• Tidak ada hasil yang ditemukan

KHODAM MALAIKAT DAN KHODAM SETAN JIN

Dalam dokumen 3 al furqon (Halaman 184-196)

SURGA YANG FANA

KHODAM MALAIKAT DAN KHODAM SETAN JIN

‗Setan‘, menurut istilah bahasa Arab, berasal dari kata syathona yang berarti ba‟uda atau jauh. Jadi ‗setan‘ artinya jauh dari kebaikan. Maka yang dimaksud dengan ‗setan‘ adalah makhluk yang jauh dari kebaikan. Oleh karena hati terlebih dahulu telah jauh dari kebaikan, maka selanjutnya hati itu akan cenderung mengajak orang lain menjauhi kebaikan. Apabila setan itu dari golongan Jin maka berarti setan Jin, dan apabila dari golongan manusia maka berarti setan manusia.

Setan itu dari manusia apabila setan Jin telah menguasai hati manusia sehingga perangainya menjelma menjadi perangai setan. Rasulullah  menggambarkan potensi tersebut dan sekaligus memberikan peringatan kepada manusia melalui sabdanya:

َؾِو

َلاً

َأٖن

ً

ٖشؾا

َق

ٔرو

ِقَن

ًَق

ُو

ِوُؿ

ِوَن

ًَع

َؾ

ُؼًى

ُؾِو

ٔب

ًَب

ٔـ

َآًى

َدَم

ًَؾَـ

َظ

ُِٖو

ٔاًا

َؾ

َؿًى

َؾُؽ

ِو

ٔت

ً

ٖيؾا

َؿ

َوو

ٔتا

"Kalau sekiranya setan tidak meliputi hati anak Adam,

pasti dia akan melihat alam kerajaan langit”.

ِإٖن

ً

ٖشؾا

ِقَط

َنو

ًَؾَق

ِه

ِٖ

ٔؿًى

ِنً

ِبا

ِنً

َآَد

َمً

َؿ

ِه

َٖ

ٖٔؾاًى

ِمًً

َػ

َض

ٚقُؼ

ِو

َؿًا

َهٔو

َقر

ُهًٔ

ْؾوب

ُه

ِوِع

"Sesungguhnya setan masuk (mengalir) ke dalam tubuh anak Adam mengikuti aliran darahnya, maka sempitkanlah jalan

masuknya dengan puasa".

Setan dapat menguasai manusia dengan cara mengendarai nafsu syahwatnya. Sedangkan urat darah manusia dijadikan jalan setan untuk masuk dalam hatinya, agar dari hati itu setan dapat mengendalikan hidup manusia. Untuk itu, supaya manusia terhindar dari tipu daya setan tersebut, maka manusia harus mampu menjaga dan mengendalikan nafsu syahwatnya sendiri, padahal manusia dilarang membunuh nafsu syahwat itu, karena dengan nafsu syahwat manusia tumbuh dan hidup sehat, mengembangkan keturunan, bahkan menolong untuk menjalankan ibadah.

Dengan melaksanakan ibadah puasa secara teratur dan istiqomah, di samping hal tersebut dapat menyempitkan jalan masuk setan dalam tubuh manusia, juga, dengan itu manusia dapat menguasai nafsu syahwatnya sendiri, sehingga manusia dapat terjaga dari tipudaya setan. Itulah hakekat mujahadah. Jadi mujahadah adalah perwujudan pelaksanaan pengabdian seorang hamba kepada Tuhannya secara keseluruhan, baik dengan puasa, shalat maupun

dzikir. Mujahadah itu merupakan sarana yang sangat efektif bagi manusia untuk mengendalikan nafsu syahwat dan sekaligus untuk menolak setan. Allah  berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, bila mereka

ditimpa was-was dari setan, mereka berdzikir kepada Allah,

maka ketika itu juga mereka melihat". (QS.al-A‘raaf.7/201)

Dari firman Allah  di atas, yang dimaksud dengan lafad "Tadzakkaruu" ialah, melaksanakan dzikir dan wirid-wirid yang sudah diistiqamahkan, sedangkan yang dimaksud ―Mubshiruun‖, adalah melihat. Maka itu berarti, ketika hijab-hijab hati manusia sudah dihapuskan sebagai buah dzikir yang dijalani, maka sorot matahati manusia menjadi tajam dan tembus pandang.

Jadi, berdzikir kepada Allah  yang dilaksanakan dengan dasar Takwa kepada-Nya, di samping hal tersebut dapat menolak setan, juga bisa menjadikan hati seorang hamba menjadi cemerlang, karena hati itu telah dipenuhi Nur ma'rifatullah. Selanjutnya, ketika manusia telah berhasil menolak setan Jin dari dalam hatinya, maka khodamnya yang asalnya setan Jin akan kembali berganti menjadi golongan malaikat.

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka,

maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan

mengatakan) “Janganlah kamu merasa takut janganlah kamu

merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan memperoleh

surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”(30)Kamilah

pelindung-pelindungmu di dalam kehidupan di dunia maupun

di akherat”. (QS. Fushilat; 41/30-31)

Firman Allah  di atas yang artinya: “Kami

adalah pelindung-pelindungmu di dalam kehidupan di dunia maupun di akherat”, itu menunjukkan bahwa malaikat-malaikat yang diturunkan Allah  kepada orang yang istiqamah tersebut adalah untuk dijadikan

khodam-khodam baginya.

Walhasil, bagi pengembara-pengembara di jalan Allah , kalau pengembaraan yang dilakukan tersebut benar dan pas jalannya, maka mereka akan mendapatkan khodam-khodam dari jenis yang pertama, yaitu dari golongan malaikat. Seandainya orang yang mempunyai khodam Malaikat itu disebut wali, maka mereka adalah waliyullah. Adapun pengembara yang

pas dengan jalan yang kedua, yaitu jalan hawa nafsunya, maka mereka akan mendapatkan khodam

dari golongan yang kedua yaitu golongan Jin. Apabila

khodam jin itu ternyata adalah setan Jin maka

pengembara itu dinamakan walinya setan Jin. Jadi Wali itu ada dua macam: (1) Auliyaaur-Rohmaan (Wali-walinya Allah), dan (2) Auliyaausy-Syayaathiin

(Walinya setan). Allah  menegaskan dengan firman-Nya:

“Dan orang-orang yang tidak percaya, Wali-walinya adalah

setan yang mengeluarkan dari Nur kepada kegelapan. Mereka itu

adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. (QS.al-Baqoroh.2/257) Dan juga firman-Nya:

"Sesungguhnya kami telah menjadikan setan-setan sebagai

Wali-wali bagi orang yang tidak percaya ".

(QS. Al-A‘raaf; 7/27)

Seorang pengembara di jalan Allah , baik dengan dzikir maupun wirid, mujahadah maupun

riyadlah, kadang-kadang dengan melaksanakan

wirid-wirid khusus di tempat yang khusus pula, perbuatan itu mereka lakukan sekaligus dengan tujuan untuk berburu khodam-khodam yang diingini. Khodam-khodam

tersebut dicari dari rahasia ayat-ayat yang dibaca. Semisal mereka membaca ayat kursi sebanyak seratus ribu dalam sehari semalam, dengan ritual tersebut mereka berharap mendapatkan khodamnyaayat kursi.

Sebagai pemburu khodam, mereka juga kadang-kadang mendatangi tempat-tempat yang terpencil, di kuburan-kuburan yang dikeramatkan, di dalam gua di tengah hutan belantara. Mereka mengira khodam itu bisa diburu di tempat-tempat seperti itu. Kalau dengan itu ternyata mereka mendapatkan khodam

yang diingini, maka boleh jadi mereka justru terkena tipudaya setan Jin. Artinya, bukan Jin dan bukan Malaikat yang telah menjadi khodam mereka, akan tetapi sebaliknya, tanpa disadari sesungguhnya mereka sendiri yang menjadi khodam Jin yang sudah didapatkan itu. Akibat dari itu, bukan manusia yang dilayani Jin, tapi merekalah yang akan menjadi pelayan Jin dengan selalu setia memberikan sesaji kepadanya.

Sesaji-sesaji itu diberikan kepada khodam- khodam

itu dengan mengikuti apa yang dikehendaki oleh

khodam Jin tersebut. Yaitu dengan selalu memberi

makan kepadanya, dengan kembang telon atau membakar kemenyan serta apa saja sesuai yang diminta oleh khodam- khodam tersebut, bahkan dengan melarungkan sesajen di tengah laut dan memberikan tumbal. Mengapa hal tersebut harus dilakukan,

karena apabila itu tidak dilaksanakan, maka khodam

Jin itu akan pergi dan tidak mau membantunya lagi. Apabila perbuatan seperti itu dilakukan oleh manusia, berarti saat itu manusia telah berbuat syirik kepada Allah . Kita berlindung kepada Allah  dari godaan setan yang terkutuk.

Memang yang dimaksud khodam adalah ―rahasia bacaan‖ dari wirid-wirid yang didawamkan manusia. Namun, apabila dengan wirid-wirid itu kemudian manusia mendapatkan khodam, maka semestinya

khodam tersebut hanya didatangkan dengan

sendirinya sebagai anugerah Allah  dengan proses yang diatur oleh-Nya. Khodam itu didatangkan dengan izin-Nya, sebagai buah ibadah yang ikhlas semata-mata karena pengabdian kepada-Nya, bukan dihasilkan karena sengaja diusahakan untuk mendapatkan khodam.

Apabila khodam-khodam itu diburu, kemudian orang mendapatkan, yang pasti khodam itu bukan datang dari sumber yang diridlai Allah , walaupun datang dengan izin-Nya pula. Sebab, segala yang datangnya dari Allah , di samping datangnya dari arah yang tidak disangka-sangka, bentuk dan kondisi pemberian itu juga tidak seperti yang diperkiraan oleh manusia. Demikianlah yang dinyatakan Allah :

“Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah. Allah akan

menjadikan jalan keluar baginya (untuk menyelesaikan urusannya) (2) Dan memberikan rizki kepadanya dari arah

yang tidak terduga”. (QS. ath-Tholaq; 65/2-3)

Khodam-khodam itu akan didatangkan Allah 

sesuai yang dikehendaki-Nya, dalam bentuk dan keadaan yang dikehendaki-Nya pula, bukan mengikuti kehendak hamba-Nya. Bahkan juga tidak dengan sebab apa-apa, tidak sebab ibadah dan mujahadah yang dijalani seorang hamba, tetapi semata Allah  sebab kehendakNya. Hanya saja, ketika Allah  sudah menyatakan janji maka Dia tidak akan mengingkari janji-janji-Nya.

eperti yang diuraikan di atas, bahwa wali itu ternyata ada dua jenis:

1). Auliyaaur-Rohmaan, (Wali-walinya Allah).

2). Auliyaausy-Syayaathiin, (Wali-walinya Setan).

“Dan orang-orang yang tidak percaya, Wali-walinya

adalah setan yang mengeluarkan dari Nur kepada kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka

kekal di dalamnya”. (QS. al-Baqoroh; 2/257)

Kemudian firman-Nya:

"Sesungguhnya kami telah menjadikan setan-setan sebagai

Wali-wali bagi orang yang tidak percaya ".

(QS. Al-A‘raaf; 7/27)

Dan lebih tegas lagi, firman-Nya:

“Allah adalah Walinya orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang yang kafir, Wali-walinya adalah setan, yang

mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan”.

(QS.2/257)

Sebelum meneruskan uraian tentang khodam, marilah kita terlebih dahulu mempelajari lebih detail firman-firman Allah  di atas. Lafad: يلولا(al-Waliyyu)

dari ayat di atas maksudnya adalah رصاٌلا (

an-Naashiru) yang berarti penolong. Maksud ayat, Allah

 yang menolong orang-orang beriman. Bentuk pertolongan itu dengan mengeluarkan mereka dari kegelapan syirik menuju cahaya tauhid, dari kegelapan kesusahan kepada cahaya kegembiraan. Menolong dengan melepaskan mereka dari himpitan problem kehidupan, menolong dengan memberikan berbagai macam fasilitas dan kemudahan, menolong dengan menurunkan tentara-tentara yang tidak dapat kamu lihat, menolong dengan menurunkan malaikat-malaikat sebagai pelindung dan pembimbing di dalam kehidupan mereka. Hal itu disebabkan, karena Allah  mencintai orang beriman dan orang-orang yang beriman itu mencintai Allah .

“Yang demikian itu karena disebabkan sesungguhnya Allah

orang-orang yang kafir mereka tidak mempunyai kekasih”.

(QS. Muhammad; 47/11) Dan juga firman-Nya:

“Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta

kepada Allah”. (QS. al-Baqoroh; 2/165)

Adapun orang-orang kafir, mereka tidak mempunyai kekasih dari pihak Allah  akan tetapi kekasih-kekasih mereka hanyalah dari pihak Thoghut

atau tentara setan. Sebagaimana yang dikabarkan oleh Allah  melalui ayat-ayat-Nya di atas:

“Dan orang-orang yang tidak percaya, Wali-walinya

adalah setan yang mengeluarkan dari Nur kepada kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka

kekal di dalamnya”. (QS. al-Baqoroh; 2/257)

Setan dijadikan sebagai Wali atau kekasih bagi orang-orang kafir, maka setan itulah yang akan membimbing orang-orang kafir tersebut keluar dari cahaya kepada kegelapan. Keluar dari iman kepada kafir dan dari tauhid kepada syirik. Dengan cara membimbing mereka menuju kesenangan sesaat, mengikuti kehendak hawa nafsu, namun akhirnya tanpa terasa mereka terjerumus ke jurang neraka. Itu

bertujuan, supaya mereka tetap berkumpul bersama-sama setan di neraka. Oleh karena orang-orang kafir itu telah dicintai setan sejak hidup mereka di dunia, maka di nerakapun mereka itu diharapkan tetap berkumpul lagi dengan setan untuk selama-lamanya.

Sebagaimana tanda-tanda kecintaan Allah  kepada orang-orang yang beriman, dengan menurunkan malaikat-malaikat kepada mereka sebagai khodam-khodam, maka demikian pula setan Jin. Demi kelanggengan kecintaannya itu, dan supaya mereka dapat selalu bersama-sama dengan setan sampai di neraka kelak, maka setan Jin juga menempatkan tentara-tentaranya untuk menyertai hidup orang-orang kafir sebagai khodam mereka.

Dalam dokumen 3 al furqon (Halaman 184-196)