• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi Xenobiotik sebagai Bahan Toksin

Dalam dokumen DAFTAR ISI (Halaman 42-47)

XENOBIOTIK SEBAGAI BAHAN TOKSIN

B. Klasifikasi Xenobiotik sebagai Bahan Toksin

Soemirat dan Ariesyadi (2017) mengklasifikasikan xenobiotik, sebagai berikut.

1. Berdasarkan Sumber

Klasifikasi racun sebagai xenobiotik dalam hal ini didasari pada sumber racun tersebut. Hal ini biasanya diperlukan oleh para peneliti dalam hal mengidentifikasi sumber racun untuk tujuan pengendalian.

Dikategorikanlah sumber racun itu pada 3 sumbernya yaitu:

a. Sumber alamiah atau buatan. Pada sumber alamiah bisa jadi berasal dari flora atau fauna pada lingkungan. Sedangkan sumber buatan adalah akibat perbuatan manusia seperti bersumber pada industri kosmetik misalnya.

b. Sumber pada titik, atau bersumber pada area ataupun pada objek yang bergerak. Contoh objek yang bergerak misalnya kendaraan bermotor.

c. Sumber domestik atau industri. Domestik berarti berasal dari rumah tangga dan lain sebagainya yang bukan dari industri. Banyak contoh bahan beracun yang bersumber dari domestik sekarang ini. Mulai dari deterjen, dan pembasmi serangga sampai pada alat kosmetika.

Sedangkan sumber bahan beracun dari dunia industri jelas mudah diamati. Hamper setiap industri yang ada, akan menghasilkan limbah yang beracun. Mulai dari industri kertas, sampai pada industri pembuatan bahan dari kulit dan lain sebagainya.

2. Berdasarkan Wujud

Berdasarkan wujudnya, maka racun berupa xenobiotik ini dapat dikategorikan berdasarkan bentuk dan sifatnya. Bentuk dan sifat yang dimaksud adalah berupa:

BAB 3|| Xenobiotik sebagai Bahan Toksin 19 a. Padat: Padatan yang sangat halus dapat bercampur dan terbawa

oleh udara, disebut debu, fume, mist. Karena ukurannya yang halus tersebut memudahkannya dalam paparan dan sebarannya apabila telah berada dalam lingkungan hidup.

b. Cair: Biasanya banyak digunakan dalam kegiatan pertanian. Dalam praktiknya, penggunaan bahan beracun bersifat cair yang digunakan dalam pertanian diencerkan pada suatu dosis tertentu. Pengenceran dilakukan dengan penambahan air sebelum diaplikasikan atau diberikan pada tanaman.

c. Gas: Sifat dari bahan beracun berupa gas ini sangat mudah berdifusi, sehingga menyebar lebih cepat daripada cairan dan zat padat.

3. Berdasarkan Sifat Fisis – Kimia

Berdasarkan sifat fisis – kimia, maka racun pun dapat dikategorikan menurut:

a. Bersifat Korosif

Bahan beracun yang bersifat korosif ini sangat berbahaya. Sesuai sifatnya yang korosif yang berarti mampu menghancurkan benda lain yang bercampur dengannya melalui reaksi kimia. Contohnya asam sulfat dan asam asetat yang dapat mengakibatkan iritasi pada mata dan kulit.

b. Bersifat Radioaktif

Suatu bahan bersifat radioaktif berbahaya karena mampu menimbulkan radiasi seperti partikel alfa, beta dan gamma. Hal ini terjadi karena benda tersebut, memiliki inti yang tidak stabil.

Materi ini bisa dalam wujud padat, cair dan gas. Sumbernya adalah industri yang memanfaatkan tenaga nuklir.

c. Bersifat Evaporatif

Bahan berbahaya dan beracun ini bersifat mudah menguap atau segera dengan cepat bercampur dengan udara. Biasanya bahan ini pun mudah meledak.

d. Bersifat Eksplosif

Bahan yang bersifat eksplosif adalah bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25 0C, 760 mmHg) dapat meledak. Atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu

BAB 3|| Xenobiotik sebagai Bahan Toksin Toksikologi Lingkungan

20

dan tekanan tinggi. Hal ini mengakibatkan bahan bersifat eksplosif cepat dapat merusak lingkungan di sekitarnya dan terpapar pada makhluk hidup dan dapat menyebabkan kematian.

Contoh bahan yang eksplosif adalah: 2,4,6 - trinitrotoluene (TNT) dan 2,4 dinitrotoluena, serta dibenzoilperoksida.

e. Bersifat Reaktif

Bahan berbahaya dan beracun yang bersifat reaktif ini adalah apabila bercampur dengan air, ia akan cepat bereaksi dengan mengeluarkan panas dan mudah terbakar. Bahan ini akan mengeluarkan uap, atau asap yang beracun bagi makhluk hidup.

Contoh bahan ini adalah sianida, sulfida atau amoniak.

4. Berdasarkan Terbentuknya

Berdasarkan proses terbentuknya suatu toksik dapat pula dibedakan atas:

a. Sumber Primer

Yaitu apabila bahan toksin tersebut keluar langsung dari sumbernya menuju lingkungan. Contohnya limbah industri yang mengandung amoniak yang langsung dibuang ke lingkungan.

b. Sumber Sekunder

Yaitu apabila bahan toksin tersebut telah melalui transformasi di lingkungan terlebih dahulu. Hal ini pernah terjadi pada tragedi Minamata. Di mana bahan beracun berupa merkuri cair tidak langsung beracun bagi manusia, melainkan karena telah berada pada tubuh ikan. Lalu ikan itu dimakan oleh manusia sehingga manusia itu keracunan.

c. Sumber Tersier

Yaitu apabila bahan toksin sekunder telah melalui transformasi yang kedua kalinya pada lingkungan. Kejadian seperti ini sulit dalam hal mendeteksi dan melakukan riset untuk menentukan upaya pengendalian. Diperlukan lintas disiplin ilmu untuk kasus toksikologi yang bersumber pada sumber tersier ini.

BAB 3|| Xenobiotik sebagai Bahan Toksin 21

5. Berdasarkan Dampak pada Organisme

Berdasarkan dampak yang ditimbulkan ini maksudnya adalah bagaimana respons atau gejala yang ditunjukkan oleh manusia. Dalam hal ini dapat dikategorikan dalam beberapa hal yaitu:

a. Fibrosis. Yaitu terbentuknya jaringan ikat secara berlebih pada organisme.

b. Demam atau terjadinya kenaikan suhu tubuh melebihi biasanya.

c. Granuloma. Yaitu terjadi atau terbentuknya peradangan yang kronis pada jaringan organisme.

d. Kekurangan oksigen (asfiksia).

e. Kanker atau terjadinya pertumbuhan organ yang tidak normal.

f. Alergi atau terjadinya perubahan tingkat sensitivitas yang berlebihan yang mengganggu kesehatan.

g. Terjadinya mutasi gen dan membentuk mutan (makhluk yang tidak sama secara genetika dengan induknya).

h. Cacat bawaan lahir akibat teratogen.

Hal inilah yang terjadi pada tragedi Minamata. Bayi yang lahir kebanyakan cacat karena keracunan merkuri air yang dikonsumsi ibunya ketika hamil. Racun ini dikonsumsi melalui ikan yang mengandung merkuri cair.

6. Berdasarkan Kerusakan Organ/Target

Berdasarkan organ yang diserang, racun ini pun dapat diklasifikasikan menurut:

a. Nefrotoksik: berbahaya atau beracun bagi nefron/ginjal.

b. Nepatotoksik: beracun bagi hepar/hati.

c. Neurotoksik: berbahaya dan beracun bagi neuron/saraf.

d. Hematotoksik: berbahaya dan beracun pada system pembentukan darah.

e. Pneumotoksik: berbahaya dan beracun bagi pneumon/paru-paru.

Klasifikasi ini diperlukan oleh seorang ahli kesehatan atau kedokteran yang akan membedakan gejala yang sama, tetapi

BAB 3|| Xenobiotik sebagai Bahan Toksin Toksikologi Lingkungan

22

penyebabnya berbeda. Karena berbagai jenis racun kadang menyebabkan gejala yang sama dengan penyakit lainnya.

7. Berdasarkan Hidup/Matinya Racun

Berdasarkan hidup atau matinya suatu racun ini maksudnya adalah apakah suatu zat toksin sebagai xenobiotik itu bersifat biotik ataukah abiotik. Jika zat itu bersifat biotik maka tentu bisa berkembang biak dan menyebar cepat pada lingkungan. Sedangkan pada zat yang bersifat abiotik tidak demikian. Hal ini perlu diketahui oleh para peneliti atau terhadap kajian dalam toksikologi lingkungan untuk menentukan langkah pengendalian.

Berdasarkan klasifikasi ini, maka dapat dikelompokkan xenobiotik yang bersifat toksin tersebut berupa:

a. Racun Biotis atau Biotoksin

Adalah bahan beracun yang merupakan makhluk hidup atau biota.

Dalam hal ini pun dapat dikelompokkan atas 2 bagian, yaitu (1) racun asli berupa biota itu sendiri yang bersifat racun; dan/atau (2) racun yang ditimbulkan oleh suatu biota karena biota tersebut telah teracuni oleh bahan xenobiotik yang ada pada habitat atau lingkungan hidupnya.

Pada racun yang pertama itu disebut sebagai biotoksin atau racun asli. Sedangkan racun yang tergolong pada nomor 2 disebut juga sebagai racun sekunder atau racun tidak asli.

Biotoksin atau racun asli ini pun tergolong atas 2, yaitu (1) biota itu sendiri yang beracun; dan (2) biota yang mengandung racun karena ada makhluk lain yang memasukkan racun itu ke dalam tubuhnya, tetapi ia masih memiliki imun untuk defend (membela diri) dari racun tersebut.

Contohnya pada tanaman yang diserang oleh fungi (jamur) atau bakteri seperti pada kentang. Kentang yang diserang mikroorganisme seperti streptococcus spp atau solanum tuberosum dengan sendirinya telah mengandung racun.

Dengan demikian, biotoksin ini dapat bersumber pada (1) mikroba;

(2) tanaman; dan (3) hewan.

Contoh biotoksin pada mikroba adalah: vibrio cholera, mycotoxin, algaltoxin dan lain sebagainya.

BAB 3|| Xenobiotik sebagai Bahan Toksin 23 Contoh biotoksin pada tanaman adalah: asam oksalat pada tanaman chenopodiaceae, fosfor organik pada oxylobrium pavilfolorum. Sebenarnya banyak tanaman hias yang mengandung racun seperti caladdium dan yasmin.

Contoh biotoksin pada hewan adalah: bisa ular (venom), hati anjing eskimo, ginjal beruang kutub dan singa laut dan lain sebagainya.

Hewan pun banyak yang beracun, sehingga dalam mengonsumsi hewan memang sebaiknya jangan memakan hewan yang tidak lazim atau yang sudah diharamkan untuk dimakan dalam ajaran agama.

b. Racun Abiotik

Racun abiotik adalah racun yang tidak hidup dan/atau tidak berasal dari makhluk hidup. Artinya selain dari mikroba, tanaman dan hewan.

Racun ini biasanya adalah jenis logam.

Logam didefinisikan sebagai elemen yang dalam larutan air dapat melepas satu atau lebih electron dan menjadi katon. Beberapa karakteristik logam antara lain berkilau, mempunyai konduktivitas yang tinggi serta kuat dan lentur.

c. Kimia Biotoksin

Racun jenis kimia biotoksin ini adalah racun yang memiliki karakteristik kimia, tetapi berasal dari biotis atau disebut biotoksin. Contohnya adalah glikosida beracun, phenol beracun, asam amino dan peptide.

Dalam dokumen DAFTAR ISI (Halaman 42-47)