BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Kinerja Dokter Puskesmas yang Dibayar Kapitasi pada
Harapan dari Implementasi program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) secara umum masih belum bisa terlaksana sebagaimana mestinya di puskesmas.
Sistem pelayanan berjenjang sebagai bagian prinsip kendali mutu dan kendali pembiayaan terhadap pelayanan kesehatan tidak terlaksana dengan baik disebabkan oleh kinerja dari fasilitas pelayanan kesehatan primer sebagai ujung tombak pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam sistem kapitasi di era JKN seperti sekarang ini juga belum optimal.
Dalam penelitian menunjukkan bahwa puskesmas di wilayah Kota Gunungsitoli belum bisa melaksanakan fungsi nya sesuai dengan konsep gatekeeper yang diamantkan dalam program JKN. Hal tersebut terlihat dari masih tingginya rendahnya angka utilisasi puskesmas oleh peserta BPJS dan tingginya angka rujukan puskesmas ke Rumah Sakit. Gambaran angka utilisasi pasien peserta BPJS dan rujukan puskesmas di Kota Gunungsitoli dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Gambar 5.1 Rata-rata Angka Kunjungan Pasien Peserta BPJS ke Puskesmas Wilayah Kota Gunungsitoli Periode Januari s.d Maret 2016
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Gunungsitoli
Tingkat utilisasi puskesmas oleh pasien peserta BPJS dilihat dari jumlah kunjungan pasien peserta BPJS ke puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Pada grafik menunjukkan bahwa secara umum tingkat utilisasi puskesmas oleh pasien peserta BPJS masih belum bisa memenuhi target zona aman sesuai dengan yang diamanatkan dalam Peraturan Kepala BPJS nomor 02 tahun 2015.
Rendahnya tingkat utilisasi tersebut menunjukkan bahwa masih belum meratanya masyarakat di Kota Gunungsitoli yang memiliki kemudahan akses terhadap pelayanan kesehatan sebagai manfaat dari implementasi program JKN itu sendiri.
Persebaran penduduk yang cukup luas yang tidak diimbangi dengan ketersediaan sumberdaya kesehatan baik berupa tenaga dan sarana pelayanan kesehatan di pelosok
4,53%
daerah pedalaman menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap program pemerataan pelayanan keehatan kepada seluruh penduduk di wilayah Kota Gunungsitoli.
Berdasarkan data angka rujukan pasien peserta BPJS dari puskesmas ke Rumah Sakit di wilayah penelitian juga belum menunjukkan tujuan dari implementasi program JKN juga telah terlaksana. Hal tersebut dilihat dari beberapa puskesmas yang menunjukkan angka rujukan yang cukup tinggi. Berikut gambaran angka rujukan pasien peserta BPJS dari puskesmas ke Rumah Sakit di Kota Gunungsitoli periode januari sampai dengan maret 2016.
Gambar 5.2 Angka Rujukan Puskesmas ke Rumah Sakit Januari s.d Maret 2016 di Kota Gunungsitoli Sumber : Dinas Kesehatan Kota Gunungsitoli
Dari data tersebut menunjukkan bahwa secara umum masih belum mampu
JKN. Hal ini terlihat dari angka rujukan puskesmas yang masih belum bisa memenuhi standar zona aman rujukan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Kepala BPJS nomor 02 tahun 2015. Puskesmas seharusnya diharapakan mampu untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar sesuai dengan kompetensi yang dimiliki sehingga akan mampu menyaring pelayanan kesehatan ke Rumah Sakit. Hal ini tentunya untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien sebagaimana tujuan dari program JKN itu sendiri dalam melakasanakan kendali mutu dan kendali biaya terhadap pelayanan kesehatan.
Berbagai hal menjadi permasalahan di puskesmasyang dapat menghambat implementasi pelayanan sesuai dengan harapan dan tujuan dari program JKN.
Permasalahan dimaksud berupa keterbatasan dalam hal fasilitas dan sarana prasarana dalam mendukung pelayanan kesehatan di puskesmas serta ketidakmampuan para implementator kebijakan program JKN dalam memahami regulasi yang ada untuk dilaksanakan di puskesmas. Hal tersebut terkait dengan faktor perilaku para tenaga kesehatan di puskesmas, adanya sistem komunikasi dan disposisi yang kurang berjalan dengan baik antara Dinas Kesehatan dan puskesmas. Menurut Edward III dalam Purwanto dan Sulistyastuti (2012), terdapat empat critical factors yang mempengaruhi keberhasilan proses implementasi, keempat faktor itu adalah : komunikasi, sumberdaya, disposisi dan perilaku.
Dokter sebagi pemeran utama dalam gatekeeper conceptpada sistem kapitasi juga belum bisa menjalakan fungsinya dengan baik. Kelemahan kinerja dokter pelayanan primer di puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien peserta BPJS yang sesuai dengan amanat dari program JKN menyebabkan tujuan dari program JKN tersebut akan sulit untuk bisa tercapai. Berbagai hal yang mejadi indikasi determinan kinerja dokter puskesmas terkait dengan sistem kapitasi akan menyebabkan dokter di puskesmas tidak akan mampu untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang diharapkan kepada pasien peserta BPJS.
Dalam upaya pencapaian program kepesertaan semesta (Universal Helath Coverage/UHC), pemerintah daerah harus bisa mendorong seluruh masyarakat untuk bisa ikut terdaftar sebagai peserta BPJS dan memiliki asuransi kesehatan. Salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan tersebut ialah kesamaan visi para pemangku kebijakan untuk menerapkan kerjasama lintas sektoral serta arah politik pemerintah dan legislatif yang sama untuk menjamin ketersediaan anggaran yang bagi peserta BPJS yang kurang mampu dimana sumber pembayaran preminya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Gunungsitoli.
Cakupan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional diwilayah Kota Gunungsitoli merupakan gambaran kepesertaan masyarakat yang telah terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan yang terdiri dari peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan peserta Non PBI. Pada grafik berikut ini dapat dilihat gambaran kepesertaan BPJS kesehatan berdasarkan sumber pembayaran premi di wilayah Kota Gunungsitoli.
Grafik 5.3 Cakupan Kepesertaan JKN Berdasarkan Sumber Dana di Kota Gunungsitoli
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Gunungsitoli
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh informasi bahwa, masih belum semua penduduk Kota Gunungsitoli tercakup dalam JKN sebagai peserta BPJS dimana masih terdapat sebanyak 28.191 jiwa atau sebesar 21 % dari total sejumlah 134.196 jiwa penduduk belum memiliki jaminan kesehatan. Namun apabila dilihat dari cakupan kepesertaan BPJS kesehatan yang ada sampai saat ini, Kota Gunungsitoli masuk dalam kriteria optimis dalam upaya pencapaian Universal health Coverage (UHC) pada tahun 2019.