• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3. Topografi, Geologi, Oseanografi dan Tanah

Daerah pesisir pantai pulau induk dari TNTC pada umumnya berbukit- bukit dan bergunung-gunung yang bersisi curam. Sepanjang sisi Baratnya sederetan puncak yang tingginya hingga mencapai 915 meter dpl. Topografi kawasan TNTC pada beberapa tempat tertentu seperti di Tanjung Kwatisore dan tanjung Wandamen yang kedua puncaknya mencapai ketinggian lebih dari 1000 meter dpl. Pulau Roswar bukit tertingginya mencapai 467 meter dpl, sedangkan Pulau Rumberpon dan Pulau Roon titik tertingginya masing-masing 173 meter dpl dan 380 meter dpl.

Daerah daratan rendah yang utama adalah daratan sekitar Sungai Wosimi dibagian Selatan Teluk Wondamen, daerah ini ditandai dengan hutan mangrove, nipah, rawa sagu dan membentang sampai ke pedalaman sekitar 20-25 km pada ketinggian kurang dari 1000 meter. Tofografi kawasan TNTC di bawah laut memiliki empat bentuk pertumbuhan utama terumbu karang yaitu:

 Terumbu karang tepi pantai (Frigging Reef)  Terumbu karang potongan (Patch Reef)

 Terumbu karang penghalang (Barier Reef), tridacna atol dan  Terumbu karang perairan dangkal (Shallow Water Reef)

Topografi gugusan kepulauan Auri dan pulau lainnya di dalam kawasan TNTC bervariasi dari yang bertevi landai sampai terjal dengan kelerengan 90⁰, pulau-pulau bertipe terjal dan landai dapat pula dijumpai di pesisir pantai pulau induk dan pulau Rumberpon, pulau Roswar dan pulau Roon.

Daerah pantai bagian Barat Pulau Papua berasal dari lempeng tektonik Australia. Kepulauan Auri diduga merupakan garis pertemuan antara lempeng pasifik dan lempeng Australia, diantara sesar Ransiki memanjang ke bawah lautan di Teluk Cenderawasih, mengikuti garis Kepulauan Auri mungkin berasal dari kerucut lava dibawah permukaan laut yang diakibatkan benturan kedua lempeng tersebut. Pulau Maransabadi dan Pulau Anggrameos di Kepulauan Auri ini terbentuk dari bongkahan batu pasir dan batu lumpur metamofosa kwartose (BBTNTC, 2009a).

Bagian tengah Pulau Roswar terbentuk dari batu tulis hitam dan kwarsit dari Zaman Jurassik, sedangkan P.Rumberpon terdiri dari bukit-bukit karang yang tinggi terbentuk dari batuan kapur endapan/kalkarius dari Zaman Silurian, yang diapit oleh batuan quarter pada bagian timur. Tanjung Wandamen dan P. Roon terbentuk dari batuan metamorfosa anomalia berkadar ambifolit (BBTNTC, 2009a).

Suhu permukaan laut merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan, kesehatan dan penyebaran organism laut. Umumnya organisme di daerah terumbu beradaptasi dengan kisaran suhu yang normal dimana mereka tinggal dan apabila suhu air menjadi lebih dingin atau lebih panas dari suhu normal, organisma yang hidup disitu akan menderita atau bahkan mati. Khususnya organisma seperti koral yang tidak dapat berpindah keperairan yang lebih dingin atau lebih hangat seperti ikan, perubahan suhu yang cukup besar dapat menyebabkan meluasnya pemutihan karang dan menyebabkan kematian bagi karang tersebut.

Pemantauan suhu permukaan laut di kawasan Kepala Burung Papua termasuk kawasan TNTC telah dilakukan oleh CI-Indonesia, TNTC dan WWF mulai dari tahun 2005 hingga 2008 untuk memperoleh informasi mengenai pola permukaan laut dan kondisi oceanografi dari suatu kawasan terumbu karang dengan variasi yang lebih luas disepanjang kawasan bentang laut kepala burung. Untuk pemantauan di kawasan Teluk Cenderawasih dipasang 16 alat pengumpul data suhu. Hasil pemantauan suhu ini diperoleh bahwa rata-rata suhu 29,5⁰C dengan kisaran antara 24,94⁰-31,59⁰C. Temuan lain menunjukkan Teluk Cenderawasih dapat dilihat sebagai sebuah danau air asin yang sangat besar dengan lingkungan yang relative stabil tetapi secara genetik dan oceanografi populasinya terisolasi yang dalam berbagai hal terjadi dari lintasan evolusinya.

Kawasan TNTC terbentuk atas kelompok tanah (peta tanah berdasarkan Brookfield dan Slast, (1971) dalam Ronal Petocs, (1987) sebagai berikut:

1. Latosol dan Tanah Liat

Asosiasi tanah ini meliputi daerah dataran rendah yang mengalami pembentukan oleh iklim yang berkabut (Tanah laterik yang terbentuk dalam keadaan yang sama, tetapi dengan pengaruh hidromorfish karena adanya

goncangan permukaan air. Tanah latosol berada pada daerah datar samapai bergelombang, termasuk diatas batuan sedimen plestosin yang sudah mengalami penghancuran oleh iklim. Pembentukan tanah ini diduga karena pengaruh musim yang bergantian basah dan kering, sehingga didaerah ini tanah menjadi lembek dengan bercak dipermukaannya.

2. Aluvial

Tanah alluvial yang kasar dan kering terdapat didaerah sekitar pantai, dataran pasang surut dan sekitarnya.Bahan utama tanah ini adalah endapan erosi atau perpindahan dari tempat lain karena terbawa arus air. Tanah aluvial yang pengeringannya kurang sempurna terdapat didaerah rawa-rawa aluvial dan dataran pasang surut.

3. Tanah Bergaram

Tanah bergaram yang halus tetapi tidak sempurna pengeringannya dari rawa- rawa hutan bakau dan tanah liat laut karena adanya intrusi air laut daerah ini menjadi bergaram. Kawasan TNTC didominasi oleh perairan laut dan terdapat 82 muara sungai. Selain itu pada beberapa pulau di dalam kawasan ini terdapat air tawar, antara lain : P.Rumberpon, P. Roswar, P. Yoop, P. Roon, P.Anggrameos, P.Abaruki, P.Rumarakan dan P.Papaya. Sungai besar antara lain adalah Sungai Wosimi di Teluk Wandamen dan anak-anak sungai kecil lainnya dalam kawasan TNTC. Diperkirakan terdapat sejumlah 82 sungai (besar dan kecil) yang bermuara di kawasan TNTC.

4.4. Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, kawasan TNTC termasuk dalam iklim tipe A dengan nilai Q = 12,47 %. Rata-rata curah hujan per tahun berkisar antara 1500 mm - 3500 mm dengan temperatur udara 25º - 30ºC dan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 75 - 90 % (BBTNTC, 2009a).

Curah hujan di kawasan ini sering berfluktuasi namun secara umum tidak Nampak antara musim hujan dengan musim kemarau. Distribusi hujan terjadi secara merata sepanjang tahun, karena pola ngin lokal yang setiap saat bertiup dari arah Barat atau Barat laut akan mengakibatkan gelombang besar dan hujan lebat. Angin musim yang berpengaruh pada daerah TNTC adalah :

Musim Barat, terjadi pada bulan September sampai dengan Maret, angin yang kuat, umumnya dari arah barat atau barat laut disertai hujan lebat, cuaca buruk, dan lautan dengan ombak besar.

Musim Timur, terjadi pada bulan April sampai Juli dengan kondisi lautan tenang karena angin tidak begitu kuat dari arah timur atau tenggara.

Musim Pancaroba, terjadi pada bulan Agustus yang merupakan masa peralihan kedua musim ini dan selama bulan ini cuaca sangat tidak menentu.