• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA BANK SUMUT

A. Penyelesaian Sengketa Melalui Musyawarah Dengan Cara

syawara yang berarti menampakkan sesuatu atau mengeluarkan madu dari sarang lebah.167 Sedangkan kata musyawarah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia mengandung arti berunding dan berembuk.168 Secara terminologi musyawarah berarti perbuatan aktif yang tidak berhenti pada batas-batas sukarela dalam

166Hasil wawancara dengan Pimpinan Capem Bank Sumut Syariah Cabang Medan Marelan, Bapak Yuna Teruna pada tanggal 8-9Desember 2016

167Waryono Abdul Ghafur, Tafsir Sosial, (Yogyakarta: eLSAK Press, 2005), hal. 153

168Tim Penyusun Kamus Pusat, Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hal. 677

berpendapat, melainkan meningkat dari sukarela menjadi upaya perbuatan mengemukakan pendapat sebaik-baiknya.169

Musyawarah merupakan kaidah dasar bagi oposan, yaitu meminta pendapat orang lain tentang suatu masalah. Semua pihak berpendapat bahwa musyawarah dianjurkan. Melihat permasalahannya, musyawarah bias bersifat umum dan besifat khusus.170

Pengertian musyawarah bertitik tolak dari seseorang yang minta pendapat kepada orang lain tentang suatu masalah. Pendapat itu hanya sekedar pertimbangan dalam menentukan keputusan. Jadi tidak ada keharusan untuk menerima saran yang diajukan.171 Pengertian musyawarah lainnya menyebutkan bahwa musyawarah merupakan dialog langsung.172

Salah satu contoh musyawarah yang baik yaitu yang terjadi pada hari Saqifah.

Para sahabat berdialog dan berdebat untuk menentukan khalifah sebagai pengganti kepemimpinan Nabi. Akhirnya setelah melalui perdebatan sertu, disepakati bahwa Abu Bakar menjadi Khalifah pertama.173

Musyawarah terbagi pada 2 (dua) jenis, yaitu:174

169Muhammad Imaroh, Perang Terminologi Islam Versus Barat, (Jakarta: Robbani Press, 1998), hal. 171

170Jabir Qumaihah, Beroposisi Menurut Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1990), hal. 38

171Ibid

172Maria S. W. Sumardjono, Kebijakan Pertanahan: Antara Regulasi dan Implementasi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2001), hal. 75

173Jabir Qumaihah ,Loc. Cit, hal. 38

174Ibid, hal. 38-39

1. Musyawarah khusus, yaitu musyawarah yang berkenaan dengan masalah-masalah pribadi. Sebagai contoh, ketika Nabi meminta pendapat sebagian sahabat tentang masalah Aisyah setelah tersebarnya hadist ifki (berita bohong).

2. Musyawarah umum, yaitu musyawarah tentang permasalahan umat seperti peperangan, ekonomi, politik dan sebagainya.

Salah satu ayat yang memerintahkan bermusyawarah adalah Al-quran Surah Ali Imran Ayat 159 yang artinya “…..Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertakkwallah kepada Allah”.

Abdul Hamid Mutawali seorang alhi Fiqih modern berpendapat bahwa musyawarah hukumnya sunat, dengan alasan:175

1. Tidak ada nash dalam Al-Quran dan As-Sunnah yang mewajibkan seorang penguasa menjalankan pendapat orang yang diajaknya bermusyawarah. Rasulullah tidak harus mengikuti pendapat para sahabat yang diajaknya bermusyawarah, terutama pendapat yang kurang sesuai

2. Rasullah pernah berkata kepada Abu Bakar dan Umar bahwa kalian berdua sudah sependapat dalam musyawarah, niscaya kalian (seluruh peserta musyawarah) tidak ada masalah lagi.

Pada Pasal 18 khususnya Angka 1 di dalam akad Syirkah Mudharabah yang berlaku di Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya mengatur mengenai penyelesaian perselisihan antara bank dengan nasabah. Di dalam pasal 1 disebutkan

175Ibid, hal. 41

bahwa dalam hal terjadi perbedaan pendapat atau penafsiran atas hal-hal yang tercantum di dalam akad ini atau terjadi perselisihan atau sengketa dalam pelaksanaannya, maka Kedua Belah Pihak sepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah untuk mufakat.

Angka 1 Pasal 18 di atas menjadi sumber hukum yang tidak dapat diindahkan karena menjadi dasar kedua belah pihak, bank dan nasabah, dalam penyelesaian perselisihan atau sengketa apabila itu terjadi. Bank sebagai pihak yang dirugikan dalam hal ini, harus mengambil langkah non litigasi terlebih dahulu yaitu musyawarah sebelum mengambil langkah ke litigasi.

Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya tidak akan mengambil langkah terburu-buru dalam penyelesaian sengketa dengan nasabah. Walaupun langkah hukum dapat diambil, namun musyawarah atau negosiasi dengan nasabah adalah langkah terbaik untuk mengembalikan modal bank. Musyawarah adalah langkah terbaik untuk kembalinya modal bank dengan cara cepat apabila dibandingkan dengan langkah hukum seperti mengajukan gugatan ke pengadilan atau dengan cara permohonan eksekusi jaminan.176

Langkah yang dilakukan oleh pihak Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya sebelum mengambil langkah musyawarah dengan nasabah adalah dengan cara menentukan terlebih dahulu bahwa nasabah sudah melakukan tindakan cidera janji atau wanprestasi. Pada akad pembiayaan, tidak ada kewajiban Bank Sumut Syariah

176Hasil wawancara dengan Pimpinan Capem. Bank Sumut Syariah Cabang Medan Marelan Raya, Bapak Yuna Teruna pada tanggal 8-9Desember 2016

Cabang Marelan Raya untuk memberitahuan kepada nasabah apabila telah melakukan wanprestasi, namun sebagai itikad baik dan berharap nasabah dapat membayar kewajibannya maka pemberitahuan dilayangkan ke nasabah.177

Di dalam proses musyawarah tersebut, pihak bank melakukan negosiasi ulang kepada nasabah terhadap penyelesaian kewajibannya. Apa saja yang menjadi kendala bagi nasabah sehingga tidak mampu untuk melaksanakan pembiayaan tersebut.

Setelah mendapatkan beberapa alasan yang menjadi kendala bagi nasabah dalam melaksanakan kewajibannya, barulah langkah apa yang tepat untuk diberikan solusi kepada nasabah tersebut.178

Musyawarah yang dilakukan oleh kedua belah pihak pada dasarnya bertujuan untuk damai karena mencari jalan keluar dalam memecahkan permasalahan yang ada.

Hal ini sesuai dengan apa yang dimaksud dengan kata shulh. Secara bahasa, kata al-shulhu berarti memutus pertengkaran/perselisihan. Arti Shulhu atau al- Shulh adalah suatu akad yang disepakati dua orang yang bertengkar dalam hak untuk melaksanakan sesuatu, dengan akad itu dapat hilang perselisihan.179Wahbah Zulhaily shulhu mengartikan akad untuk mengakhiri semua bentuk pertengkaran atau perselisihan.180

177Hasil wawancara dengan Pimpinan Capem. Bank Sumut Syariah Cabang Medan Marelan Raya, Bapak Yuna Teruna pada tanggal 8-9Desember 2016

178Hasil wawancara dengan Pimpinan Capem. Bank Sumut Syariah Cabang Medan Marelan Raya, Bapak Yuna Teruna pada tanggal 8-9Desember 2016

179Hasbi Ash Siddiqi, Pengantar Fiqih Muamalat,(Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hal. 92

180Wahbah Zuhaily, al- Fiqih al – Islami wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al- Fikr al- Muashir, 2005), hal. 4330

Pelaksanaan musyawarah untuk mufakat yang dijalankan dengan cara damai sebenarnya dianjurkan oleh Allah SWT di dalam Al-Quran, Surah Al-Hujarat Ayat 10, “Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”

Di dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh pihak nasabah, Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya menawarkan langkah restrukturisasi, yang terdiri atas; penjadwalan kembali, persyaratan kembali dan penataan kembali.

Restruturisasi telah diatur di dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah Unit Usaha Syariah. Adapun beberapa hal yang diatur di dalam peraturan tersebut, yaitu:

1. Salah satu upaya untuk menjaga kualitas pembiayaan, Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dapat melakukan restrukturisasi pembiayaan atas nasabah yang memiliki prospek usaha dan/atau kemampuan membayar;

2. Dalam melaksanakan restrukturisasi pembiayaan, Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah harus memperhatikan prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah;

3. Restrukturisasi Pembiayaan adalah upaya yang dilakukan Bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya, antara lain melalui penjadualan kembali (rescheduling), persyaratan kembali (reconditioning) dan penataan kembali (restructuring).

4. Bank dilarang melakukan Restrukturisasi Pembiayaan dengan tujuan untuk menghindari:

a. Penurunan penggolongan kualitas Pembiayaan;

b. Pembentukan penyisihan penghapusan aktiva (PPA) yang lebih besar; atau c. Penghentian pengakuan pendapatan margin atau ujrah secara akrual.

5. Restrukturisasi Pembiayaan hanya dapat dilakukan atas dasar permohonan secara tertulis dari nasabah.

6. Restrukturisasi Pembiayaan hanya dapat dilakukan untuk Pembiayaan dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet yang wajib didukung dengan analisis dan bukti-bukti yang memadai serta terdokumentasi dengan baik.

7. Restrukturisasi Pembiayaan dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu akad Pembiayaan awal. Restrukturisasi Pembiayaan kedua dan ketiga dapat dilakukan paling cepat 6 (enam) bulan setelah Restrukturisasi Pembiayaan sebelumnya.

8. Pembiayaan yang direstrukturisasi lebih dari 3 (tiga) kali digolongkan Macet sampai dengan Pembiayaan lunas.

9. Bank wajib memiliki kebijakan dan Standard Operating Procedure tertulis mengenai Restrukturisasi Pembiayaan.

10.Bank wajib melaporkan Restrukturisasi Pembiayaan kepada Bank Indonesia

Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan Bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya, antara lain melalui:181 1. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal pembayaran

kewajiban nasabah atau jangka waktunya

2. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan Pembiayaan, antara lain perubahan jadwal pembayaran, jumlah angsuran, jangka waktu dan/atau pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada Bank;

3. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan Pembiayaan tidak terbatas pada rescheduling atau reconditioning, antara lain meliputi:

a. penambahan dana fasilitas Pembiayaan Bank;

b. konversi akad Pembiayaan;

c. konversi Pembiayaan menjadi surat berharga syariah d. berjangka waktu menengah

e. konversi Pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan nasabah

Selanjutnya pada tanggal 28 Oktober 2008, Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/34/DPbs 2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Adapun secara umum yang diatur di dalam surat edaran tersebut adalah:

1. Restrukturisasi Pembiayaan oleh Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Penjadwalan kembali (rescheduling) b. Persyaratan kembali (reconditioning)

c. Penataan kembali (restructuring), antara lain meliputi:

1) Penambahan dana

181Pasal 1angka 7 Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah Unit Usaha Syariah.

2) Konversi akad pembiayaan

3) Konversi pembiayaan menjadi Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu Menengah

4) Konversi Pembiayaan menjadi Penyertaan Modal Sementara

2. Dalam rangka melaksanakan restrukturisasi pembiayaan, BUS dan UUS wajib memiliki kebijakan dan prosedur, yang sekurangnya meliputi:

a. Penetapan satuan kerja khusus untuk menangani Restrukturisasi Pembiayaan;

b. Penetapan limit wewenang memutus pembiayaan yang direstrukturisasi;

c. Kriteria Pembiayaan yang dapat direstrukturisasi;

d. Sistem damStandard Operating Procedure Restrukturisasi Pembiayaan;

e. Sistem informasi manajemen Pembiayaan yang direstrukturisasi.

3. BUS dan UUS wajib membentuk satuan kerja khusus untuk menangani Restrukturisasi Pembiayaan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing BUS dan UUS.

4. BUS dan UUS dapat mengenakan ganti rugi (ta’widh) kepada nasabah dalam rangka Restrukturisasi Pembiayaan sebesar biaya riil yang dikeluarkan dalam rangka penagihan hak yang seharusnya dibayarkan oleh nasabah dan bukan potensi kerugian yang diperkirakan akan terjadi (potential loss) karena adanya peluang yang hilang (opportunity loss/al-furshah al-dha-i’ah).

5. Perubahan-perubahan yang disepakati antara BUS atau UUS dengan nasabah dalam Restrukturisasi Pembiayaan harus dituangkan dalam addendum akad Pembiayaan atau akad pembiayaan baru.

6. Cara restrukturisasi yang dapat dilakukan untuk masing-masing bentuk Pembiayaan adalah sebagai berikut:

a. Piutang Murabahah dan Piutang Istishna’

1) Penjadwalan kembali (rescheduling) 2) Persyaratan kembali (reconditioning)

3) Penataan kembali (restructuring) dengan melakukan konversi akad pembiayaan menjadi ijarah muntahiyyah bittamlik atau mudharabah atau musyarakah

4) Penataan kembali (restructuring) dengan melakukan konversi menjadi Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu Menengah

5) Penataan kembali (restructuring) dengan melakukan konversi menjadi Penyertaan Modal Sementara

b. Piutang Salam

1) Penjadwalan kembali (rescheduling) 2) Persyaratan kembali (reconditioning)

3) Penataan kembali (restructuring) dengan penambahan dana c. Piutang Qardh

1) Penjadwalan kembali (rescheduling) 2) Persyaratan kembali (reconditioning) d. Mudharabah dan Musyarakah

1) Penjadwalan kembali (rescheduling)

2) Persyaratan kembali (reconditioning)

3) Penataan kembali (restructuring) dengan penambahan dana

4) Penataan kembali (restructuring) dengan melakukan konversi menjadi Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu Menengah

5) Penataan kembali (restructuring) dengan melakukan konversi menjadi Penyertaan Modal Sementara

e. Ijarah dan Ijarah Muntahiyyah Bittamlik 1) Penjadwalan kembali (rescheduling) 2) Persyaratan kembali (reconditioning)

3) Penataan kembali (restructuring) dengan melakukan konversi akad pembiayaan menjadi mudharabah atau musyarakah

4) Penataan kembali (restructuring) dengan melakukan konversi menjadi Penyertaan Modal Sementara

f. Ijarah Multijasa

1) Penjadwalan kembali (rescheduling) 2) Persyaratan kembali (reconditioning)

7. Kewajiban pelaporan Restrukturisasi Pembiayaan mengacu pada ketentuan Laporan Berkala Bank Umum Syariah.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/34/DPbs 2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah tersebut di atas, restrukturisasi pada pembiayaan Al-musyarakah dapat dilakukan sebagai berikut:182

1. Penjadwalan ulang (rescheduling)

Restrukturisasi yang dilakukan dengan memperpanjang jangka waktu jatuh tempo pembiayaan tanpa mengubah sisa kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada BankUmum Syariah atau Unit Usaha Syariah

2. Persyaratan kembali (reconditioning)

Restrukturisasi yang dilakukan dengan menetapkan kembali syarat-syarat

pembiayaan antara lain nisbah bagi hasil, jumlah angsuran, jangka waktu dan/atau pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada BUS atau UUS

3. Penataan kembali (restructuring) dengan penambahan dana. Restrukturisasi yang dilakukan dengan penambahan dana oleh BUS atau UUS kepada nasabah agar kegiatan usaha nasabah dapat kembali berjalan dengan baik.

182Poin IV angka 4 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/34DPbs tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

4. Penataan kembali (restructuring) dengan melakukan konversi menjadi Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu Menengah. Penempatan dalam bentuk Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu Menengah dalam rangka restrukturisasi dilakukan sebagai berikut:

a. BUS atau UUS menghentikan akad Pembiayaan dalam bentuk mudharabah atau musyarakah.

b. BUS atau UUS membuat akad mudharabah atau musyarakah dengan nasabah untuk Surat Berharga Berjangka Waktu Menengah yang diterbitkan oleh nasabah atas dasar proyek yang dibiayai.

c. BUS atau UUS memiliki Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu Menengah paling tinggi sebesar sisa kewajiban nasabah.

5. Penataan kembali (restructuring) dengan melakukan konversi menjadi Penyertaan Modal Sementara. Penyertaan Modal Sementara dalam rangka restrukturisasi dilakukan sebagai berikut:

a. Penyertaan Modal Sementara hanya dapat dilakukan pada nasabah yang merupakan badan usaha berbentuk hukum Perseroan Terbatas.

b. BUS atau UUS menghentikan akad Pembiayaan dalam bentuk mudharabah atau musyarakah.

c. BUS atau UUS membuat akad musyarakah dengan nasabah untuk Penyertaan Modal Sementara sesuai kesepakatan dengan nasabah atas usaha yang dilakukan.

d. BUS atau UUS melakukan Penyertaan Modal Sementara sebesar sisa kewajiban nasabah.

Sisa kewajiban nasabah dalam restrukturisasi akad Pembiayaan dalam bentuk mudharabah atau musyarakah sebagaimana dimaksud dalam butir VI.4 huruf a, huruf b, huruf d dan huruf e merupakan jumlah pokokyang belum dibayar oleh nasabah pada saat dilakukan restrukturisasi.

Pada tanggal 8 Februari 2011, Bank Indonesia kembali mengeluarkan peraturan tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 Tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Adapun secara umum yang diatur di dalam peraturan ini adalah:

1. Dalam rangka menjaga kelangsungan usaha dan kualitas pembiayaan serta meminimalisasi risiko kerugian, Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah berkewajiban menjaga kualitas pembiayaannya, dimana salah satu upayanya dapat dengan melakukan Restrukturisasi Pembiayaan atas nasabah yang memiliki prospek usaha dan/atau kemampuan membayar.

2. Ketentuan ini mengatur hal-hal berupa:

a. Kualitas pembiayaan yang dapat dilakukan restrukturisasi.

b. Intensitas berapa kali restrukturisasi pembiayaan dapat dilakukan dan penetapan kualitas pembiayaan apabila melebih jumlah maksimal pelaksanaan restrukturisasi pembiayaan sesuai ketentuan.

c. Bank wajib menetapkan jumlah maksimal pelaksanaan restrukturisasi pembiayaan untuk pembiayaan dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet.

d. Laporan restrukturisasi pembiayaan bagi BPRS.

3. Pelaksanaan Restrukturisasi Pembiayaan, hendaknya menganut prinsip universal yang berlaku di perbankan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah.

4. Restrukturisasi Pembiayaan dapat dilakukan untuk Pembiayaan dengan kualitas Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet.

5. Restrukturisasi Pembiayaan dengan kualitas Lancar dan Dalam Perhatian Khusus dapat dilakukan paling banyak 1 (satu) kali, dan apabila dilakukan lebih dari 1 (satu) kali digolongkan paling tinggi Kurang Lancar.

6. Bank wajib memiliki kebijakan dan Standard Operating Procedure tertulis mengenai Restrukturisasi Pembiayaan, termasuk didalamnya penetapan jumlah maksimal pelaksanaan restrukturisasi untuk Pembiayaan dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet.

7. Restrukturisasi Pembiayaan dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet, dapat dilakukan paling banyak sesuai ketentuan bank yang mengatur mengenai jumlah maksimal Restrukturisasi Pembiayaan, dan apabila dilakukan lebih dari jumlah maksimal tersebut digolongkan Macet sampai dengan Pembiayaan lunas.

8. Bank Indonesia berwenang menetapkan kualitas Pembiayaan yang berbeda dengan Bank, apabila Bank melakukan Restrukturisasi Pembiayaan tidak sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai Restrukturisasi Pembiayaan.

9. BPRS wajib melaporkan Restrukturisasi Pembiayaan secara on-line kepada Bank Indonesia, sejak pelaporan bulan Mei 2011 yang disampaikan bulan Juni 2011 dan pada masa transisi menyampaikan laporan Restrukturisasi Pembiayaan secara off-line dan on-off-line.

Berdasarkan penjelasan di atas, Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya pada prinsipnya memberikan keleluasaan kepada nasabah untuk mengambil langkah dalam menghadapi hambatan pembiayaan bermasalah tersebut. Upaya tersebut dapat melalui penjadwalan ulang (rescheduling), persyaratan kembali (reconditioning) ataupun penataan kembali (restructuring). Di dalam memilih langkah-langkah tersebut tetap harus melalui persetujuan Bank Sumut yang mengacu kepada profil

kemampuan nasabah khususnya dalam segi ekonomi. Namun tetap nasabah yang memilih jenis restrukturisasi yang ditawarkan oleh Bank Sumut Syariah Cabang Marelan Raya.183

B. Lelang Eksekusi Objek Jaminan Tanpa Melalui Penetapan Pengadilan