• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi Kingdom Animalia

Dalam dokumen Katalog Dalam Terbitan (KDT) (Halaman 151-154)

Kingdom Animalia

B. Klasifikasi Kingdom Animalia

Para ilmuwan Biologi mengklasifikasikan kingdom Animalia ke dalam 16 phylum. Pengklasifikasian ini didasarkan atas simetri tubuh, jumlah lapisan tubuh, dan terdapat tidaknya segmentasi pada tubuh. Campbell (1998: 594), mengklasifikasikan kingdom Animalia sebagai berikut.

1. Phylum Porifera

Phylum Porifera disebut juga hewan spons. Kata porifera berasal dari bahasa Latin, yaitu porus yang berarti pori dan fer berarti membawa. Hewan ini dikatakan juga sebagai hewan berpori. Hewan porifera merupakan hewan multiselular yang paling sederhana. Hewan ini merupakan hewan sessile (hidup melekat pada substrat).

Phylum Porifera Phylum Cnidaria Classis Hydrozoa Classis Scyphozoa Classis Anthozoa Phylum Ctenophora Phylum Platyhelminthes Classis Turbellaria Classis Trematoda Classis Monogenea Classis Cestoda Phylum Nemertea Phylum Rotifera Phylum Nematoda Phylum Mollusca Classis Polyplacophora Classis Gastropoda Classis Bivalvia Classis Cephalopoda Phylum Onychophora Phylum Annelida Classis Oligochaeta Classis Polychaeta Classis Hirudinea Phylum Arthropoda Subphylum Trilobitomorpha Subphylum Cheliceriformes Classis Arachnida Subphylum Uniramia Classis Diplopoda Classis Chilopoda Classis Insecta Subphylum Crustacea Phylum Phoronida Phylum Bryozoa Phylum Brachiopoda Phylum Echinodermata Classis Asteroidea Classis Ophiuroidea Classis Echinoidea Classis Crinoidea Classis Concentricycloidea Classis Holothuroidea Phylum Chordata Subphylum Urochordata Subphylum Cephalochordata Subphylum Vertebrata Classis Agnatha Classis Placodermi Classis Chondrichthyes Classis Osteichthyes Classis Amphibia Classis Reptilia Classis Aves Classis Mammalia Kingdom Animalia

Kingdom Animalia 127

hidup di air tawar, sisanya hidup di perairan laut.

Pori-pori yang terdapat pada Porifera membentuk saluran air yang bermuara di rongga tubuh (spongocoel). Pada ujung rongga tubuh terdapat lubang besar yang disebut oskulum. Tubuh Porifera tersusun oleh dua lapisan, lapisan luar dan lapisan dalam. Lapisan luar tersusun oleh sel-sel berbentuk pipih dan berdinding tebal yang disebut sel

pinakosit. Pada lapisan dalam spongocoel, dilapisi oleh sel yang berbentuk

seperti lampu dan berflagel yang disebut sel koanosit..

Untuk pencernaan makanannya, Porifera menelan makanan secara fagositosis. Porifera merupakan hewan heterotrof. Makanan Porifera biasanya berupa plankton yang masuk ke spongocoel. Adapun oksigen diserap oleh sel kollar atau sel koanosit. Untuk sisa makanan, dibuang melalui oskulum. Ada yang menarik pada porifera ini, yaitu oksigen dan makanan yang digunakan oleh sel koanosit sebagian di transfer ke sel-sel yang bergerak, yaitu sel-sel amoebosit. Untuk lebih jelasnya perhatikan

Gambar 7.4. Nematokist Oskulum Polip Porifera Sel amoebosit Sel Kollar Sel pinakosit Spongocoel Tentakel Gambar 7.4

(a) Contoh hewan dari phylum Porifera (Spongia) dan (b) struktur Spongia (a) Sumber: www.bio.miami Oskulum Spongocoel Koanosit Amoebosit Epidermis Spikula Flagela

Sel kollar Partikel makanan

Fagositosis partikel makanan

Sel amoebosit

(b)

2. Phylum Cnidaria (Coelenterata)

Anggota dari phylum ini adalah Hydra, ubur-ubur, anemon laut, dan koral. Hewan dari phylum ini digolongkan kedalam hewan diploblastik dan bersimetri tubuh radial. Cnidaria memiliki jumlah sekitar 10.000 spesies yang sebagian besar hidup di perairan laut. Cnidaria dikenal juga sebagai hewan Coelenterata.

Spesies anggota phylum Cnidaria tubuhnya dikelilingi oleh lengan-lengan halus yang disebut tentakel dan dalam tentakel ini terdapat

nematokist. Nematokist mengandung racun yang berguna untuk

melumpuhkan mangsanya.

Phylum Cnidaria memiliki ciri khas, yaitu sebagai organisme, yang selama hidupnya mengalami dua bentuk kehidupan (dimorfis). Bentuk hidup tersebut, yaitu polip dan medusa. Polip adalah bentuk hidup yang menempel pada dasar perairan, sedangkan medusa adalah bentuk hidup yang bergerak melayang bebas di perairan.

Reproduksi pada Phylum Cnidaria dapat dilakukan secara vegetatif dan generatif. Polip merupakan bentuk perkembangbiakan vegetatif dan medusa adalah bentuk perkembangbiakan generatif yang menghasilkan sperma dan sel telur.

Sekilas

Biologi

Ubur-ubur merupakan hewan yang memiliki sengatan cukup berbahaya. Sengatannya mampu menimbulkan gejala gatal-gatal disertai rasa panas, perasaan cemas, dan berpotensi meningkatkan tekanan darah sampai batas yang membahayakan. Bahkan akhir dari gejala tersebut dapat menyebabkan kematian.

Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk Kelas X 128

Gambar 7.5 Anggota phylum Cnidaria, yaitu (a) Hydra sp. dan (b) Aurelia aurita. (c) Siklus hidup phylum Cnidaria, yakni Obelia sp. yang memiliki dua bentuk, yaitu polip dan medusa.

Sumber: www.biodidac.bio.uottawa Polip muda Larva planula Telur Tunas medusa Polip dewasa Medusa

3. Phylum Ctenopora

Phylum Ctenopora dikenal juga dengan nama ubur-ubur sisir (Comb jellies). Phylum ini memiliki jumlah spesies sekitar 100 yang semua anggotanya hidup di laut. Phylum ini memiliki tubuh yang transparan (tembus cahaya/pandang) dan diameternya rata-rata 10 cm. Umumnya, tubuh dari phylum ini berbentuk bola dan memiliki struktur menyerupai pita yang dapat memanjang hingga satu meter.

Ctenopora memiliki tentakel yang dapat ditarik ke dalam tubuhnya. Tentakel ini berfungsi untuk menangkap makanan. Contoh spesies dari phylum ini adalah Beroe cucumis (Gambar 7.6).

4. Phylum Platyhelminthes

Phylum Platyhelminthes merupakan salah satu anggota kingdom Animalia yang memiliki kurang lebih 20.000 spesies di dunia. Platyhelminthes disebut juga cacing pipih (platy berarti pipih dan helminthes berarti cacing) karena bentuk tubuhnya pipih dorsoventral. Anggota phylum Platyhelminthes memiliki ukuran yang bervariasi, mulai dari yang mikroskopis sampai mencapai panjang 20 m, contohnya cacing pita. Simetri tubuh phylum tubuh ini adalah bilateral.

Platyhelminthes termasuk golongan hewan aselomata karena tidak memiliki rongga tubuh. Sistem pernapasan dilakukan secara difusi oleh seluruh sel di permukaan tubuhnya. Adapun sistem pencernaannya sangat sederhana, yaitu terdiri atas mulut, faring, dan usus. Platyhelminthes ada yang hidup bebas dan ada juga yang hidup parasit.

Reproduksi Platyhelminthes terjadi secara aseksual dan seksual. Phylum ini termasuk hewan yang hermafrodit, artinya dalam satu individu terdapat organ seksual jantan dan organ seksual betina. Reproduksi secara aseksual terjadi secara fragmentasi dan secara seksual terjadi dengan

penyatuan sperma dan ovum.

Sumber: www.scilib.ucsd

Gambar 7.6 Contoh spesies dari phylum Ctenopora, adalah Beroe cucumis

(b)

Sperma gamet

Kingdom Animalia 129 a. Classis Turbellaria

Turbellaria adalah classis dari phylum Platyhelminthes yang hidup nonparasit serta sebagian besar hidupnya di laut. Turbellaria memiliki struktur tubuh yang bersilia. Silia ini berfungsi sebagai alat gerak. Selain menggunakan silia, hewan dari classis ini bergerak menggunakan otot tubuhnya yang menyerupai gelombang.

Contoh hewan classis Turbellaria adalah Dugesia atau lebih dikenal dengan planaria. Planaria memiliki morfologi tubuh di bagian anterior (depan) berbentuk segitiga dan terdapat bintik mata. Bintik mata ini memiliki fungsi membedakan keadaan gelap dan terang.

Untuk reproduksinya, planaria bereproduksi secara aseksual dan seksual. Secara aseksual terjadi dengan cara fragmentasi, di mana setiap belahan tubuh hasil fragmentasi dapat menjadi individu baru yang utuh. Adapun reproduksi seksualnya, terjadi fertilisasi secara silang antara dua individu. Hal ini karena planaria adalah hewan hermafrodit, setiap individunya dapat menghasilkan sel telur dan sel sperma.

Gambar 7.7

Morfologi tubuh planaria

Sumber: Biological Science, 1986

Sucker

b. Classis Trematoda

Classis Trematoda merupakan anggota phylum Platyhelminthes. Classis ini disebut juga sebagai cacing isap. Cacing ini memiliki sucker (alat isap) yang terletak di mulut bagian anterior tubuhnya. Alat isap ini berfungsi sebagai pengisap cairan tubuh inangnya. Oleh karena itu, Trematoda digolongkan sebagai hewan parasit. Contoh spesies classis ini adalah cacing darah (Schistosoma mansoni) dan cacing hati (Fasciola hepatica). Cacing darah dapat mengakibatkan badan sakit, anemia, dan disentri (Gambar 7.8).

Cacing classis Trematoda memiliki daur hidup yang kompleks. Contohnya pada cacing hati. Cacing hati tersebut hidup parasit dan memiliki dua inang, yaitu hewan ternak dan siput. Reproduksi seksual cacing ini terjadi pada manusia dan reproduksi aseksualnya terjadi pada saat inangnya berupa siput. Perhatikan gambar berikut.

Gambar 7.8

Contoh classis Trematoda adalah Fasciola hepatica.

Sumber: Biological Science, 1986

Sekilas

Biologi

Dalam dokumen Katalog Dalam Terbitan (KDT) (Halaman 151-154)