• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.7. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonom

Secara administratif, kawasan TNTC berada di Kabupaten Nabire Provinsi Papua dan Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat. Jumlah penduduk Kabupaten Teluk Wondama berdasarkan Distrik disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah penduduk Kabupaten Teluk Wondama Berdasarkan Distrik

No Distrik KK Penduduk (Jiwa)

1 Naikere 218 861 2 Wondiboy 334 1.398 3 Rasiey 572 2.342 4 Kuri Wamesa 374 1.607 5 Wasior 1.729 7.841 6 Teluk Duairi 335 1.365 7 Roon 334 1.736 8 Windesi 318 1.464 9 Nikiwar 215 824 10 Wamesa 183 703 11 Roswar 144 666 12 Rumberpon 339 1.472 13 Soug Jaya 210 861 J u m l a h 5.305 23.140

Sumber : BPS Kabupaten Teluk Wondama (2008). 4.7.1. Sarana dan Prasarana dalam Kawasan

Masyarakat di daerah ini belum memperoleh pelayanan yang maksimal dimana sarana dan prasarana pendidikan maupun tenaga pendidik yang ada masih sangat terbatas. Pelayanan kesehatan yang diterima oleh masyarakat pesisir di kawasan TNTC masih sangat kurang. Keadaan ini disebabkan terbatasnya jumlah tenaga medis maupun prasarana kesehatan yang ada di kampung-kampung.

4.7.2. Tingkat Pendidikan Masyarakat

Tingkat pendidikan formal masyarakat pesisir dalam kawasan masih tergolong rendah (BBTNTC, 2009a). Sebagian besar masyarakat hanya menyelesaikan pendidikan sampai pada tingkat sekolah dasar. Rendahnya tingkat pendidikan ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya ekonomi keluarga yang rendah pada saat itu, kurangnya motivasi orang tua untuk menyekolahkan anak, tidak adanya tingkat pendidikan lanjutan di kampung, juga rendahnya pemahaman orang tua tentang pentingnya pendidikan bagi anak.

Pengamatan di lapangan terhadap pendidikan non formal masyarakat pesisir dalam kawasan TNTC terlihat bahwa sebagian besar masyarakat tidak pernah

mengikuti kegiatan penyuluhan, kursus, maupun latihan kerja yang berhubungan dengan peningkatan kapasitasnya sebagai nelayan. Tentunya keadaan ini akan mempengaruhi kemampuan dan keterampilan mereka dalam menjalankan kegiatan usahanya. Hanya sebagian kecil masyarakat yang pernah mengikuti kegiatan pendidikan non formal (1–3 kali) baik yang diadakan oleh instansi pemerintah maupun LSM yang bekerja dalam kawasan TNTC.

4.7.3. Mata Pencaharian Masyarakat

Mata pencaharian utama masyarakat pesisir dalam kawasan sebagian besar sebagai nelayan. Keadaan ini menunjukkan ketergantungan masyarakat akan sumber daya laut sangat besar. Kegiatan mencari ikan yang dilakukan masih bersifat ekstraktif, artinya dalam melakukan aktivitas di laut, masyarakat hanya mengambil komoditi yang disediakan oleh alam tanpa ada upaya-upaya perlakuan budidaya untuk meningkatkan produksi.

Selain sebagai nelayan, masyarakat juga melakukan kegiatan sampingan dengan bertani maupun berburu. Kegiatan pertanian dilakukan hanya pada tanaman-tanaman pokok seperti keladi, ubi jalar, singkong, juga sayur-sayuran. Berburu hanya dilakukan sesekali saja oleh masyarakat dan bukan merupakan keharusan, hasil berburu yang diperoleh masyarakat biasanya rusa, babi hutan, tikus tanah, kuskus dan juga berbagai jenis burung. Sebagian kecil masyarakat yang menjadi PNS bekerja dan mengabdi di daerah pesisir adalah aparatur pemerintahan kampung, perawat, bidan desa, maupun guru.

Tingkat pendapatan masyarakat pesisir dalam kawasan TNTC masih tergolong rendah dan hanya sebagian kecil yang memiliki pendapatan tinggi yaitu mereka yang bekerja sebagai PNS (aparatur kampung, perawat, bidan desa, guru) dan nelayan yang memiliki perahu motor. Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat pesisir diduga karena sarana produksi masih sangat sederhana. Selain itu juga disebabkan karena nelayan mengalami kesulitan dalam pemasaran hasil tangkapan mereka. Hal ini disebabkan karena ketergantungan mereka pada pedagang pengumpul cukup besar.

Rendahnya tingkat pendapatan diduga akan memberi dampak pada bidang kehidupan lain dari masyarakat, seperti tingkat kesehatan karena asupan gizi dalam keluarga kecil, motivasi untuk menyekolahkan anak berkurang karena

besarnya biaya pendidikan, demikian juga rendahnya partisipasi untuk menjaga dan melestarikan sumber daya alam yang berada dalam kawasan TNTC, sehingga tekanan terhadap sumber daya alam akan semakin besar.

4.7.4. Etnisitas dan Pola Kekerabatan

Suku Wandamen merupakan masyarakat asli terbanyak mendiami daerah pesisir, tersebar di wilayah Kabupaten Teluk Wondama, demikian pula dengan suku Wamesa, Wepu dan Sough. Suku Yaur, Mor dan Goni merupakan orang asli di Kabupaten Nabire (Distrik Yaur dan Teluk Umar). Pendatang yang mendiami daerah pesisir adalah orang-orang yang berasal dari suku Biak, Sorong, Serui, Jawa, Toraja dan Makassar, mereka lebih banyak sebagai PNS dan pedagang yang menjual kebutuhan pokok di kampung-kampung (BBTNTC 2009a).

Pola kekerabatan masyarakat pesisir dalam kawasan dapat dilihat dengan

Garis Keturunan, Pewarisan Sumber Daya, Pola Perkawinan, dan Tempat Tinggal Pasca Nikah. Pada masyarakat asli (Wandamen, Wamesa, Sough, Wepu, Goni, Mor, Yaur) yang mendiami daerah pesisir dalam kawasan, Garis keturunan

yang dianut adalah Patrilineal, yaitu marga/fam yang dipakai oleh keturunan (anak) baik anak laki-laki maupun anak perempuan adalah marga/fam ayah.

Suku-suku asli tersebut melakukan sistem atau cara pembagian warisan. Pola yang dianut adalah sama untuk semua anak, baik kakak, adik, anak laki-laki maupun perempuan. Kecuali warisan tanah, anak laki-laki mendapat bagian lebih besar dari saudaranya yang perempuan dan laki-laki yang tertua mendapat lebih besar pula dari adik-adiknya.

Pola perkawinan pada suku asli yaitu calon suami atau istri dipilih sendiri oleh anak yang akan menikah. Sebelum menikah, calon istri yang sudah disepakati bersama oleh kedua belah pihak akan dilamar terlebih dahulu oleh keluarga laki-laki dengan membayar mas kawin. Mas kawin dapat dibayar langsung semuanya secara sekaligus atau dengan cara menyicil sesuai kesepakatan bersama. Barang-barang yang biasa digunakan sebagai mas kawin adalah piring besar, piring batu kecil, guci, gelang besi putih, dan uang tunai. Setelah menikah, keluarga baru tersebut dapat tinggal serumah bersama dengan orang tua laki-laki atau perempuan untuk sementara waktu dan setelah itu dapat menempati rumah sendiri jika sudah memiliki.

4.7.5. Aksesblitas Kawasan

Kawasan TNTC dapat dicapai dengan menggunakan transportasi laut dan udara serta kendaraan darat. Kawasan TNTC berada dalam wilayah Kabupaten Teluk Wondama dan Kabupaten Nabire. Jarak tempuh dan saran transportasi yang digunakan dari kota Manokwari ke kawasan secara terperinci pada tabel 7.

Tabel 7. Cara Pencapaian kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih dari Arah Kota manokwari.

No Rute Sarana Jenis Kendaraan Waktu

Tempuh

Keterangan I. Dari Jakarta

Jakarta-Biak Udara Boeing 737 8 Jam R, 3 kali/hari

Laut PELNI 5-6 hari R

Biak-Nabire Udara Twin Otter 1 Jam R,1

Laut PELNI 6 jam R

Jakarta-Manokwari Udara Boeing 737 6 Jam R

Laut PELNI 4-5 Jam

II. Dari Manokwari

Manokwari-Nabire Laut KM. Nggapulu 12 Jam 1 kl/2

Minggu, R KM.Labobar

KM. Dorolonda

Manokwari-Ransiki Darat MB/BS/SM 3 Jam R/C

Laut SB/JS 3 Jam C

Manokwari-Windesi Laut KP/SB/JS Jam R/C

Manokwari-Wasior Laut KM. Labobar 10 Jam C, Transit

KM. Labobar KM.Dorolonda

SB/JS 4-5 Jam C

Manokwari-P. Rumberpon Laut SB/JS 4,5 jam C

Manokwari – P. Roswar Laut SB/JS 5 Jam C

Manokwari – P.Roon Laut SB/JS 8 Jam C, Transit

Manokwari- kep. Auri Laut SB/JS 10 jam C, Transit

Ransiki-Windesi Laut SB/JS 2 Jam C

Ransiki- Wasior Laut SB/JS 6 Jam C

Ransiki- P.Rumberpon Laut SB/JS 2 Jam C

Ransiki- P.Roswar Laut SB/JS 3 Jam C

Wasior-P.Roon Laut SB/JS 2 Jam C

Wasior-Kep.Auri Laut SB/JS 5 Jam C

III. Dari Nabire

Nabire-Sima Laut SB/JS 2 Jam R/C

Sima-Kwatisore Laut SB/JS 2 Jam C

Kwatisore-Yaur Laut SB/JS 2 Jam C

Kwatisore-Kep. Auru Laut SB/JS 4 Jam C

Kwatisore-Tj Manguar Laut SB/JS 3 jam C

Sumber: BBTNTC,2009a

Keterangan: Kendaraan Darat:MB: mobil, BS:Bus, SM: Sepeda motor

Kendaraan Laut : KM: Kapal pelni, KP:Kapal Perintis, SB: Speed Boat, JS : Johnson/Perahu temple, R: Reguler, C:Carter

4.7.6. Jenis Suku Dalam Kawasan TNTC

Hasil survei sosial ekonomi dalam kawasan TNTC pada tahun 2008 yang dilakukan bersama antara WWF dan BBTNTC (BBTNTC, 2009a) diperoleh informasi bahwa jenis suku yang terdapat dalam kawasan TNTC antara lain : a. Wandamen : tinggal di sekitar teluk Wandama dari P. Yop hingga Yopanggar; b. Wamesa : tinggal dari Sombokoro hingga Ransiki dan Bintuni. Mereka

memiliki hak ulayat di laut dan beberapa daerah di daratan;

c. Sough : datang dari pegunungan dan karena perang suku atau konflik mereka tinggal di daerah pesisir. Mereka tidak memiliki hak ulayat di laut kecuali mereka menikah dengan suku Wamesa;

d. Wepu : Wamesa yang tinggal di area Suku Sough, tinggal dengan suku Sough dan karena perang suku mereka menuju daerah pesisir dan tinggal di sepanjang pesisir utara;

e. Roswar : tinggal di P. Roswar dan memiliki persamaan bahasa dengan masyarakat Biak;

f. Roon : tinggal di pulau Roon dan memiliki bahasa sendiri tetapi berbeda dialek dengan suku Roswar;

g. Yaur : tinggal di Napan Yaur, Yaur, Kwatisore, Bawei. Mereka berbicara dengan bahasa Yaur;

h. Umari : tinggal di Goni, Yeretuar. Mereka berbicara dengan bahasa Umar; i. Yeresiam : tinggal dari kampung Sima hingga Etna Peninsula di Kaimana.