hadjon, yang mengemukakan prinsip negara hukum Pancasila:

a) Adanya hubungan hukum antara pemerintah dengan rakyat berdasarkan asas kerukunan;

b) Hubungan fungsional yang proposional antara kekuasaan-kekuasaan Negara;

(36)

c) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan sarana terakhir;

d) Keseimbangan antara hak dan kewajiban.39

Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.

Aspek dominan dalam konsep barat tertang hak asasi manusia menekankan eksistensi hak dan kebebasan yang melekat pada kodrat manusia dan statusnya sebagai individu, hak tersebut berada di atas negara dan di atas semua organisasi politik dan bersifat mutlak sehingga tidak dapat diganggu gugat. Karena konsep ini, maka sering kali dilontarkan kritik bahwa konsep Barat tentang hak-hak asasi manusia adalah konsep yang individualistik. Kemudian dengan masuknya hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi serta hak kultural, terdapat kecenderungan mulai melunturnya sifat indivudualistik dari konsep Barat.

Di dalam merumuskan prinsip-prinsip perlindungan hukum di Indonesia, landasannya adalah Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara. Konsepsi perlindungan hukum bagi rakyat di Barat bersumber pada konsep-konsep Rechtstaat dan ”Rule of The Law”. Dengan menggunakan konsepsi Barat sebagai kerangka

39Philipus M. Hadjon. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. (Surabaya: Bina Ilmu, 1987), hal. 37

(37)

berfikir dengan landasan pada Pancasila, prinsip perlindungan hukum di Indonesia adalah prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada Pancasila.

Prinsip perlindungan hukum terhadap tindak pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarahnya di Barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi menusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.40

Jika dilihat dari sarananya perlindungan hukum dibagi menjadi dua, yaitu sarana perlindungan hukum preventif dan sarana perlindungan hukum represif.

Menurut Philipus M Hadjon, dengan bukunya yang berjudul Pelindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia – Sebuah Buku Tentang Prinsip-prinsipnya, Penanganannya dan Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara, di Indonesia belum ada pengaturan secara khusus mengenai sarana perlindungan hukum preventif.

Philipus M Hadjon, dalam bukunya juga lebih menitikberatkan kepada sarana perlindungan hukum yang represif, seperti penanganan perlindungan hukum di lingkungan Peradilan Umum. Ini berarti bahwa perlindungan hukum baru diberikan ketika masalah atau sengketa sudah terjadi, sehingga perlindungan hukum yang diberikan oleh Peradilan Umum bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Begitu juga

40Ibid, hal. 38

(38)

dengan teori-teori lain yang menyinggung tentang perlindungan hukum juga membahas sarana perlindungan hukum yang bersifat represif.41

Perwujudan sarana perlindungan hukum yang bersifat preventif dapat dilihat dalam peraturan mengenai, perlindungan hukum terhadap PT. Bank Sumut Syariah, contohnyaUndang-undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.

Perlindungan hukum yang diberikan berkaitan dengan adanya suatu perbuatan yang dapat merugikan PT. Bank Sumut Syariah apabila. Dengan adanya perlindungan hukum tersebut, PT. Bank Sumut Syariah dapat melaksanakan aktifitasnya dengan baik.

Perwujudan lain mengenai sarana perlindungan hukum yang bersifat preventif dalam pelaksasaanya yaitu dalam pembuatan perjanjian atau kontrak, antara PT. Bank Sumut Syariah dengan nasabah. Di dalam akad yang telah dijelaskan di atas, para pihak dapat membuat suatu akad dengan menentukan jumlah nominal yang diperjanjikan. Oleh karena itu perjanjian atau akad harus dibuat dengan kesepakatan bersama kedua belah pihak dan harus mewakili kepentingan kedua belah pihak, tidak boleh berat sebelah. Ketika membuat akad juga harus di cantumkan klausula mengenai kejadian-kejadian yang tidak diduga di masa akan datang yang mungkin terjadi, termasuk juga mengenai penyelesaian sengketa jika terjadi sengketa di kemudian hari, serta mengenai pilihan hukum yang dihendaki bersama kedua belah pihak. Ini menunjukkan bahwa ada perwujudan perlindungan hukum yang preventif.

41Ibid

(39)

2. Konsep

Bagian kerangka konsepsional ini akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan konsep yang digunakan dalam penelitian ini, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan sesuai dengan judul penelitian ini, adapun penjelasan konsepsional sebagai berikut:

a. Analisis adalah memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa yang sedang terjadi dan memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah.42

b. Hukum adalah norma yang menetapkan petunjuk tingkah laku. Hukum menetapkan tingkah laku yang dibolehkan, dilarang atau disuruh untuk dilakukan.43

c. Akad adalah pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh pada obyek perikatan.44

d. Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.45

42Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2015), hal. 14

43YLBHi dan PSHK, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia: Pedoman Anda Memahami dan Menyelesaikan Masalah Hukum, (Jakarta: YLBHI, 2006), hal. 2

44H. M. Hasballah Thaib, Op. Cit, hal. 1

45Pasal 1 Angka 12 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

(40)

e. Syirkah adalah transaksi atau perusahaan.46 Syirkah adalah transaksi antara dua orang atau lebih yang dua-duanya sepakat untuk melakukan kerja yang bersifat finansial dengan tujuan mencari keuntungan. Transaksi syirkah tersebut mengharuskan adanya ijab dan qabul selanjutnya juga tergantung kepada sesuatu yang ditransaksikan yaitu harus sesuatu yang bisa dikelola. Dan sesuatu bisa dikelola atau sesuatu yang ditransaksikan atau transaksi syirkah ini haruslah sesuatu yang diwakilkan sehingga sesuatu yang bisa dikelola tersebut sama-sama mengikat.47

f. Musyarakah adalah akad kerjasama antara pemilik modal atau sebagai mitra yang mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan. Dalam musyarakah, mitra maupun bank sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang baru.

Musyarakah diperlakukan seperti Kerjasama Operasi (KSO).48

g. Al-Mudharabah adalah kontrak bagi hasil di antara pemilik dana dan operator yang menjalankan bisnis. Pemilik dana sebagai shohibul mal menyerahkan premi kepada pengusaha sebagai mudharib. Kumpulan dana tersebut dikelola oleh operator di antaranya dipergunakan untuk saling menanggung di antara pemilik dana jika terjadi kerugian di antara mereka. Jika perjanjian di antara kedua belah

46Abdullah Amrin, Bisnis, Ekonomi, Asuransi dan Keuangan Syariah,(jakarta: Grasindo, 2009), hal. 264

47Ibid, hal. 98-99

48Djoko Muljono, Menyiasati Pajak dengan Bijak, (Yogyakarta: Andi Offset, 2009), hal. 57

(41)

pihak pada akhir masa mendapatkan keuntungan maka keuntungan yang diperoleh akan dibagi antara kedua belah pihak dengan prinsip mudharabah.49

h. Syirkah al-mudharabah adalah yaitu persetujuan antara pemilik modal dengan seorang pekerja untuk mengelola uang dari pemilik modal dalam perdagangan tertentu, yang keuntungannya dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama, sedangkan kerugian yang diderita menjadi tanggungan pemilik modal.50

i. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.51 j. Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah

G. Metode Penelitian 1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian tesis ini menggunakan penelitian yuridis normatif. Jenis metode penelitian yuridis normatif berguna untuk mengetahui atau mengenal apakah dan bagaimanakah hukum positifnya mengenai suatu masalah tertentu dan juga dapat menjelaskan atau menerangkan kepada orang lain apakah dan bagaimanakah hukumnya mengenai peristiwa atau masalah yang tertentu.52

49Abdullah Amrin, Bisnis, Ekonomi, Asuransi, dan Keuangan Syariah, (Jakarta: Grasindo, 2009), hal. 62

50Slamet Wiyono, Op.Cit, hal. 54

51Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

52C. F. G. Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20, (Bandung: Penerbit Alumni, 1994), hal.140

(42)

Sifat penelitian ini mempergunakan metode deskriptif analisis, dengan pendekatan kualitatif. Deskriptif analisis bertujuan untuk memberikan gambaran tentang obyek yang ingin diteliti berdasarkan realita yang ada.53Penelitian deskriptif analisis adalah penelitian dengan penelusuran lapagan atau lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat primer.

Penelitian ini menggunakan pendekatan analitis yang sangat diperlukan untuk mempertajam dalam mengidentifikasi bahkan memahami pembahasan yang ada dalam penelitian ini sehingga dapat dengan tepat menyelesaikan masalah-masalah hukum yang ada. Pendekatan analitis (analytical approach) memiliki arti bahwa suatu pendekatan yang dilakukan demi mencari makna pada istilah-istilah hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, dengan demikian peneliti akan memperoleh pengertian atau makna baru dari istilah-istilah hukum.54

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didukung oleh data primer yang diperoleh dari wawancara dengan pihak-pihak yang telah ditentukan sebagai informan atau narasumber. Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier, yaitu:

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer tersebut adalah Al-Quran, Hadist, Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-

53Tina Asmarawati, Sosiologi Hukum: Petasan Ditinjau dari Perspektif Hukum dan Kebudayaan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014) , hal. 12

54Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 188

(43)

Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, Fatwa Dewan Syariah nasional Nomor 7/DSN- MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (qiradh), PBI Nomor 6/24/PBI 2004 tentang Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan PBI Nomor 6/17/PBI/2004, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 65/POJK.03/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/28/PBI/2009 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum, Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/22/DPbS tanggal 18 Oktober 2006 tentang Penilaian Aktiva Produktiv Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, akad syirkah al-mudharabah dengan nomor 015/KCSy 01-KCPSy 011/MDB/2012.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti; buku, skripsi, tesis, disertasi, hasil penelitian lain yang relevan dengan penelitian, naskah akademik, pidato pengukuhan guru besar serta dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan akad pembiayaan syirkah al- mudharabah.

c. Bahan hukum tersier

(44)

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti; kamus hukum, encyclopedia dan lain-lain.55

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan tesis ini, maka penulis menggunakan 2 (dua) metode, yakni :

a. Penelitian Kepustakaan (library Research)

Penelitian kepustakaan merupakan metode pengumpulan data berdasarkan buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini dan sumber data tertulis lainnya yang ada diperusahaan, yang berhubungan dengan pokok bahasan penelitian ini dan dijadikan sebagai perbandingan antara data yang didapatkan di lapangan.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh langsung dari informan dan mengamati secara langsung praktek yang terjadi pada PT. Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya Medan.

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian antara lain sebagai berikut :

a. Studi Kepustakaan

55Johnny Ibrahim, Op. Cit, hal.296.

(45)

Studi kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan atau mencari konsepsi- konsepsi, teori-teori, asas-asas, dan hasil-hasil pemikiran lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.

b. Studi Dokumen

Studi dokumen pada PT. Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya Medan berupa Akad Pembiayaan, beserta dokumen lainnya yang mendukung dalam penulisan penelitian ini.

c. Wawancara

Hasil wawancara yang diperoleh akan digunakan sebagai data penunjang dalam penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari Pimpinan Capem PT. Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya Medan, Bapak Yuna Teruna. Bapak Yuna Teruna merupakan Pimpinan Capem PT. Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya Medan sehingga dalam hal ini dianggap memiliki kompetensi untuk memberikan informasi terkait dengan objek penelitian.

4. Analisis data

Pengolahan sumber bahan hukum hakikatnya kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan penafsiran dan konstruksi.56

56Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 195.

(46)

Data sekunder dan data primer yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan data yang diperoleh berupa data sekunder dan data primer kemudian dilakukan penafsiran dan kesimpulan. Data yang diperoleh berasal dari peraturan hukum islam dan perundang- undangan di bidang hukum perbankan dan perbankan syariah yang disusun secara sistematis untuk memperoleh gambaran proses pelaksanaan akad pembiayaan syirkah al-mudharabah. Selanjutnya dianalisis untuk memperoleh kejelasan penyelesaian masalah, kemudian ditarik kesimpulan secara dedukatif, yaitu dari hal yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khusus.

(47)

BAB II

BENTUK AKAD PEMBIAYAAN DENGAN PRINSIP SYIRKAH AL- MUDHARABAH DI BANKSUMUT SYARIAHCABANG MARELAN RAYA

SUDAH SESUAI DENGAN PRINSIP HUKUM ISLAM A. Tinjauan Umum Tentang Syirkah Al-Mudharabah

1. Pengertian syirkah al-mudharabah

Terdapat beberapa pandangan yang berbeda dari beberapa ahli terkait dengan pengertian syirkah al-mudharabah, hal ini disebabkan adanya pandangan yang menyebutkan bahwa syirkah bukan bagian dari mudharabah dan ada juga yang menyebutkan syirkah bagian dari mudharabah sehingga syirkah sama dengan mudharabah atau juga ada juga yang menyebutkan bahwa mudharabah bukan bagian dari syirkah.

Di dalam bab ini, akan dijelaskan pengertian syirkah al-mudharabah, sehingga akan jelas apa maksud dan bagaimana pelaksanaan syirkah al- mudharabah tersebut.

Apabila dipahami, syirkah al-mudharabah terdiri dari dua suku kata yaitu syirkah dan mudharabah. Kedua suku kata ini memiliki arti yang berbeda.

Shirkah can be defined as a business where two or more people combine their capital or labour or creditworthiness together, having similar rights and liabilities, to share the profits or a yield or appreciation in value and to share the loss, if any, according to their proportionate ownership.

Maksud dari pendapat di atas adalah syirkah didefinisikan sebagai bisnis di mana 2 (dua) orang atau lebih menggabungkan modal atau upaya kerja atau kredibilitas mereka dengan hak dan kewajiban serupa, untuk membagi keuntungan

(48)

atau penghasilan atau penghargaan dalam nilai dan juga membagi kerugian, jika ada, berdasarkan proporsi kepemilikan masing-masing.57

Syirkah atau asy-syirkah disebut juga dengan perkongsian antara dua belah pihak atau lebih. Secara terminologi asy-syirkah adalah suatu keizinan untuk bertindak secara hukum bagi dua orang yang bekerjasama terhadap harta mereka.

Pendapat lain juga menyebutkan bahwa, syirkah merupakan hak bertindak hukum bagi dua orang atau lebih pada sesuatu yang mereka sepakati. Definisi lain mengenai syirkah juga menjelaskan bahwa syirkah merupakan akad yang dilakukan oleh orang- orang yang bekerjasama dalam modal dan keuntungan.58Muhammad Syafi’i Antonio59 menjelaskan pengertian dari syirkah ini. Syirkah adalah kerja sama antara dua orang atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana atau keahlian dengan kesepakatan.

Syirkah atau sering juga disebut dengan syarikah adalah bentuk perseroan dalam Islam yang pola operasionalnya melekat prinsip kemitraan usaha dan bagi hasil. Secara prinsip syirkah berbeda dengan model perseroan dalam sistim ekonomi kapitalisme. Perbedaaan-perbedaan yang ada tidak hanya terletak pada tidak adanya praktik bunga dalam model ini, tetapi juga berbeda dalam hal transaksi pembentukannya, operasionalnya maupun pembentukan keuntungan dan

57Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance, (England: John Wiley & Sons, Ltd, 2007), hal. 308

58Slamet Wiyono, Op.Cit, hal. 49

59Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, cetakan keempat belas, Jakarta: Tazkia Cendekia, 2009), hal. 56

Gambar

Tabel II
Tabel III
Tabel IV

Referensi

Dokumen terkait

Dan yang terkahir, buat teman-teman kuliah yang nggak bisa aku sebutin satu-satu, terima kasih sudah bantu saya selama kuliah 4 tahun ini, setiap mata kuliah, selalu

Pada pasien stroke akan mengalami paralysis salah satu sisi anggota badan atau bahkan keduannya, sehingga pasien dapat menggalami penekanan dalam waktu

PRA-RANCANGAN PABRIK DIBUTYL PHTHALATE DARI PHTHALIC ANHHYDRIDE DAN N-BUTANOLDENGAN KALATIS ASAM SULFAT.. KAPASITAS

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui ketersediaan input produksi, menganalisis perbandingan biaya produksi serta penerimaan pada usaha ternak ayam potong

Sebagai alternatif, digunakan fuzzy use case points yang merupakan modifikasi dari use case points yaitu dengan menambahkan atau memodifikasi nilai pengali dari

Dari analisis yang dilakukan terhadap hasil penelitian didapat perolehan bioetanol per jumlah bahan baku awal yang terbaik adalah 12,5 ml/kg dengan densitas sebesar 0,962

Kegiatan kampanye yang bertujuan dalam menciptakan suatu efek tertentu pada masyarakat melalui proses komunikasi, memiliki fungsi dan tujuan sebagai berikut.. Fungsi

“Bagaimana peran sekretaris dalam perjalanan dinas Staf Ahli Gubernur pada. Sekretariat Staf Ahli Gubernur di Kantor Gubernur Provinsi Sumatera