• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Pelaksanaan APBA

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (Halaman 174-181)

No. Jenis Fasilitas Jumlah Fasilitas (unit)

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN ACEH SERTA KERANGKA PENDANAAN

3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu

3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBA

Kinerja pelaksanaan APBA meliputi kinerja pengelolaan pendapatan dan belanja Aceh. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sumber penerimaan daerah provinsi terdiri atas: (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah; (2) Dana Perimbangan yang meliputi Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak yang terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Pajak Penghasilan (PPh) Perorangan, Sumber Daya Alam (SDA); Dana Alokasi Umum; dan Dana Alokasi Khusus; dan (3) Kelompok-lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi Pendapatan Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Kab/Kota, Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus, dan Dana Bantuan Keuangan. Sedangkan peneriman pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya (SiLPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Dana Cadangan Daerah (DCD), dan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan.

Secara umum pendapatan Aceh masih sangat bergantung pada pendapatan dari dana transfer pemerintah pusat sebagaimana tercermin pada struktur pendapatan Aceh. Dana transfer dari pemerintah pusat dalam bentuk dana perimbangan mendominasi pendapatan Aceh sampai rata-rata 87,77 persen dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Sebaliknya kontribusi Penadapatan Asli Aceh (PAA) dalam kurun waktu yang sama terhadap pendapatan Aceh masih tergolong sangat kecil hanya mencapai 11,87 persen. Ini sebuah kondisi yang tidak menggemberikan terhadap kemandirian fiskal Aceh.

Secara detil realisasi Pendapatan Aceh selama empat tahun terakhir (2008-2011)

disajikan dalam Tabel 3.1. Dari tabel tersebut terlihat bahwa realisasi pendapatan rata-rata

tumbuh sampai 5,96 %. Pertumbuhan tersebut terutama bersumber dari jenis pendapatan yang tidak terjamin kesinambungan yaitu pendapatan dari dana otonomi khusus. Sedangkan pendapatan dari Penadapatan Asli Aceh (PAA) rata-rata pertumbuhannya sangat kecil yaitu hanya 2.72 persen. Walau pun demikian hal positif yang telah dicapai adalah realisasai pendapatan aceh terus mengalami peningkatan dan dapat melebihi target yang ditetapkan sejak tahun 2010. Kecilnya kontribusi PAA terhadap total pendapatan sejak tahun 2008 juga dipengaruhi oleh adanya penerimaan dana otsus yang sangat singnifikan terhadap total pendapatan.

BAB III – RPJM Aceh 2012-2017 | Kinerja Keuangan Masa Lalu 163

Masih rendahnya kontribusi PAA jika dibandingkan dengan pendapatan yang bersumber dari dana tranfer Pemerintah Pusat (dana perimbangan dan otonomi khusus) mencerminkan bahwa belum optimalnya upaya perolehan pendapatan terhadap potensi sumber-sumber pendapatan yang ada. Selama ini sumber PAA masih didominasi oleh pajak daerah terutama pajak kendaraan bermotor, padahal sumber pendapatan tersebut bersifat

closed list

dan pertumbuhannya memiliki keterbatasan dan rentan terhadap perubahan kondisi ekonomi. Oleh karena itu, ke depan perlu segera dicari terobosan untuk mendapatkan sumber pendapatan lain yang prospektif.

Selama kurun waktu 2008-2009, capaian realisasi pendapatan terhadap target belum mengembirakan, tahun 2008 rasio efektivitasnya hanya -10,25 dan tahun 2009 hanya -7,09. Namun demikian tahun 2010 rasio efektifitas jauh lebih baik yaitu 0,17 sebagaimana disajikan

pada Tabel Tabel 3.2 dan Gambar 3.1.

Sementara itu pendapatan dari dana perimbangan tumbuh rata-rata 4,74 persen. Hal ini disebabkan meningkatnya pendapatan dari dana dan dana alokasi umum dan dana otonomi khusus yang secara berturut-turut tumbuh rata-rata 13.07 persen dan 11.13 persen. Pertumbuhan kedua sumber pendapatan tersebut dapat mengimbangi turunnya pendapatan dari dana bagi hasil sampai -16,02 persen. Pendapatan dari dana otonomi khusus tersebut yang meningkat setiap tahun seiring dengan tumbuhnya ekonomi nasional akan diperoleh sampai tahun 2027. Hal ini akan memberikan prospek yang baik terhadap kondisi fiskal Aceh di masa yang akan datang. Sedangkan penurunan dana bagi hasil yang drastis diakibatkan oleh menurunya penerimaan bagi hasil minyak dan gas bumi yang dipekirakan akan terus menurun pada tahun-tahun mendatang dengan belum adanya sumber-sumber dari ladang minyak dan gas yang baru.

BAB III – RPJM Aceh 2012-2017 | Kinerja Keuangan Masa Lalu 164 Tabel 3.1

Pertumbuhan Rata-Rata Realisasi Pendapatan Tahun 2008-2012

No Uraian 2008 (Rp) 2009 (Rp) 2010 (Rp) 2011 (Rp) Target 2012* (Rp) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 PENDAPATAN 6.911.764.844.913,10 6.042.448.625.663,03 6.541.343.824.315,66 7.607.653.826.184,20 8.714.166.146.982 5,96 1.1. Pendapatan Asli Daerah 721.708.102.681,10 743.205.978.025,03 796.842.785.529,59 799.451.065.471,20 803.642.821.605 2,72 1.1.1. Pajak daerah 464.317.354.502,00 462.151.772.869,00 521.326.091.588,00 586.128.576.595,00 622.118.656.181 7,59 1.1.2. Retribusi daerah 12.201.890.114,00 12.040.362.913,00 7.493.489.473,21 9.416.062.290,22 21.095.694.260 14,67 1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan 66.796.142.319,73 75.104.468.183,00 98.845.196.792,36 66.014.699.636,59 102.000.000.000 11,16 1.1.4. Zakat 14.314.166.205,00 22.649.354.923,00 23.453.583.646,00 7.097.968.006,63 8.961.710.458 -11,05

1.1.5. Lain-lain PAD yang

sah 164.078.549.540,37 171.260.019.137,03 145.724.424.030,02 130.793.758.942,76 49.466.760.706 -25,90

1.2. Dana Perimbangan 6.190.056.742.232,00 5.298.885.947.638,00 5.713.330.175.378,00 6.773.424.189.713,00 7.448.527.155.377 4,74

1.2.1.

Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak

2.031.965.789.232,00 1.012.728.723.638,00 1.212.091.519.378,00 1.495.510.221.213,00 1.010.743.974.377 -16,02

1.2.2. Dana alokasi umum 557.327.156.000,00 509.686.224.000,00 621.074.916.000,00 716.646.172.000,00 911.080.707.000 13,07

1.2.3. Dana alokasi khusus 10.620.900.000,00 48.189.000.000,00 30.356.900.000,00 50.611.300.000,00 50.413.710.000 47,60

1.2.4. Dana Otonomi

BAB III – RPJM Aceh 2012-2017 | Kinerja Keuangan Masa Lalu 165 No Uraian 2008 (Rp) 2009 (Rp) 2010 (Rp) 2011 (Rp) Target 2012* (Rp) Rata-rata Pertumbuhan (%)

1.3. Lain-lain Pendapatan yang Sah - 356.700.000,00 31.170.863.408,07 34.778.571.000,00 461.996.170.000,00 99,05

1.3.1 Hibah - - -

1.3.2 Dana darurat - - -

1.3.3

Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya **) - - - 1.3.4 Dana penyesuaian dan otonomi khusus***) 3,590,142,897,000.00 3,728,282,000,000.00 3,849,806,840,000.00 1.3.5 Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya

- -

1.3.6 Lain-lain Pemerimaan

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota; **) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

166 BAB III – RPJM Aceh 2012-2017 | Kinerja Keuangan Masa Lalu Tabel 3.2

Realisasi dan Target Pendapatan Asli Aceh (PAA) Tahun 2008–2012

Tahun Target Realisasi Rasio

Efektivitas

PAD Pertumbuhan PAD Pertumbuhan

2008 795.709.401.264,00 - 721.708.102.681,10 - (10.25)

2009 795.872.000.000,00 0,02 743.205.978.025,03 2,98 (7.09)

2010 795.487.000.000,00 (0.05) 796.842.785.529,59 7,22 0.17

2011 797.284.999.424,00 0,23 799.451.065.471,20 0,33

2012* 803.642.821.605,00 0,80 837.018.406.895,45 4,70

Rata-rata Per Tahun 0,21 2,97

*Target dan realisasi proyeksi

Sumber : Diolah dari Buku Ringkasan APBA dan LKPJ 2008-2010.

Gambar 3.1 Realisasi dan Target Pendapatan Asli Aceh (PAA) Pada APBA Tahun 2008–2010

Setelah melihat kinerja pengelolaan pendapatan, aspek berikutnya untuk melihat kinerja pelaksanaan APBA masa lalu adalah pengelolaan belanja aceh. Pengelolaan belanja aceh dalam periode tahun 2008-2011 tercermin pada realisasi belanja Aceh yang menunjukkan kenaikan setiap tahun. Tahun 2008 dan tahun 2009 realisasi belanja relatif rendah yaitu di bawah 80 persen. Hal ini disebabkan karena belum tersosialisasinya petunjuk pengelolaannya dengan baik pada tahun-tahun awal pelaksanaan program yang didanai oleh dana otonomi khusus (OTSUS) dan tambahan dana bagi hasil minyak dan gas bumi (TDBH Migas). Akan tetapi sejak tahun 2010 realisasi belanja mencapai menunjukkan tingkat realisasi belanja yang signifikan mencapai 91 persen, tahun 2011 mencapai 93 persen.

BAB III – RPJM Aceh 2012-2017 | Kinerja Keuangan Masa Lalu 167 3.1.2. Neraca Aceh

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2001, Neraca Daerah adalah neraca yang disusun berdasarkan standar akuntansi pemerintah secara bertahap sesuai dengan kondisi masing-masing pemerintah. Neraca Daerah memberikan informasi mengenai posisi keuangan berupa aset, kewajiban (utang), dan ekuitas dana pada tanggal neraca tersebut dikeluarkan. Aset, kewajiban, dan ekuitas dana merupakan rekening utama yang masih dapat dirinci lagi menjadi sub rekening sampai level rincian obyek.

Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntasi Pemerintah, Neraca Daerah merupakan salah satu laporan keuangan yang harus dibuat oleh Pemerintah Daerah. Laporan ini sangat penting bagi manajemen pemerintah daerah, tidak hanya dalam rangka memenuhi kewajiban peraturan perundang-undangan yang berlaku saja, tetapi juga sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang terarah dalam rangka pengelolaan sumber-sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh daerah secara efisien dan efektif. Kinerja Neraca Daerah Pemerintah Aceh selama kurun waktu

2008-2010 seperti terlihat pada Tabel 3.3 dan dapat dijelaskan secara rinci, sebagai

berikut:

Aset daerah merupakan aset yang memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi yang dimiliki dan dikuasai pemerintah daerah, memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi pemerintah daerah maupun masyarakat di masa mendatang sebagai akibat dari peristiwa masa lalu, serta dapat diukur dalam uang. Selama kurun waktu 2008-2010, pertumbuhan rata-rata jumlah aset daerah Pemerintah Provinsi Aceh mencapai 23,07 persen yang berarti bahwa jumlah aset Pemerintah Aceh meningkat sebesar 23,07 pesen setiap tahun. Aset tersebut berupa tanah, gedung dan bangunan serta sarana mobilitas dan peralatan kantor yang semuanya dipergunakan untuk kesejahteraan masyarakat Aceh dan juga menunjang kelancaran tugas pemerintahan.

Pertumbuhan rata-rata aset lancar -17,98 persen, meskipun piutang dan persediaan meningkat masing-masing sebesar 10,79% dan 20,05 persen. Hal ini disebabkan karena komponen aset lancar, yaitu kas mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar -18,46%. Pertumbuhan asset lancer yang negatif menunjukan bahwa kondisi aset Pemerintah Aceh berada pada kondisi yang belum memuaskan.

Kewajiban, baik Jangka Pendek maupun Jangka Panjang, memberikan informasi tentang utang pemerintah daerah kepada pihak ketiga atau klaim pihak ketiga terhadap arus kas pemerintah daerah. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang. Dalam kurun

168 BAB III – RPJM Aceh 2012-2017 | Kinerja Keuangan Masa Lalu

waktu 3 tahun terakhir (2008-2010) Pemerintah Aceh tidak mempunyai kewajiban baik kepada pihak ketiga ataupun klaim pihak ketiga terhadap arus kas Pemerintah Aceh. Hal ini menunjukan bahwa Pemerintah Aceh selama kurun waktu tersebut selalu dapat mengandalkan sumber-sumber pendapatan yang sudah ada tanpa melakukan pinjaman

pada pihak ketiga (Tabel 3.3).

Tabel 3.3

Rata-rata Pertumbuhan Neraca Daerah Pemerintah Provinsi Tahun 2008-2010 No. Uraian Rata-rata Pertumbuhan (%) 1. ASET 1.1. ASET LANCAR (17,98) 1.1.1. Kas (18,46) 1.1.2. Piutang 10,79 1.1.3. Persediaan 20,05 1.2 INVESTASI 1.3. ASET TETAP 34,71 1.3.1. Tanah 25,22

132.2. Peralatan dan mesin 19,25

1.3.3. Gedung dan bangunan 66,95

1.3.4. Jalan, irigasi, dan jaringan 36,34

1.3.5. Aset tetap lainnya 24,33

1.3.6. Konstruksi dalam pengerjaan 191,44

1.4. ASET LAINNYA

1.4.1. Tagihan penjualan angsuran -

1.4.2. Tagihan tuntutan ganti kerugian daerah -

1.4.3. Kemitraan dengan pihak kedua -

1.4.4. Aset tak berwujud -

1.4.5. Aset Lain-Lain -

JUMLAH ASET DAERAH 23,07

2. KEWAJIBAN

2.1. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

2.1.1. Utang perhitungan pihak ketiga -

2.1.2. Uang muka dari kas daerah -

2.1.3. Pendapatan diterima dimuka -

2.1.4. Bagian Lancar Utang Jangka Pendek Pokok Pinjaman -

2.1.5 Bagian Lancar Utang Jangka Pendek Bunga Pinjaman -

2.1.6 Utang Bagi Hasil Pajak-Retribusi kepada PEMKAB/PEMKOT -

3. EKUITAS DANA

3.1. EKUITAS DANA LANCAR

3.1.1. SILPA (18,46)

3.1.2. Cadangan piutang 13,10

3.1.3. Cadangan persediaan 20,05

3.1.4. Pendapatan yang Ditangguhkan -

3.1.5 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka

Pendek

-

3.2. EKUITAS DANA INVESTASI

3.2.1. Diinvestasikan dalam aset tetap 34,41

3.2.2. Diinvestasikan dalam aset lainnya 16,32

3.2.3. Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 21,37

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 22,94

BAB III – RPJM Aceh 2012-2017 | Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu 169

Ekuitas Dana yang meliputi Dana Lancar, Dana Investasi, dan Dana Cadangan, merupakan selisih antara aset dengan kewajiban Pemerintah Aceh. Ekuitas Dana Pemerintah Aceh selama kurun waktu 3 tahun mengalami pertumbuhan sebesar 22,94 persen yang berarti bahwa ekuitas dananya cukup memadai.

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (Halaman 174-181)