• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produktivitas Pertanian

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (Halaman 137-144)

procurement , kebijakan e-performance (SAKIP)

C. Kualitas pelayanan kesehatan

2. Waduk/Embung (Aset Sumberdaya Air)

2.4. Aspek Daya Saing Daerah

2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

2.4.1.3. Produktivitas Pertanian

A. Sub Sektor Tanaman Pangan

Produksi padi Aceh mengalami peningkatan, pada tahun 2008 sebesar 1.533.368 Ton meningkat menjadi 1.772.961 ton pada tahun 2011. Demikian juga komoditas jagung mengalami peningkatan, sedangkan komoditas kedelai mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar 63.436 ton menjadi 50.007 ton pada tahun 2011. Menurunnya produksi kedelai pada tahun 2010 dan 2011 disebabkan oleh berkurangnya luas tanam kedelai akibat

tingginya curah hujan (Tabel 2.77).

Tabel 2.77

Produksi Komoditas Pangan Provinsi Aceh Tahun 2008-2011

2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011

1 Padi 360.717 359.375 352.281 380.686 1.533.368 1.556.859 1.582.391 1.772.961

2 Jagung 36.774 39.731 43.885 41.853 125.155 137.910 167.091 168.860

3 Kedelai 14.743 45.110 37.469 35.370 19.029 63.436 53.346 50.007

Sumber : Bappeda, 2012 (Data Diolah)

NO KOMODITI

Produksi (Ton) Luas Panen (Ha)

127 BAB II - RPJM Aceh 2012-2017 | Aspek Daya Saing Daerah

Produktivitas komoditi pangan (padi dan jagung) mengalami peningkatan, namun produktivitas kedelai tidak mengalami peningkatan. Pada tahun 2011, produktivitas padi Aceh (4,66 Ton/Ha) dan jagung (4,03 Ton/Ha) masih dibawah rata-rata nasional untuk produktivitas padi (4,90 Ton/Ha) dan jagung (4,20 Ton/Ha), sedangkan produktivitas kedelai (1,41 Ton/Ha) sudah diatas rata-rata nasional (1,30 Ton/Ha) sebagaimana disajikan dalam

Tabel 2.78. Rendahnya produktivitas komoditi pangan Aceh disebabkan antara lain: 1) belum memadai infrastruktur pertanian seperti irigasi, lining, jalan usaha tani; 2) sumberdaya petani dan penyuluh masih rendah; 3) terbatasnya sentuhan inovasi teknologi (pupuk, benih, penggunaan alat mesin pertanian yang tepat guna); dan 4) pengendalian hama penyakit yang belum terpadu.

Tabel 2.78

Perbandingan Produktivitas Komoditas Pangan Aceh dengan Nasional Tahun 2008-2011

2008 2009 2010 2011 2009 2010 2011

1 Padi 4,25 4,33 4,49 4,66 4,9 5 4,90

2 Jagung 3,40 3,47 3,81 4,03 4,2 4,4 4,20

3 Kedelai 1,29 1,41 1,42 1,41 1,3 1,3 1,30

Sumber : Bappeda, 2012 (Data Diolah)

Produktivitas Aceh (Ton/Ha)

Nasional

NO KOMODITI Aceh

Untuk tercapainya target yang diinginkan sebagaimana disebutkan di atas perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut antara lain: 1) Peningkatan indeks tanam melalui optimalisasi penggunaan lahan dan penyediaan agro input; 2) Peningkatan luas tanam (termasuk integrasi dengan tanaman perkebunan) dengan mengoptimalkan lahan yang tersedia; 3) Perbaikan sarana dan prasarana penunjang; 4) Peningkatan Fungsi Penyuluhan pertanian; 5) Peningkatan pengkajian teknologi dan penyediaan serta penggunaan varitas baru.

B. Sub Sektor Perkebunan

Sub sektor perkebunan telah memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap perekonomian nasional dan daerah, karena memberikan lapangan pekerjaan yang cukup luas bagi masyarakat, penyokong agroindustri nasional, serta ikut menambah cadangan devisa negara. Areal perkebunan di Aceh sampai dengan tahun 2011 adalah seluas 981.197 ha, yang terdiri dari perkebunan rakyat seluas 712.713 ha (78,95%) dan perkebunan besar seluas 206.350 ha (21,03%), dengan jumlah komoditas yang diusahakan sebanyak 23 jenis. Berdasarkan jenis komoditas, kelapa sawit masih mendominasi luas areal perkebunan, yaitu 365.995 Ha (37,31%), sedangkan komoditas yang terkecil diusahakan adalah tanaman jarak hanya seluas 45 ha.

BAB II - RPJM Aceh 2012-2017 | Aspek Daya Saing Daerah 128

Berdasarkan kondisi tanaman, seluas 637.585 ha dari total luas areal tersebut merupakan tanaman menghasilkan yang terdiri dari perkebunan rakyat (481.732 ha) dan perkebunan besar (155.853 ha). Sedangkan sisanya seluas 252.110 ha merupakan tanaman belum menghasilkan yang terdiri dari perkebunan rakyat (222.609 ha) dan perkebunan besar (29.501 ha), serta seluas 118.957 ha merupakan tanaman tua dan telah rusak yang terdiri dari perkebunan rakyat (97.960 ha) dan perkebunan besar (20.995 ha).

Secara umum untuk perkebunan rakyat jumlah luas lahan masing-masing komoditas mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada tahun 2011 jika dibandingkan dengan keadaan pada tahun 2007. Kelapa sawit merupakan komoditas yang mengalami peningkatan luas area paling tinggi yaitu sebesar 86.853 ha (89,98%) dari 96.515 ha (2007) menjadi 183.368 (2011), sedangkan kakao mengalami penambahan sebanyak 41.557 ha (89,51%) dari 46.425 ha (2007) menjadi 87.982 ha (2011). Pertumbuhan luas areal ini disebabkan oleh terjadinya perubahan tren tanaman dikalangan petani akibat dari tingginya harga maupun permintaan pasar terhadap dua jenis komoditi ini.

Tabel 2.79

Produksi Komoditas Perkebunan Rakyat Tahun 2007-2011 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 1 Kelapa Sawit 96.515 113.734 140.441 173.217 183.368 616.413 663.790 998.982 797.049 1.081.142 2 Karet 101.988 104.777 109.104 112.214 122.660 56.113 61.580 63.603 61.509 69.971 3 Kopi 112.113 111.854 125.913 122.527 120.702 48.080 47.811 50.190 47.805 53.949 4 Kakao 46.425 71.873 75.130 81.533 87.982 17.705 26.697 26.466 29.677 37.249 5 Kelapa 112.289 105.757 103.960 103.865 107.471 65.603 54.432 58.008 67.059 63.767 6 Cengkeh 22.165 22.187 22.117 22.609 22.071 2.114 1.949 714 1.505 1.435 7 Pala 17.774 18.229 20.256 20.512 21.521 5.706 4.495 5.459 5.785 5.261 8 Pinang 35.320 35.684 37.895 42.057 42.183 19.158 14.982 22.396 28.657 28.077 9 Lada 1.020 974 1.022 921 896 252 182 217 205 261 10 Nilam 1.551 1.228 2.301 2.866 3.859 118 156 142 214 253 547.160 586.297 638.139 682.321 712.713 831.262 876.074 1.226.177 1.039.465 1.341.365 Sumber : Bappeda Aceh, 2012 (Data diolah)

No

Total

PRODUKSI (TON)

KOMODITAS LUAS TANAM (HA)

Selain mengalami peningkatan, terdapat beberapa komoditas yang mengalami penurunan jumlah luas areal diantaranya yang cukup mencolok yaitu kelapa yang mengalami penurunan seluas 4.818 ha (4,29%) dari 112.289 ha (2007) menjadi 107.471 ha (2011), sedangkan Lada mengalami penurunan sebanyak 124 ha (12%) dari 1.020 ha (2007) menjadi 896 ha (2011). Kondisi ini disebabkan karena Kelapa merupakan tanaman tahunan akibat banyaknya tanaman tua disamping itu harga pasar rendah sehingga petani melakukan konversi lahan ke tanaman lain dari tanaman tersebut menjadi perkebunan dengan jenis komoditi yang lebih menguntungkan (misal : kelapa sawit dan karet) diperkirakan juga menjadi penyebab turunnya luas areal tanam beberapa komoditas.

129 BAB II - RPJM Aceh 2012-2017 | Aspek Daya Saing Daerah

Pengembangan sektor perkebunan memberikan kontribusi cukup penting bagi nilai tambah petani, hal ini terlihat dari jumlah produksi yang dihasilkan pada sektor tersebut semakin meningkat. Komoditas yang banyak permintaan pasarnya dan harga ditingkat pasar tinggi sangat berpengaruh terhadap peningkatan produksi dari suatu komoditas. Secara umum dapat dilihat komoditi nilam yang paling tinggi tingkat pertumbuhan produksinya dalam kurun lima tahun terakhir yaitu sebesar 118 ton (2007) menjadi 253 ton atau meningkat sebesar 114% ditahun 2011, dan komoditi kakao menempati urutan kedua dimana produksinya sebesar 17.705 ton pada tahun 2007 menjadi 37.249 ton atau meningkat sebesar 110 % pada tahun 2011. Selanjutnya komoditas kelapa sawit juga mengalami kenaikan sebesar 75,39% yaitu dari 616.413 ton (TBS) pada tahun 2007 menjadi 1.081.142 ton pada tahun 2011.

Pada kurun waktu lima tahun terakhir ini 2007 -2011 ada beberapa komoditas perkebunan yang mengalami penurunan drastis dalam produksi, hal ini dapat dilihat dari data bahwa komoditas cengkeh sebesar 1.435 ton atau menurun sebanyak 67% ditahun 2011 jika

dibandingkan dengan hasil produksi tahun 2007 yaitu sebesar 2.114 Ton (Tabel 2.79). Selain

itu kelapa merupakan salah satu komoditi yang mengalami penurunan hasil produksi yaitu 65.603 ton pada tahun 2007 menjadi 63.767 ton pada tahun 2011 atau turun sebesar 2,8% Permasalahan penurunan produksi ini diakibatkan oleh usia tanaman yang sudah tua dan

rusak yang sudah waktunya dilakukan peremajaan atau penanaman kembali (

replanting

).

Selain itu juga faktor harga pasaran komoditas yang turun sehingga membuat petani kurang bergairah untuk melakukan pemeliharaan tanaman tersebut. Produktivitas perkebunan rakyat Aceh pada umumnya masih dibawah produktivitas nasional, kecuali untuk komoditas kelapa

sawit yang berada di atas rata-rata nasional seperti yang disajikan pada Tabel 2.80.

Tabel 2.80

Perbandingan Produktivitas Komoditas Perkebunan Rakyat Aceh dengan Nasional Tahun 2007-2011

PRODUKTIVITAS (TON/HA) NASIONAL 2007 2008 2009 2010 2011 2011 1 Kelapa Sawit 6,39 5,84 7,11 4,60 5,90 2,54 2 Karet 0,55 0,59 0,58 0,55 0,57 0,77 3 Kopi 0,43 0,43 0,40 0,39 0,45 4 Kakao 0,38 0,37 0,35 0,36 0,42 0,52 5 Kelapa 0,58 0,51 0,56 0,65 0,59 6 Cengkeh 0,10 0,09 0,03 0,07 0,07 7 Pala 0,32 0,25 0,27 0,28 0,24 8 Pinang 0,54 0,42 0,59 0,68 0,67 9 Lada 0,25 0,19 0,21 0,22 0,29 10 Nilam 0,08 0,13 0,06 0,07 0,07

Sumber : Bappeda Aceh, 2012 (Data diolah)

BAB II - RPJM Aceh 2012-2017 | Aspek Daya Saing Daerah 130

Permasalahan perkebunan rakyat adalah rendahnya produktivitas. Kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa hal antara lain: 1) kurangnya pemeliharaan; 2) penggunaan bibit yang tidak direkomendasikan (bersertifikat); 3) rendahnya sumberdaya petani terkait teknologi pertanian; dan 4) belum intensifnya penyuluhan. Upaya yang harus dilakukan dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah : 1) meningkatkan pemeliharaan dan

melaksanakan

replanting

; 2) penggunaan bibit unggul (bersertifikat); 3) peningkatan SDM

petani dan penyuluh; dan 4) pengendalian hama dan penyakit yang terpadu.

C. Sub Sektor Peternakan

Selama periode 2006-2008 secara umum perkembangan populasi ternak mengalami peningkatan terkecuali untuk kerbau dan ayam buras. hal ini disebabkan terjadinya kasus flu burung yang menyerang ternak unggas dan penyakit SE (ngorok) pada ternak kerbau. Namun pada tahun 2009-2011 populasi ternak telah meningkat kembali seiring dengan upaya pengendalian dan pencegahan penyakit yang dilakukan secara intensif. Ditinjau dari persentase populasi ternak, ayam buras, ayam ras pedaging dan itik (ternak unggas) masih mendominasi jumlah populasi ternak sebesar 84,94 persen, sementara populasi ternak besar dan kecil lainnya

hanya sebesar 15,06 persen (Tabel. 2.81).

Tabel 2.81

Perkembangan Populasi Ternak Menurut Jenis Tahun 2008-2011

Sumber: Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh tahun 2012

Usaha peternakan secara umum sampai saat ini masih merupakan usaha sampingan dari sistem usaha pertanian. Berdasarkan hasil pendataan sapi potong, sapi perah dan kerbau tahun 2011 terdapat 164.123 rumah tangga yang mengusahakan peternakan sapi dan kerbau. Usaha

peternakan masih merupakan usaha rumah tangga dengan skala kepemilikan 1 – 4 ekor

sapi/kerbau sehingga produksi dan produktifitas ternaknya masih rendah. Nilai Tukar Petani (NTP) sub sektor peternakan tahun 2011 sebesar 98,72 yang berarti usaha peternakan di Aceh belum mampu menutupi kebutuhan hidupnya. Hal ini menggambarkan pengelolaan usaha peternak belum efisien akibat mahalnya biaya produksi.

No JENIS TERNAK TAHUN Persentase

Populasi 2007 2008 2009 2010 2011 1 Sapi Perah 33 32 35 41 37 0,00 2 Sapi Potong 639.828 641.093 669.996 671.086 701.284 4,08 3 Kerbau 297.136 280.662 290.772 297.212 303.156 1,82 4 Kuda 3.117 3.243 3.362 3.366 3.433 0,02 5 Kambing 675.879 697.426 807.506 746.475 768.869 5,48 6 Domba 134.577 157.081 193.852 164.251 168.994 1,38 7 Babi 227 333 302 414 422 0,00 8 Ayam Buras 11.125.945 8.904.869 7.999.580 7.799.480 8.189.454 49,84

9 Ayam Ras Petelur 137.950 181.887 232.364 306.380 327.827 2,28

10 Ayam Ras Pedaging 1.399.808 1.346.308 1.836.413 3.011.946 3.222.782 16,15

11 Itik 2.594.754 2.596.927 2.709.545 2.670.611 2.830.847 18,95

131 BAB II - RPJM Aceh 2012-2017 | Aspek Daya Saing Daerah

Produksi daging tahun 2011 sebanyak 27.237.677 kg dengan konsumsi 27.663.093 kg atau setara 6,018 kg/kapita/tahun. Kekurangan produksi daging sebesar 428.416 kg merupakan pemasukan daging dari luar provinsi. Disamping itu terdapat juga pengeluaran ternak sapi yang tercatat sebanyak 652 ekor dan kerbau tercatat sebanyak 207 ekor atau setara 121.119 kg daging serta pengeluaran tidak tercatat.

Produksi telur ayam ras tahun 2011 sebanyak 2.753.747 kg dengan konsumsi 25.566.247 kg atau setara 5,561 kg/kapita/tahun. Kekurangan produksi telur sebanyak 22.812.500 kg disuplai dari luar provinsi. Berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) III Tahun 1998, target konsumsi daging nasional adalah 10,3 kg/kapita/tahun sedangkan telur 6,5 kg/kapita/tahun. Konsumsi daging dan telur Aceh saat ini masih di bawah target konsumsi nasional, yaitu konsumsi daging masih kurang sebesar 4,145 kg/kapita/tahun dan konsumsi telur masih kurang sebesar 0,939 kg/kapita/tahun. Kekurangan tersebut setara dengan 19.054.689 kg daging dan 4.316.611 kg telur.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dari hasil produksi dalam daerah, Aceh harus memproduksi 19.483.105 kg daging dan 27.129.111 kg telur. Dengan demikian, Aceh dapat berpredikat swasembada daging dan telur. Kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai dan mempertahankan swasembada daging dan telur dalam 5 tahun ke depan akan difokuskan pada pengembangan Kawasan Budidaya Sapi Potong, Inseminasi Buatan serta Kawasan Ayam Ras Petelur. Dengan upaya tersebut, diharapkan usaha peternakan dapat meningkatkan NTP sehingga peternak dapat lebih sejahtera.

Permasalahan utama di bidang peternakan antara lain: 1) rendahnya populasi, produksi dan produktivitas ternak berkaitan erat dengan terbatasnya ketersediaan dan rendahnya mutu bibit ternak serta pola pengembangan yang belum berorientasi pada bisnis; 2) terbatasnya ketersediaan bibit ternak disebabkan oleh belum optimalnya sistem reproduksi yang menggunakan Inseminasi Buatan (IB); 3) jumlah serta kualitas sumber daya petugas pelaksanaan IB yang masih terbatas; dan 4) jumlah populasi induk betina produktif yang terbatas menjadi hambatan dalam pelaksanaan IB. Selanjutnya, permasalahan pengembangan ternak unggas adalah : 1) terbatasnya populasi ayam petelur karena sulitnya memperoleh bibit ayam petelur dan mahalnya pakan ternak; 2) sistem pengelolaan usaha ayam petelur masih dilakukan dalam skala kecil dan tidak berorientasi bisnis; dan 3) belum adanya industri pakan ternak lokal.

Dalam rangka pencapaian swasembada daging, peningkatan populasi ternak besar dan kecil menjadi fokus pembangunan di bidang peternakan. Solusi yang diproritaskan dalam pencapaian swasembada daging melalui peningkatan produksi dan produktivitas ternak dengan tahapan; 1) Peningkatan peran Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) untuk pelaksanaan kawin suntik (IB) dalam peningkatan populasi dan produksi; 2) Optimalisasi fungsi BPTU sapi Aceh Indrapuri; 3) Pencegahan dan pengendalian penyakit hewan menular; 4) Pengembangan kawasan peternakan yang difokuskan pada suatu kawasan yang potensial dan sesuai

BAB II - RPJM Aceh 2012-2017 | Aspek Daya Saing Daerah 132

karakteristik daerah; 5) Pelestarian dan pengembangan plasmanutfah sapi Aceh yang berlokasi di Pulau Aceh Kabupaten Aceh Besar dan Pulau Raya Kabupaten Aceh Jaya yang didukung oleh regulasi; 6) Peningkatan jumlah dan kapasitas petugas peternakan serta peternak; dan 7) Pengembangan kelembagaan petani peternak.

D. Sub Sektor Perikanan

Aceh memiliki garis pantai yang sangat panjang 1.677 km yang mengelilingi pulau Sumatera, ditambah 1.022 km garis pantai pulau-pulau kecil. Kondisi ini menggambarkan besarnya potensi kelautan baik berupa mineral maupun luasan zona penangkapan ikan yang memungkinkan untuk dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Konsumsi ikan (Kg/Kapita/Tahun) penduduk Aceh terus mengalami peningkatan tiap tahunnya, hal ini terlihat pada tahun 2010 (38 kg/kapita/tahun), 2011 (40,28 kg/kapita/tahun, dan pada tahun 2012 konsumsi ikan ditargetkan akan mencapai 41 kg/kapita/tahun dimana angka konsumsi ikan perkapita di Aceh selama ini berada di atas rata-rata nasional (32,70 kg/kapita/tahun).

Produksi perikanan selama periode tahun 2005 – 2011 terus mengalami peningkatan

baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya, sebagaimana tergambar pada Tabel

2.82. Produksi perikanan tangkap umumnya didominasi oleh kelompok ikan pelagis seperti

tuna, tongkol, kembung, cakalang, selar, tenggiri dan layang disamping itu juga terdapat ikan-ikan ekonomis lainnya seperti ikan kerapu, kakap, bawal putih, bawal hitam dan lobster. Produksi perikanan budidaya air payau didominasi oleh kelompok udang, kepiting dan bandeng, sedangkan budidaya laut didominasi oleh ikan kerapu, bawal dan kakap sementara budidaya air tawar didominasi oleh ikan nila, mujair, mas, lele dan udang galah.

Tabel 2.82

Produksi Perikanan Tahun 2005 – 2011

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh, 2011

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Perikanan Tangkap 82.481,7 126.383,8 130.369,3 131.460,1 141.619,6 143.909,6 145.970,1 - Laut 81.162,7 124.964,1 129.730,9 130.271,4 140.408,1 142.697,4 143.680,2 - Perairan Umum 1.319,0 1.419,7 638,4 1.188,7 1.211,5 1.212,2 2.289,9 Perikanan Budidaya 26.847,0 32.265,0 35.665,6 37.636,1 38.212,3 44.604,1 37.273,5 - Budidaya Tambak 14.848,5 19.596,0 26.450,2 25.748,8 25.771,2 30.936,7 26.286,4 - Budidaya Kolam 8.727,9 9.016,3 6.305,2 9.643,1 9.897,5 11.909,3 9.224,4 - Budidaya Karamba 347,5 29,2 4,1 128,2 124,1 116,6 265,6 - Budidaya Sawah 2.923,1 3.263,3 2.426,5 1.827,2 2.058,1 1.019,4 1.089,9 - Budidaya Jaring Apung - 360,2 479,6 288,8 320,9 581,5 239,2 - Budidaya Laut - - - - 40,5 40,6 168,0

Total 109.328,7 158.648,8 166.034,9 169.096,2 179.831,9 188.513,7 183.243,6

KATEGORI

133 BAB II - RPJM Aceh 2012-2017 | Aspek Daya Saing Daerah

Luas usaha budidaya perikanan di Aceh pada tahun 2007 seluas 46.406 ha meningkat menjadi 55.099 ha pada tahun 2011. Klasifikasi luas usaha budidaya perikanan

untuk masing-masing jenis dapat dilihat pada Tabel 2.83.

Tabel 2.83

Luas Usaha Budidaya Perikanan Tahun 2007 – 2011

2007 2008 2009 2010 2011

1. Budidaya Tambak 40.354,5 47.140,4 50.254,5 51.522,1 49.271,1 2. Budidaya Kolam 3.444,5 3.675,3 3.587,0 3.780,0 3.495,2 3. Budidaya Sawah 2.606,9 2.606,9 2.606,9 2.606,9 2.312,6 4. Budidaya Keramba 0,2 0,2 0,8 0,5 20,0 46.406 53.423 56.449 57.910 55.099 15,12 5,66 2,59 -4,85

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (Halaman 137-144)