• Tidak ada hasil yang ditemukan

34

AN KOMNAS PEREMPU

34

KOMNAS PEREMPUANAN KOMNAS PEREMPU Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012

34

Tahun 2012 masih diwarnai dengan berbagai tindak intoleransi terhadap kelompok minoritas agama, sejumlah diantaranya berujung pada tindak kekerasan. Perempuan, sebagai bagian tidak terpisahkan dari komunitas mengalami dampak berlapis akibat dari tindak intoleransi tersebut. Komnas Perempuan mengamati bahwa negara cenderung menyangkal adanya persoalan intoleransi, sehingga penanganan menjadi tidak efektif, bahkan terkesan membiarkan terus berlanjut dan berkembangnya tindak intoleransi. Sementara sejumlah banyak kasus penyerangan terhadap kelompok minoritas agama tidak diproses hukum secara tuntas dan akuntabel, melalui perangkat hukum negara justru mengkriminalisasi tokoh-tokoh dari komunitas yang diserang. Hal ini menunjukkan bahwa negara belum mampu menjamin, bahkan cenderung melalaikan tanggungjawabnya – dalam beberapa kasus, aktif melakukan tindak pelanggaran- atas hak warga negara atas kemerdekaan beragama dan berkeyakinan serta beribadah sesuai dengan agama dan keyakinannya itu.

Kekerasan Berulang terhadap Kelompok Syiah di Sampang

Pasca peristiwa pembakaran tiga rumah milik tokoh kelompok Syiah pada 29 Desember 2011, intimidasi dialami kelompok muslim Syiah di Dusun Nangkrenang, Desa Karang Gayam, Kabupaten Sampang, Madura sepanjang tahun 2012. Puncaknya, pada 26 Agustus 2012 pagi hari, terjadi serangan terhadap kelompok Syiah saat mereka berusaha melindungi anak-anak Syiah yang hendak berpergian untuk melanjutkan sekolah mereka di pesantren Syiah di luar Sampang. Serangan ini mengakibat satu orang meninggal dunia (Hamama, laki-laki, 50 Thn) 10 orang menderita luka kritis, serta puluhan orang mengalami luka-luka. Tercatat 49 rumah warga Syiah dirusak dan dibakar. Sebanyak 276 orang penganut Syiah yang terdiri dari anak-anak, perempuan dan lak-laki dewasa serta lansia mengungsi ke gedung olah raga (GOR) Sampang.

Ditenggarai bahwa pelaku serangan adalah sama dengan pelaku penyerangan sebelumnya. Untuk penanganan peristiwa 29 Desember 2011, Kepolisian Sampang telah membentuk 3 tim dan sudah menetapkan 1 orang tersangka dan kasus sudah P21. Persidangan pertama digelar pada 12 Maret 2012 di Pengadilan Negeri Sampang. Polisi juga menetapkan 1 orang tersangka lainnya, namun tidak ditahan. Pihak kepolisian juga tidak menahan individu-individu yang dikenali memimpin atau menyemangati serangan tersebut. Sebaliknya, Pengadilan Negeri Sampang melalui putusan No. 69/Pid.B/2012/ PN.Spg tertanggal 12 Juli 2012 memvonis Ustad Tajul Muluk, tokoh pimpinan Syiah Sampang, 2 (dua) tahun penjara karena dianggap terbukti “melakukan tindak pidana perbuatan yang pada pokoknya bersifat penodaan terhadap agama Islam.” Dalam putusan banding, Pengadilan Tinggi Jawa Timur memperberat menjadi empat tahun dalam berkas putusan No. 481/Pid/2012.PT Sby. 17 September 2012.

Untuk peristiwa tanggal 26 Agustus 2012, Penyidik Polda Jawa Timur telah menetapkan 8 (delapan) orang tersangka atas peristiwa tersebut, dan memeriksa 42 orang saksi. Namun demikian hanya 3 (tiga) orang tersangka yang telah diproses dan ditahan, salah satunya adalah Rois, saudara Tajul Muluk yang ditenggarai memimpin penyerangan. Ada pula sejumlah tersangka masih dalam pencarian penyidik. Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Selasa 22 Januari 2013, memutuskan vonis 8 bulan

I N TO L E R A N S I B E R A G A M A DA N P E N Y E R A N G A N T E R H A DA P K E B E B A S A N B E R E K S P R E S I

35

KOMNAS PEREMPUAN

Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012 KOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUAN

35 35 35

penjara terhadap salah satu pelaku penyerangan, yaitu Salikin Saripin karena melanggar Pasal 170 ayat 1 KUHP dan pasal 187 KUHP, yang secara terang-terangan dan bersama-sama melakukan perusakan terhadap rumah Tajul Muluk dan keluarganya.

Pembatasan Ibadat yang dialami Jemaat Gereja Kristen Yasmin, Bogor

Walaupun dari segi hukum, Mahkamah Agung RI telah menetapkan pembatalan Surat Kepala Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor di tahun 2010 yang mencabut izin pendirian rumah ibadah GKI Yasmin, namun penyegelan lokasi gereja Yasmin oleh Pemkot Bogor terus berlangsung hingga sekarang. Karenanya, jemaat GK Yasmin menjalankan ibadat di trotoar dengan setiap waktunya harus berhadapan dengan aksi kelompok yang menolak pendirian gereja Yasmin. Jemaat perempuan GK Yasmin menyampaikan bahwa setiap menjelang ibadat mereka mengalami ketakutan dan tidak tenang karena membayangkan akan menghadapi ancaman dan tekanan selama ibadat hari minggu. Selain mengurus advokasi status gereja, para perempuan juga berhadapan dengan situasi anak-anak mereka yang mengalami trauma karena sering menyaksikan kekerasan dan tekanan terhadap jemaat. Perempuan juga menyampaikan kesedihan mereka karena tidak dapat menjalankan ibadah sebagai keluarga utuh, sebab anak-anak tidak bisa beribadat bersama orang tuanya karena alasan keamanan.

Penyegelan dan Pelarangan Ibadah Gereja HKBP Filadelfia

Walaupun sejak Maret 2011 telah mengantongi putusan pengadilan Tata Usaha Negara untuk pencabutan SK Bupati yang menghalangi hak mendirikan rumah ibadah, Gereja Filadelfia beralamat di Rt 01 Rw 09 Dusun III Kelurahan Jejalen Jaya, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat masih terus mengalami kesulitan menjalankan ibadah. Bahkan pembubaran paksa kegiatan ibadah berturut-turut terus terjadi, disertai dengan kekerasan dan intimidasi terhadap jemaat HKBP baik perempuan maupun anak-anak. Gangguan terhadap ibadah mingguan HKBP Filadelfia terus terjadi, misalnya pada tanggal 25 Maret 2012, massa yang membangkang pada keputusan pengadilan memasang pengeras suara dan musik dilokasi ibadah jemaat. Aparat pemerintahan setempat justru menguatkan intimidasi terhadap kelompok HKBP Filadelfia. Misalnya saja, pihak Kecamatan Tambun Bekasi seolah-olah mengajak berunding pihak HKBP Filadelpia, tanggal 30 Maret 2012, namun dalam pertemuan itu pihak HKBP Filadelfia mendapat tekanan untuk menandatangani kesepakatan agar mereka tidak lagi beribadah di lokasi gereja HKBP Filadelfia.

Aparat kepolisian yang bertugas di lapangan tidak tampak tanggap dalam menghadapi massa yang terus mengintimidasi, bahkan terkesan membiarkan. Kekerasan juga dialami oleh anggota masyarakat sipil yang hadir untuk menyatakan dukungannya bagi negara utuk menegakkan perlindungan bagi hak kebebasan beragama dan beribadat, serta kepada polisi. Komnas Perempuan mencatat dan menaruh perhatian serius pada intimidasi bernuansa seksual, termasuk ancaman perkosaan, yang diarahkan kepada perempuan dalam insiden tersebut.

Diskriminasi dan Kekerasan terhadap Komunitas Ahmadiyah

Tujuh Tahun Tinggal di Pengungsian

Serangan terhadap kelompok Ahmadiyah di Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 menyisakan pengungsian warga Ahmadiyah dari Sumbawa di lokasi pengungsian Transito, Mataram. Sementara para penyerang tidak mendapat tindakan hukum karena belum diproses, para pengungsi dibiarkan

Dokumen terkait