• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

5.1. Tingkat Kepentingan dan Pengaruh Stakeholders

5.1.4. Klasifikasi Stakeholders Terhadap Pengembangan Ekowisata

Untuk mengklasifikasikan stakeholders terkait dengan pengembangan ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama dilakukan dengan penafsiran matriks kepentingan dan pengaruh stakeholders dengan menggunakan

stakeholders grid dengan bantuan Microsoft exel. Hasil analisis stakeholders

dikategorikan menurut tingkat kepentingan dan pengaruh yang disajikan seperti gambar 8.

Keterangan :

1: Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih; 2: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua Barat; 3: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua Barat; 4:Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Teluk Wondama; 5: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Teluk Wondama; 6: BP3D Kabupaten Teluk Wondama; 7: Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Teluk Wondama; 8; Dinas Perhubungan Kabupaten Teluk Wondama; 9: Distrik Roswar; 10: Distrik Rumberpon; 11: Distrik Roon; 12: Kampung Yende; 13: Kampung Isenebuay; 14: Tokoh Adat Isenebuay; 15: Kampung Waprak; 16: WWF Indonesia Site Teluk Wondama; 17: YALHIMO; 18: Konsorsium Mitra Bahari; 19: UNIPA Manokwari; 20: Pengusaha Transportasi laut.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 17 18 19 14 20 0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 25.0 0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 25.0 K epet ing a n Pengaruh Kuadran II Key Player Kuadran I Subyek Kuadran III Context setter Kuadran IV Crowd High Low

Gambar 8. Matriks kepentingan dan pengaruh stakeholders terhadap pengembangan ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama.

Hi g h L o w

Posisi kuadaran dapat menggambarkan posisi dan peranan yang dimainkan oleh masing-masing stakeholders terkait pengembangan ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama yaitu: (1) Subyek artinya kepentingan tinggi tetapi pengaruhnya rendah; (2) Key Player artinya kepentingan dan pengaruhnya tinggi; (3) Context setter artinya kepentingan rendah tetapi pengaruhnya tinggi, dan (4)

Crowd artinya kepentingan dan pengaruhnya rendah.

Posisi Kuadran I (Subject) ditempati oleh Kantor Lingkungan Hidup Teluk Wondama dan Dinas Perhubungan Kabupaten Teluk Wondama. Kedua

stakeholders tersebut memiliki kepentingan yang tinggi terhadap pengembangan ekowisata di TNTC namun pengaruhnya rendah. Kedua stakeholders ini merupakan stakeholders yang penting namun memerlukan pemberdayaan dalam proses pengembangan ekowisata di TNTC. Dinas perhubungan memiliki kepentingan yang lebih tinggi dibandingakn Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Teluk Wondama. Hal ini dapat terjadi karena Dinas perhubungan memiliki tanggungjawab untuk membuka akses atau jalur pelayaran ke distrik- distrik yang ada di kawasan TNTC dan sekaligus sebagai sarana bagi wisatawan di TNTC. Sedangkan Kantor Lingkungan Hidup memiliki tanggungjawab untuk pemanfaatan sumberdaya alam dan pengelolaan lingkungan hidup secara lestari dan berkelanjutan namun Kantor Lingkungan Hidup baru dibentuk pada tahun 2008 sehingga program yang dibuat belum nyata di lapangan.

Posisi pada Kuadran II (Key Players) merupakan kelompok yang paling kritis karena memiliki pengaruh dan kepentingan yang sama-sama tinggi. Terdapat empat belas stakeholders yang menempati posisi pada Key Players

yaitu BBTNTC; DKP Provinsi Papua Barat; Dinas Pariwisata dan kebudayaan Provinsi Papua Barat; Dinparbud Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Teluk Wondama; DKP Teluk Wondama; BP3D Teluk Wondama; Distrik Roswar; Distrik Rumberpon; Distrik Roon; Kampung Yende; Kampung Isenebuay; Tokoh Adat Isenebuay; Kampung Waprak; dan WWF . Untuk memastikan keefektifan dan dukungan koalisi terhadap pengembangan ekowisata harus membangun hubungan kerja yang baik dengan stakeholders yang ada di kuadaran II.

Kepentingan Dinas Pariwisata kebudayaan Pemuda dan Olah Raga berada pada urutan terpenting kedua di kuadran II dan pengaruhnya juga pada urutan

kedua bahkan dari semua stakeholders yang ada. Hal tersebut terjadi karena Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Teluk Wondama memiliki tingkat kemampuan yang sangat tinggi dalam memperjuangkan aspirasi dalam pengembangan ekowisata di TNTC, memiliki kontribusi fasilitas dan kapasitas kelembagaan/SDM serta keterlibatan dalam pengembangan ekowisata yang sangat tinggi dan juga kemampuan yang cukup tinggi dalam pengembangan ekowisata di TNTC.

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Teluk Wondama yang lain yang mempunyai pengaruh yang tinggi dalam pengembangan ekowisata di TNTC adalah BP3D Kabupaten Teluk Wondama dan Distrik Roswar. Stakeholders ini memiliki pengaruh yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan Distrik Rumberpon, Distrik Roon, Kampung Yende dan WWF.

Dinas Pariwisata Kabupaten Teluk Wondama mempunyai pengaruh kedua tertinggi terhadap pengembangan ekowisata. Hal ini terjadi karena Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Teluk Wondama mempunyai kewenangan dalam pengembangan ekowisata di kabupaten Teluk Wondama namun belum ada kewenangan dalam memberikan perijinan bagi para wisatawan yang berkunjung ke kawasan TNTC. BP3D Kabupaten Teluk Wondama dan Distrik Roswar mempunyai kepentingan dan pengaruh yang tinggi terhadap pengembangan ekowisata TNTC. BP3D Kabupaten Teluk Wondama mendukung Gubernur Papua Barat untuk pemanfaatan zona pariwisata yaitu mencanangkan Pulau Roswar sebagai model dalam pengembangan kawasan perikanan berbasis ekowisata.

Kampung Isenebuay terletak di sebelah timur Pulau Rumberpon. Masyarakat di kampung ini paling banyak disentuh dengan program-program dari pihak pengelola taman nasional maupun mitra kerja yang ada. Kepala Suku tinggal di kampung ini bersama-sama masyarakat. Kedua stakeholder ini memiliki kepentingan dan pengaruh yang sama-sama sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena keduanya selalu terlibat dalam proses penetapan zona pariwisata di TNTC. Kedua stakeholders ini selalu memiliki pemahaman yang sama tentang pemanfaatan kawasan di wilayah Isenebuay.

Kampung Waprak yang berada di Pulau Roswar merupakan stakeholders

yang mempunyai pengaruh dan kepentingan yang tinggi. Kampung ini sedang melakukan sasi pemanfaatan sumberdaya alam, sasi tersebut akan dibuka bersama-sama seluruh masyarakat pada saat yang akan ditentukan kemudian. Biasanya sasi dilakukan selama satu tahun atau tergantung kebutuhan. Sasi merupakan kearifan lokal yang sangat baik dan perlu dikembangkan karena merupakan salah satu cara pengelolaan sumberdaya alam yang baik yang telah dilakukan secara turun-temurun oleh nenek moyang masyarakat di Waprak. Selain itu, Kampung Waprak juga telah menyepakati untuk membuat Peraturan Kampung tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup.

Kampung Yende adalah kampung tertua di Pulau Roon. Pulau ini terletak pada jajaran Kepulauan Auri yang memiliki potensi hasil laut yang sangat melimpah. Kepulauan Auri sering menjadi sasaran para tourist mancanegara untuk kegiatan diving dan snorkeling. Itulah sebabnya, Kampung Yende mempunyai kepentingan dan pengaruh yang tinggi terhadap pengembangan ekowisata TNTC. Kampung Yende juga memiliki wisata rohani berupa Gereja tua dan Alkitab peninggalan Belanda yang ditulis dalam bahasa Belanda pada tahun 1898 serta makam misionaris.

Konsorsium Mitra Bahari, Pengusaha Transportasi Laut dan Universitas Negeri Manokwari menempati Kuadran III (Context Setter) artinya ketiga

stakeholders ini dapat mempengaruhi pengembangan ekowisata, karena memiliki pengaruh yang tinggi. Para pengusaha transportasi laut umumnya pendatang dari Sulawesi yaitu Suku Buton. Pengusaha ini untuk mengangkut kebutuhan bahan pokok ke distrik-distrik di dalam kawasan TNTC dan sewaktu-waktu bila ada tourist yang menggunakan kapal tersebut akan dilayani. Stakeholders yang berperan pada Context Setter dapat menjadi resiko yang signifikan dan perlu dipantau dan dikelola dengan hati-hati karena dapat memblokir pengembangan ekowisata di TNTC (Groenendijk. 2003).

Posisi pada Kuadran IV (Crowd) adalah Yayasan Lingkungan Hidup (YALHIMO) artinya memiliki kepentingan dan pengaruh rendah terhadap pengembangan ekowisata. Berdasarkan hasil observasi di lapangan bahwa

dilapangan. Stakeholders ini membutuhakan sedikit pengawasan dan evaluasi namun dengan prioritas yang rendah.

Matriks kepentingan dan pengaruh stakeholders dapat berubah tipenya sepanjang waktu dan dampak perubahan tersebut perlu dipertimbangkan (Reed et al. 2009). Stakeholders yang berada pada posisi Key players harus diajak kerjasma karena mempunyai pengaruh dan kepentingan yang tinggi terhadap fenomena pengembangan ekowisata di TNTC Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat dan stakeholders yang posisi sebagai Subject perlu dilakukan pemberdayaan, apabila tidak diberdayakan ada kemungkinan mereka melakukan perlawanan dengan membentuk aliansi. Menurut (Groenendjik, 2003) bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam suatu proyek dalam hal ini pengembangan ekowisata di TNTC maka stakeholder yang ada di kuadran I, II dan III adalah merupakan stakeholder inti yang perlu diperhatikan.

5.2. Tingkat Kebutuhan Stakeholders Terkait Pengembangan Ekowisata