• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORBAN BERJUANG, PUBLIK BERTINDAK: MENDOBRAK STAGNANSI SISTEM HUKUM CATATAN KTP TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KORBAN BERJUANG, PUBLIK BERTINDAK: MENDOBRAK STAGNANSI SISTEM HUKUM CATATAN KTP TAHUN 2012"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

CATATAN KEKERASAN

TERHADAP PEREMPUAN TAHUN 2012

KOMNAS PEREMPUAN

Jakarta, 7 Maret 2013

KORBAN BERJUANG, PUBLIK

BERTINDAK: MENDOBRAK

STAGNANSI SISTEM HUKUM

(2)
(3)

KOMISI NASIONAL

ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

KORBAN BERJUANG, PUBLIK BERTINDAK:

MENDOBRAK STAGNANSI

SISTEM HUKUM

CATATAN KTP TAHUN 2012

CATATAN TAHUNAN

(4)

1 1 4 7 8 9 12 11 14 15 17 17 18 18 18 20 23 23 24 24 25 26 27 27

DAFTAR ISI

Daftar Isi

Daftar Lembaga Mitra Pengada Layanan yang Berpartisipasi

Ucapan Terima Kasih

Tim Penulis

Daftar Singkatan

Ringkasan Eksekutif ...

Metodologi ...

Gambaran Umum ... Data Pengadilan Agama (+ Pengadilan Tinggi Agama) dari Tahun ke Tahun ... Kasus yang Diproses oleh PA selama Tahun 2012 ... Jumlah Korban KTP Tahun 2012 menurut Provinsi berdasarkan catatan lembaga mitra ...

Pola KtP Tahun 2012: Kekerasan Komunitas Meningkat... Kekerasan terhadap perempuan di Ranah Komunitas (KOM) ...

Kekerasan terhadap perempuan di Ranah (yang menjadi tanggung jawab) Negara) ... Kekerasan terhadap Komunitas LBT (Lesbian-Bis seksual-Trans gender) ...

Karakteristik Korban dan Pelaku ... Usia Korban dan Pelaku ... Tingkat Pendidikan Korban dan Pelaku ...

Pengaduan Langsung ke Komnas Perempuan ...

Kekerasan Seksual ... Kasus Perkosaan Berkelompok (gang rape) atas Mahasiswi Perguruan Tinggi Islam di Jakarta Ancaman Perkosaan dalam Serangan terhadap Jemaat HKBP Filadelfia ... Eksploitasi Seksual di Tahanan ... Kekerasan terhadap Istri Berbentuk Perdagangan Orang untuk Tujuan Seksual ... Kekerasan Seksual di Transportasi Publik ... Perkosaan terhadap Perempuan Pekerja Migran ...

(5)

30 30 32 32 33 34 34 35 35 35 36 36 38 38 38 39 40 41 41 41 41 43 43 45 45 51 54 57 57 58

Pekerja Migran ... ... Paska Ratifikasi Konvensi Migran Kondisi Pekerja Migran (Perempuan) Indonesia tetap

Mengalami Kerentanan, Ancaman Hukuman Mati, dan Menjadi Kurir Narkoba ...

Kekerasan terhadap Perempuan di Lembaga Pendidikan ... Mengalami Kekerasan Seksual dari Guru ... Mengalami Intimidasi dari Sekolah ... Siswi di Depok yang Diculik dan Diperkosa kemudian Dikeluarkan dari Sekolah ...

Intoleransi Beragama dan Penyerangan terhadap Kebebasan Berekspresi ... Kekerasan Berulang terhadap Kelompok Syiah di Sampang ... Pembatasan Ibadat yang dialami Jemaat Gereja Kristen Yasmin, Bogor ... Penyegelan dan Pelarangan Ibadah Gereja HKBP Filadelfia ... Diskriminasi dan Kekerasan terhadap Komunitas Ahmadiyah ... Agama Leluhur dan Penghayat ... Penyerangan Diskusi Irshad Mandji di Salihara dan LKIS Jogjakarta ...

Kekerasan terhadap Perempuan yang Dilakukan Pejabat Publik dan Tokoh Politik ... Gambaran kasus ... Proses Hukum Dan Penjatuhan Sanksi Hukum Terhadap Pelaku ... Pernyataan Diskriminatif Pejabat Publik ... Pernyataan yang Kondusif Terhadap Perempuan ...

Perempuan Pembela HAM ... Intimidasi pada Peringatan Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan 2012 ... Nani Nurani, Perempuan Penyintas Tragedi 1965...

Kondisi Perempuan Papua dan Papuan Barat ... Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan dan Pemenuhan HAM Perempuan bukanlah Prioritas Kepala Daerah tingkat Kabupaten ...

Kemajuan dan Kemunduran Hukum ... Terobosan Hukum ... Kemunduran Hukum... Kondisi Kebijakan di Daerah ...

(6)

Catatan Tahunan (CATAHU) 2012 berhasil diterbitkan bekerja sama dengan sejumlah lembaga mitra pengada layanan di berbagai wilayah di Indonesia. Semua lembaga mitra pengada layanan tersebut adalah:

DAFTAR LEMBAGA MITRA PENGADA LAYANAN YANG BERPARTISIPASI

Aceh

1. PN Sigli 2. PN Jantho

3. Kejari Banda Aceh 4. Kejari Sabang 5. Kejari Sigli 6. Kejari Lhoksukon 7. Kejari Kuala Simpang 8. Kejari Bireun

9. Kejati Aceh 10. LBH Apik Aceh

Sumatera Utara

11. PN Binjai 12. Kejari Balige 13. Kejari Stabat 14. Kejari Kisaran 15. Kejati Lubuk Pakam 16. PKPA Medan 17. WCC Pesada Medan 18. WCC Sopou Dame GKPS 19. SPI Labuhan Batu

20. HAPSARI

Sumatera Barat

21. PN Lubuk Sikaping 22. PN Padang Panjang 23. Polda Sumbar 24. Polresta Padang 25. Polres Pasaman Barat 26. Polresta Bukit Tinggi 27. Polres Pessel

28. Polres Dharmasraya

29. Polres Psaman 30. Polres Agam 31. Polres Solok Kota 32. Polres Payakumbuh 33. Polresta Pariaman 34. Polres Tanah Datar 35. Polres Padang Pariaman 36. Polres Padang Panjang 37. Polres Aro Suka 38. Polres Sijunjung 39. Polres Solok Selatan 40. P2TP2A Luhak Nan Tuo 41. Kejari Lubuk Sikaping 42. Kejari Bukit Tinggi 43. WCC Nurani Perempuan

Jambi

44. PN Tanjung Jabung Timur 45. PN Kuala Tungkal

46. PT Jambi 47. Polda Jambi

48. P2TP2A Telanaipura

49. Aliansi Perempuan Merangin

Sumatera Selatan

50. Polres Musi Banyuasin 51. P2TP2A Palembang 52. BPPKB Musi Banyuasin 53. WCC Palembang

54. SP Palembang

Kepulauan Riau

(7)

Bangka Belitung

56. UPPA Polda Babel 57. P2TP2A Bangka Belitung 58. Kejari Tanjung Pandan 59. Yayasan Nur Dewi Lestari

Bengkulu

60. Polres Rejang Lebong 61. WCC Cahaya Perempuan 62. Yayasan Pupa

Lampung

63. PN Gunung Sugih

64. Direktorat Reskrim Polda Lampung 65. Kejari Gunung Sugih

66. Kejari Sukadana 67. Kejari Liwa di Krui

68. RSUD Dr H Abdoel Moeloek

DKI Jakarta

69. Polres Pelabuhan Tanjung Priuk 70. UPPA Polres Metro Jaktim 71. P2TP2A Jakarta

72. Kejari Jakarta Pusat

73. PKT Melati )RSAL Dr Mintohardjo 74. Puan Amal Hayati Jakarta

Jawa Barat

75. PN Cirebon 76. PN Garut 77. PN Purwakarta 78. PT Bandung

79. UPPA Polrestabes Bandung 80. P2TP2A Sukabumi

81. P2TP2A Bekasi

82. P2TP2A Kota Bandung 83. BPPKB Sumedang 84. BPPKB Kota Bandung 85. BPPKB Kab Bandung 86. Kejari Subang

87. Kejati Jawa Barat 88. SAPA Institute

Banten

89. PN Pandeglang 90. PT Banten 91. P2TP2A Cilegon 92. BPPKB Serang 93. Kejari Rangkasbitung 94. Kejati Banten

Jawa Tengah

95. PN Kendal

96. PN Klas 1B Klaten 97. PN Banjarnegara

98. UPPA Polres Wonosobo 99. Polres Jepara

100. BPPKB Semarang 101. Kejari Purwodadi 102. Kejari Cilacap 103. Kejari Magelang 104. Kejari Slawi

105. Kejari Karang Anyar 106. Kejari Banjarnegara 107. Kejari Batang 108. Kejari Pati 109. Kejari Kajen 110. Kejari Blora

111. Yayasan Atma Surakarta 112. Sahabat Perempuan 113. WCC Lentera Perempuan 114. APPS Sragen

115. SPEK HAM Solo 116. LRC KJHAM Semarang 117. Yayasan Kakak Surakarta

Jawa Timur

118. PN Probolinggo 119. PN Kediri 120. PN Mojokerto

121. PN Kabupaten Kediri 122. PN Bojonegoro

123. Satreskrim Polres Bojonegoro 124. P2TP2A Kab Pacitan

125. P2TP2A Lumajang

(8)

127. P2TP2A Sidoarjo 128. P2TP2A Jember 129. P2TP2A Gresik 130. BPPKB Kota Blitar 131. Kejari Bondowoso 132. Kejari Tulungagung 133. Kejari Magetan 134. Kejati Jawa Timur

135. PPT RS Bhayangkara Nganjuk 136. RSU Ngudi Waluyo Wlingi Blitar 137. RSUD dr Soedono Madiun 138. RS Bhayangkara Kediri 139. RSUD dr Iskak Tulungagung 140. RSU Dr Saiful Anwar Malang 141. RSUD Kanjuruhan Kepanjen 142. WCC Savy Amira Surabaya 143. WCC Jombang

144. PA Jember 145. PA Malang

DIY

146. PN Wonosari 147. PT Yogyakarta

148. Kepolisan Daerah DIY 149. BPPKB Kab Bantul 150. Kejari Wonosari 151. Kejari Sleman 152. Kejari Bantul

153. RSUD Wates Kulon Progo 154. UPKT PA Sekar Arum 155. RSUD Panembahan Senopati

Bali

156. PN Bangli 157. PN Tabanan 158. PN Negara 159. PN Singaraja 160. Polda Bali 161. Polres Tabanan 162. Polres Bangli 163. Polres Gianyar

164. P2TP2A Karang Asem 165. P2TP2A Denpasar 166. Kejari Denpasar

167. Kejari Tabanan 168. Kejari Klungkung 169. WCC Bali

170. LBH Apik Bali 171. PA Bangli

NTB

172. PT Mataram 173. LBH Apik NTB 174. Kejari Raba Bima

NTT

175. PN Waingapu 176. Kejari Waingapu 177. Kejati NTT

178. Rumah Perempuan Kupang 179. FPPA Atambua

180. Truk F Maumere 181. PA Waikabubak 182. PA Maumere 183. PA Kalabahi

Kalimantan Barat

184. PN Mempawah 185. PN Singkawang 186. Polda Kalbar 187. Kejari Putussibau 188. Kejari Mempawah 189. LBH Apik Pontianak

Kalimantan Tengah

190. Kejari Tamiang Layang 191. Kejari Palangkaraya 192. Kejari Pangkalan Bun 193. PA Sampit

Kalimantan Timur

194. PT Kaltim 195. Kejari Bontang 196. Kejari Tarakan

(9)

Kalimantan Selatan

198. PN Kandangan 199. PN Rantau 200. PN Tanjung 201. PT Banjarmasin 202. P2TP2A Intan Biduri 203. BPPKB Banjarmasin 204. Kejari Kandangan 205. Kejari Amuntai 206. Kejari Barabai

Gorontalo

207. PN Gorontalo 208. Kejari Limboto

Sulawesi Tengah

209. PT Sulawesi Tengah 210. P2TP2A Parigi Moutong 211. P2TP2A Palu

212. Kejari Luwuk

Sulawesi Selatan

213. PN Sinjai 214. PN Pangkajene 215. Polda Sulawesi Selatan 216. Kejari Pare-pare 217. Kejari Sinjai 218. LPP Bone

219. Komunitas Sehati Makassar 220. FPMP Sulsel

221. PA Makassar

Maluku

222. PT Maluku

223. P2TP2A Tantui Ambon 224. LAPPAN

Maluku Utara

(10)

Catatan Tahunan (CATAHU) 2012 berhasil diterbitkan dengan mengunduh data dari website BADILAG, BADILUM, dan UPPA yang data-nya berasal dari 329 Pengadilan Agama, 87 Pengadilan Negeri dan Pengadilan Militer, serta dua UPPA di seluruh wilayah Indonesia:

PENGADILAN AGAMA:

Aceh

1. MS Banda Aceh 2. MS Bireun 3. MS Blangkejeran 4. MS Calang 5. MS Idi 6. MS Jantho

7. MS Kuala Simpang 8. MS Kuta Cane 9. MS Langsa

10. MS Lhokseumawe 11. MS Lhoksukon 12. MS Meulaboh 13. MS Meuredue 14. MS Sabang 15. MS Sigli 16. MS Sinabang 17. MS Singkil 18. MS Takengon 19. MS Tapak Tuan

20. MS Simpang Tiga Redelong

Sumatera Utara

21. PA Balige 22. PA Binjai

23. PA Gunung Sitoli 24. PA Kaban jahe 25. PA Kisaran 26. PA Lubuk Pakam 27. PA Medan

28. PA Padang Sidempuan 29. PA Pandan

30. PA Panyabungan 31. PA Pematang Siantar

32. PA Rantau Prapat 33. PA Sibolga 34. PA Sidikalang 35. PA Simalungun 36. PA Stabat

37. PA Tanjung Balai 38. PA Tarutung 39. PA Tebing Tinggi

Sumatera Barat

40. PA Batu Sangkar 41. PA Bukit Tinggi 42. PA Koto Baru 43. PA Lubuk Basung 44. PA Lubuk Sikaping 45. PA Maninjau 46. PA Muara Labuh 47. PA Padang

48. PA Padang Panjang 49. PA Painan

50. PA Pariaman 51. PA Sijunjung 52. PA Solok 53. PA Talu

54. PA Tanjung Pati 55. PA Payakumbuh 56. PA Sawah Lunto

Riau

57. PA Bangkinang 58. PA Bengkalis 59. PA Dumai

(11)

60. PA Pangkalan Kerinci 61. PA Pasir Pangarayan 62. PA Rengat

63. PA Selat Panjang 64. PA Tembilahan 65. PA Ujung Tanjung 66. PA Natuna

67. PA Tanjung Pinang 68. PA Tarempa

69. PA Tanjung Balai Karimun

Jambi

70. PA Bangko 71. PA Jambi

72. PA Kuala Tungkal 73. PA Muara Bulian 74. PA Muara Bungo 75. PA Muara Sabak 76. PA Muara Tebo 77. PA Sarolangun 78. PA Sengeti 79. PA Sungai Penuh

Sumatera Selatan

80. PA Baturaja 81. PA Kayu Agung 82. PA Lubuk Linggau 83. PA Muara Enim 84. PA Palembang 85. PA Sekayu

Bangka Belitung

86. PA Pangkal Pinang 87. PA Sungai Liat 88. PA Tanjung Pandan 89. PA Mentok

Bengkulu

90. PA Arga Makmur 91. PA Bengkulu 92. PA Curup 93. PA Manna 94. PA Lebong

Lampung

95. PA Blambangan Umpu 96. PA Gunung Sugih 97. PA Kalianda 98. PA Kotabumi 99. PA Krui 100. PA Metro

101. PA Tanjung Karang 102. PA Tanggamus 103. PA Tulang Bawang

DKI Jakarta

104. PA Jakarta Pusat 105. PA Jakarta Barat 106. PA Jakarta Selatan 107. PA Jakarta Timur 108. PA Jakarta Utara

Jawa Barat

(12)

Banten

132. PA Cilegon 133. PA Pandeglang 134. PA Rangkasbitung 135. PA Serang

136. PA Tangerang 137. PA Tigaraksa

Jawa Tengah

138. PA Ambarawa 139. PA Banjarnegara 140. PA Banyumas 141. PA Batang 142. PA Blora 143. PA Boyolali 144. PA Brebes 145. PA Cilacap 146. PA Demak 147. PA Jepara

148. PA Karang Anyar 149. PA Kajen

150. PA Kebumen 151. PA Kendal 152. PA Klaten 153. PA Kudus 154. PA Magelang 155. PA Mungkid 156. PA Pekalongan 157. PA Pemalang 158. PA Purbalingga 159. PA Purwodadi 160. PA Purwokerto 161. PA Purworejo 162. PA Rembang 163. PA Salatiga 164. PA Semarang 165. PA Slawi 166. PA Sragen 167. PA Sukoharjo 168. PA Surakarta 169. PA Tegal

170. PA Temanggung 171. PA Wonogiri 172. PA Wonosobo

Jawa Timur

173. PA Bangil 174. PA Bangkalan 175. PA Banyuwangi 176. PA Blitar 177. PA Bojonegoro 178. PA Bondowoso 179. PA Gresik 180. PA Jember 181. PA Jombang

182. PA Kabupaten Kediri 183. PA Kabupaten Madiun 184. PA Kabupaten Malang 185. PA Kangean

186. PA Kodya Kediri 187. PA Kodya Madiun 188. PA Kodya Malang 189. PA Kraksaan 190. PA Lamongan 191. PA Lumajang 192. PA Magetan 193. PA Mojokerto 194. PA Nganjuk 195. PA Ngawi 196. PA Pacitan 197. PA Pamekasan 198. PA Pasuruan 199. PA Ponorogo 200. PA Probolinggo 201. PA Sampang 202. PA Sidoarjo 203. PA Situbondo 204. PA Sumenep 205. PA Surabaya 206. PA Trenggalek 207. PA Tuban 208. PA Tulungagung

DIY

(13)

Bali

214. PA Badung 215. PA Denpasar 216. PA Gianyar 217. PA Karang Asem 218. PA Klungkung 219. PA Negara 220. PA Singaraja 221. PA Tabanan

NTB

222. PA Giri Menang 223. PA Mataram 224. PA Praya 225. PA Selong

NTT

226. PA Atambua 227. PA Bajawa 228. PA Kupang 229. PA Ruteng 230. PA Soe 231. PA Waingapu 232. PA Labuan Bajo 233. PA Lewo Leba 234. PA Maumere

Kalimantan Barat

235. PA Bengkayang 236. PA Ketapang 237. PA Mempawah 238. PA Pontianak 239. PA Putussibau 240. PA Sambas 241. PA Sanggau 242. PA Sintang

Kalimantan Tengah

243. PA Muara Teweh 244. PA Palangkaraya 245. PA Pangkalan Bun

Kalimantan Selatan

246. PA Amuntai 247. PA Banjarbaru 248. PA Banjarmasin 249. PA Barabai 250. PA Kandangan 251. PA Kota Baru 252. PA Marabahan 253. PA Martapura 254. PA Pelaihari 255. PA Batu Licin 256. PA Rantau 257. PA Tanjung 258. PA Negara

Kalimantan Timur

259. PA Balikpapan 260. PA Bontang 261. PA Tenggarong 262. PA Samarinda 263. PA Sangatta 264. PA Tanah Grogot 265. PA Tanjung Redeb 266. PA Tanjung Selor 267. PA Tarakan 268. PA Nunukan

Sulawesi Utara

269. PA Bitung 270. PA Kotomobagu 271. PA Manado 272. PA Tahuna 273. PA Tondano 274. PA Amurang

Gorontalo

(14)

Sulawesi Tengah

279. PA Banggai 280. PA Bungku 281. PA Buol 282. PA Donggala 283. PA Kodya Palu 284. PA Luwuk Banggai 285. PA Poso

286. PA Toli Toli 287. PA Parigi

Sulawesi Tenggara

288. PA Bau Bau 289. PA Kendari 290. PA Kolaka 291. PA Muna/Raha 292. PA Unaahaa

Sulawesi Selatan

293. PA Bantaeng 294. PA Barru 295. PA Bulukumba 296. PA Enrekang 297. PA Jeneponto 298. PA Majene 299. PA Makale 300. PA Mamuju 301. PA Maros 302. PA Masamba 303. PA Pare Pare 304. PA Pinrang 305. PA Sengkang 306. PA Sinjai

307. PA Sungguminasa 308. PA Takalar 309. PA Watampone 310. PA Watansoppeng

Maluku

311. PA Ambon 312. PA Masohi 313. PA Tual

Maluku Utara

314. PA Labuha 315. PA Morotai 316. PA Soasio 317. PA Ternate

Papua

318. PA Arso 319. PA Biak 320. PA Fak -Fak 321. PA Manokwari 322. PA Merauke 323. PA Mimika 324. PA Nabire 325. PA Paniai 326. PA Sentani 327. PA Serui 328. PA Sorong 329. PA Wamena

PN, PM & UPPA

Aceh

1. PN Meulaboh 2. PM Aceh

Sumatera Utara

3. PN Kabanjahe 4. PN Sibolga 5. PN Stabat 6. PN Tebingtinggi 7. PM Medan

Sumatera Barat

8. PN Batusangkar 9. PN Bukittinggi 10. PN Kotabaru 11. PN Lubuk Basung 12. PN Muaro

(15)

14. PN Payakumbuh 15. PN Solok

Riau

16. PN Bengkalis

Jambi

17. PN Bangko 18. PN Sangeti

Bengkulu

19. PN Arga Makmur

Lampung

20. PN Kalianda 21. PN Kotabumi

Kepulauan Riau

22. PN Ranai

Jawa Barat

23. PN Depok

Banten

24. PN Rangkasbitung 25. PN Serang

DKI Jakarta

26. PM Jakarta

27. UPPA Polda Metro Jaya

Jawa Tengah

28. PN Cilacap 29. PN Batang 30. PN Demak 31. PN Purwokerto 32. PN Banyuwangi 33. PN Kendal

34. PN Klaten 35. PN Magelang 36. PN Pati

37. PN Pekalongan 38. PN Pemalang 39. PN Purwodadi 40. PN Kelas 1B Tegal 41. PN Boyolali 42. PN Purworejo 43. PN Semarang

Jawa Timur

44. PN Bangil 45. PN Bangkalan 46. PN Blitar 47. PN Bondowoso 48. PN Jember 49. PN Kab. Kediri 50. PN Madiun

51. PN Kab. Probolinggo 52. PN Krasakaan

53. PN Lamongan 54. PN Lumajang 55. PN Mojokerto 56. PM Pamekasan 57. PN Ponorogo 58. PN Sampang 59. PN Sidoarjo 60. PN Bondowoso 61. PN Sukoharjo 62. PN Kediri 63. PN Sumenep 64. PN Situbondo 65. PN Trenggalek 66. PN Tulung Agung 67. PM Surabaya

Bali

(16)

NTT

73. PN Kalabahi 74. PN Oelamasi

Kalimantan Selatan

75. PN Banjarbaru 76. PN Kandangan 77. PN Martapura 78. PN Pelaihari 79. PM Banjarmasin

Kalimantan Timur

80. PM Balikpapan 81. UPPA Polda Kaltim

Sulut

82. PM Menado

Gorontalo

83. PN Gorontalo

Maluku

84. PN Ambon

Papua

(17)

UCAPAN TERIMA KASIH

Komnas Perempuan menyampaikan terimakasih kepada lembaga-lembaga yang mengirimkan data ke Komnas Perempuan namun karena keterlambatan pengiriman, data tersebut tidak bisa diolah. Lembaga tersebut adalah:

Aceh

1. PN Bireun 2. Kejari Langsa 3. Kejari Takengon 4. Kejari Meureudu

Sumatera Barat

5. PN Sawahlunto 6. PN Batusangkar 7. Kejari Bukit Tinggi 8. Kejari Padang

Jambi

9. PN Jambi 10. PN Tebo 11. PT Jambi

Bengkulu

12. PT Bengkulu

Lampung

13. PN Kota Agung

DKI Jakarta

14. RSUD Persahabatan

Jawa Tengah

15. Kejati Jawa Tengah 16. Kejari Jepara 17. Kejari Salatiga 18. Kejari Purwokerto 19. Kejari Boyolali 20. Kejari Klaten 21. Kejari Semarang 22. Kejari Kebumen 23. Kejari Sragen

24. Kejari Brebes 25. Kejari Tegal 26. Kejari Wonogiri 27. Kejari Kendal 28. Kejari Pekalongan 29. Kejari Rembang 30. Kejari Purbalingga 31. Kejari Kudus 32. Kejari Temanggung 33. Kejari Mungkid 34. Kejari Purworejo 35. Kejari Wonosobo 36. Kejari Sukoharjo

37. Cabang Kejaksaan Negeri Semarang di Pelabuhan Semarang

38. Kejari Demak 39. Kejari Surakarta 40. Kejari Ambarawa 41. Kejari Pemalang

42. UPIPA GOW Wonosobo

DIY

43. WCC Rifka Annisa 44. Kejari Wates

Jawa Timur

45. PN Magetan 46. Kejari Sampang 47. Kejari Pasuruan

Kalimantan Timur

48. P2TP2A Odah Etam

Kalimantan Tengah

(18)

Sulawesi Utara

50. Kejari Bitung

Sulawesi Barat

51. PN Polewali

Ambon

52. Yayasan Arikal Mahina

Papua

(19)

Tim Penulis Data Kualitatif

Aflina Mustafainah, Andy Yentriyani, Arimbi Heroepoetri, Choirunnisa, Chrismanto Purba, Christina Yulita Purbawati, Ditta Wisnu, Danielle Samsoeri, Dela Feby Situmorang, Ema Mukarramah, Kunthi Tridewiyanti, Ninik Rahayu, Ngatini, Saherman, Salamun Ali Mafaz, Saur Tumiur Situmorang, Siti Maesaroh, Sri Nurherwati, Soraya Ramli, Suherman, Sylvana Maria Apituley, Theresia Yuliwati, Virlian Nurkristi, Wiwit Sawitri, Yuni Asri, Yuniyanti Chuzaifah

Tim Pengolah Data Kuantitatif

Aflina Mustafainah, Ania Safitri, Choirunnisa, Dela Feby Situmorang, Dwi Ayu Kartika Sari, Justina Rostiawati, Lini Zurlia, Rismayanti Prianita, Yeandly Putri, Yosita Pramadyani

Tim Diskusi

Andy Yentriyani, Agustinus Supriyanto, Arimbi Heroepoetri, Justina Rostiawati, Kunthi Tridewiyanti, Ninik Rahayu, Neng Dara Affiah, Sri Nurherwati, Sylvana Maria Apituley, Yuniyanti Chuzaifah

(20)

APH : Aparat Penegak Hukum

APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Negara

BPPKB : Badan Pemberdayaan Perempuan dan Kaluarga Berencana BNP2TKI : Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia CATAHU : Catatan Tahunan

DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta DPD : Dewan Perwakilan Daerah DPR : Dewan Perwakilan Rakyat

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah FPI : Front Pembela Islam

HAM : Hak Asasi Manusia HAP : Hak Asasi Perempuan IRT : Ibu Rumah Tangga Inpres : Instruksi Presiden

JAI : Jemaah Ahmadiyah Indonesia JR : Judicial Review

KDP : Kekerasan Dalam Pacaran

KDRT : Kekerasan Dalam Rumah Tangga Kejari : Kejaksaan Negeri

Kejati : Kejaksaan Tinggi

KJRI : Konsulat Jenderal Republik Indonesia

KMP : Kekerasan yang dilakukan oleh Mantan Pacar KMS : Kekerasan yang dilakukan oleh Mantan Suami KOM : Komunitas

KTP : Kekerasan terhadap Perempuan KTAP : Kekerasan Terhadap Anak Perempuan KTI : Kekerasan Terhadap Istri

KUHAP : Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana KUHP : Kitab Undang-Undang Hukum Pidana LBH : Lembaga Bantuan Hukum

LPA : Lembaga Perlindungan Anak

MA : Mahkamah Agung

MoU : Memorandum of Understanding MPU : Majelis Permusyawaratan Ulama MS : Mahkamah Syar’iyah

MUI : Majelis Ulama Indonesia NAD : Nangroe Aceh Darussalam NTB : Nusa Tenggara Barat NTT : Nusa Tenggara Timur OMS : Organisasi Masyarakat Sipil

P2TP2A : Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak PA : Pengadilan Agama

(21)

PBB : Persatuan Bangsa-Bangsa Perma : Peraturan Mahkamah Agung Permen : Peraturan Menteri

Perpres : Peraturan Presiden

PKDRT : Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga PKPA : Pusat Kajian dan Perlindungan Anak

PN : Pengadilan Negeri PM : Pengadilan Militer

PNPS : Pencegahan Penyalahgunaan atau Penodaan Agama PTN : Pengadilan Tinggi Negeri

Polda : Kepolisian Daerah Polres : Kepolisian Resort Polsek : Kepolisian Sektor PP : Peraturan Pemerintah

PPHAM : Perempuan Pembela Hak Asasi Manusia PPM : Perempuan Pekerja Migran

PRT : Pekerja Rumah Tangga PT : Pengadilan Tinggi

PTA : Pengadilan Tinggi Agama

PTPPO : Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang RPK : Ruang Pelayanan Khusus

RS : Rumah Sakit

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

RUU PRT : Rancangan Undang-Undang Pekerja Rumah Tangga SD : Sekolah Dasar

SDM : Sumber Daya Manusia SE : Surat Edaran

SEMA : Surat Edaran Mahkamah Agung SJSN : Sistem Jaminan Sosial Nasional SK : Surat Keputusan

SKB : Surat Keputusan Bersama SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SP3 : Surat Perintah Penghentian Penyelidikan SPM : Standar Pelayanan Minimal

Th : Tahun

TKI : Tenaga Kerja Indonesia TKW : Tenaga Kerja Wanita

(22)
(23)

1

KOMNAS PEREMPUAN

Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012 KOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUAN

1

1

1

KORBAN BERJUANG, PUBLIK BERGERAK: MENDOBRAK STAGNANSI SISTEM HUKUM

Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan Tahun 2012 memuat informasi data kasus kekerasan terhadap perempuan yang diterima dan ditangani oleh sejumlah lembaga mitra pengada layanan di hampir semua provinsi di Indonesia, dan pengaduan langsung yang diterima oleh Komnas Perempuan lewat Unit Pengaduan dan Rujukan (UPR) serta pengaduan kasus lewat surat (termasuk surat elektronik, fax dan jejaring sosial Komnas Perempuan). Total jumlah kasus KTP pada tahun 2012 adalah 216.156 kasus yang dilaporkan dan ditangani oleh lembaga-lembaga mitra pengada layanan, yang terdiri dari 329 PA (unduh laman BADILAG), 87 PN dan PM ( unduh laman BADILUM) dan dua UPPA (unduh laman UPPA) ditambah dengan kasus yang ditangani oleh 225 lembaga mitra pengada layanan yang merespon formulir KP dengan tepat waktu dan dapat diolah serta dianalisis datanya. Jumlah angka KTP ini menjadi hampir 2 kali lipat dari angka tahun sebelumnya (181%).Seperti telah dijelaskan terdahulu, 94% data CATAHU Tahun 2013 ini bersumber pada data kasus/perkara yang ditangani oleh PA, yaitu mencapai 203.507 kasus (dengan akta cerai). Sisanya sebanyak 6% - 12.649 kasus KTP dari lembaga-lembaga mitra pengada layanan yang merespon dengan mengembalikan formulir KP (yaitu sejumlah 225 lembaga mitra).

Seperti tahun sebelumnya, tercatat kekerasan di ranah personal mencapai 8.315 kasus (66%) merupakan kekerasan yang paling banyak terjadi. Meski demikian, kekerasan di ranah komunitas tercatat mengalami peningkatan signifikan dibanding tahun lalu yakni 4,35% atau sebesar 4.293 kasus. Jenis dan bentuk kekerasan yang paling banyak terjadi ialah kekerasan seksual (2.521 kasus), diantaranya perkosaan (840 kasus) dan pencabulan (780 kasus).

Temuan CATAHU 2012 mencatat 14 kasus kekerasan di ranah komunitas yang paling menonjol adalah kasus perkosaan berkelompok (gang rape). Usia korban di ranah komunitas mayoritas antara 13 – 18 tahun atau dikategorikan sebagai usia anak, dengan latar belakang pendidikan menengah.

CATAHU 2012 juga mencatat Kejahatan Perkawinan oleh pejabat publik yang mengangkat kejahatan perkawinan antara lain poligami dan praktek kawin yang tidak tercatat yang dilakukan oleh pejabat publik. Termasuk pula pengaduan 102 kasus ke Komnas Perempuan yang pelakunya adalah PNS, aparat kepolisian, anggota militer, pejabat pemerintahan daerah seperti Walikota dan Gubernur, kepala dinas, anggota DPRD, kepala badan, guru, dosen, tokoh agama, dan pengurus Parpol. Bentuk-bentuk kekerasan terbesar yang dilakukan oleh pejabat dan tokoh publik tersebut adalah KDRT atau kekerasan dalam ranah personal. Komnas Perempuan menegaskan bahwa tidak mencatatkan perkawinan, tidak memutuskan ikatan perkawinan melalui pengadilan, serta tidak memenuhi alasan, syarat dan prosedur bagi laki-laki untuk beristri lebih dari satu sebagaimana diatur di dalam berbagai perundang-undangan, adalah tindak kejahatan terhadap perkawinan dan turut melanggengkan tindak kekerasan terhadap perempuan.

Sepanjang 2012 tercatat pula pernyataan pejabat publik tentang perempuan yang diskriminatif sebagaimana yang disampaikan oleh Marzuki Ali terkait larangan menggunakan rok mini di DPR, dan pernyataan Muhammad Nuh tentang siswi korban kekerasan seksual.

(24)

2

AN KOMNAS PEREMPU

2

AN KOMNAS PEREMPU

2

KOMNAS PEREMPUANAN KOMNAS PEREMPU Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012

2

Di tengah pelbagai kondisi sebagaimana yang disebut di atas, Komnas Perempuan mengapresiasi sistem pendokumentasian Pengadilan Agama yang sangat baik; cepat, akurat dan mudah diakses (unduh laman BADILAG), sehingga penting mendorong lembaga peradilan lainnya melakukan hal yang sama. Komnas Perempuan mengapresiasi pula sejumlah terobosan hukum yang dilakukan oleh Mahkamah Agung yang mengabulkan usulan DPRD Kabupaten Garut, untuk memberhentikan Bupati Garut, Aceng HM. Fikri karena tindakannya melakukan perceraian melalui pesan singkat (SMS) kepada isterinya FO yang dinikahi hanya dalam empat hari. Serta terobosan hukum dalam kasus Anand Krisna, dimana MA menggunakan kewenangannya untuk menciptakan keadilan bagi perempuan korban. Komnas Perempuan juga mengapresiasi pernyataan yang kondusif tentang perempuan yang disampaikan oleh Rusdy Mastura, Walikota Palu tentang reparasi bagi korban pelanggaran HAM masa lalu di Sulawesi Tengah dan pernyataan Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta menambah jumlah kendaraan umum untuk mencegah pelecehan seksual. Namun Komnas Perempuan mencatat bahwa ada 207 kebijakan di daerah yang diskriminatif terhadap perempuan atas nama moralitas dan agama. Hingga Desember 2012 total kebijakan di daerah yang diskriminatif menjadi 282 kebijakan.

KESIMPULAN

1. Ketersediaan data nasional tentang Kekerasan terhadap Perempuan sangat penting sebagai basis untuk membangun mekanisme perlindungan korban, penanganan kasus, dan pemajuan HAM perempuan. Ketersediaan dan kemudahan mengakses data sangatlah membantu proses penyediaan data nasional. Namun disayangkan bahwa kesadaran akan pentingnya data nasional tersebut belum merata. Sistem pendokumentasian yang dilakukan oleh Pengadilan Agama sangat bagus dan dengan mudah dapat diakses di web site, sehingga penting mendorong lembaga peradilan lainnya melakukan hal yang sama.

2. Kekerasan di lembaga pendidikan, mengeluarkan perempuan korban, siswi dari sekolah. Usia Korban semakin muda 13-18 tahun untuk kekerasan ranah komunitas. Mereka umumnya menjadi korban kekerasan seksual (perkosaan, perkosaan yang pelakunya lebih dari seorang [gank rape], percabulan). Untuk pelaku kekerasan seksual di ranah rumah tangga/personal, pelakunya adalah orang-orang yang dekat dengan korban, pacar, teman, guru, dan ayahnya.

(25)

3

KOMNAS PEREMPUAN

Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012 KOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUAN

3

3

3

memberi jaminan pada perempuan yang menginginkan kejelasan status hukum anaknya yang lahir dari hubungan diluar perkawinan yang sah.

4. Kelompok beragama merasakan gagalnya negara melindungi hak mereka menikmati dan menjalankan ibadahnya sesuai agama dan kepercayaannya bahkan terkesan terjadi pembiaran. Kehadiran aparat keamanan dalam lebih pada meminta korban untuk meninggalkan tempat tingggalnya dan atau lokasi rumah ibadahnya. Adanya kriminalisasi terhadap korban. Kebijakan dan penegakan hukum masih diskriminatif, bahkan negara gagal untuk memastikan dipatuhinya putusan pengadilan (Mahkamah Agung) yang mengakui hak-hak korban.

5. Pencerabutan akses ekonomi perempuan dalam konflik sumberdaya alam menjadi salah satu akar yang menjadikan perempuan mengalami kekerasan berlapis. Selain perempuan kehilangan akses ekonomi untuk dapat bertahan hidup mereka ada yang alih profesi, dan merubah pola konsumsi.

REKOMENDASI

1. Agar KPPA membangun mekanisme pengadaan data nasional terkait kekerasan terhadap perempuan .

2. Dengan meningkatnya kekerasan terhadap anak, maka:

2.1. Agar Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak untuk membangun system pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap anak serta mensosialisasikan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

2.2. MENDORONG Kementerian Pendidikan Nasional memberikan pendidikan kesehatan reproduksi dan hak seksualitas di sekolah. Serta membuat mekanisme pengaduan dan layanan di institusi pendidikan yang ramah terhadap perempuan. Apabila mencermati data kasus mengenai usia korban dan pelaku ini, kiranya perlu dikembangkan semacam program berkaitan dengan pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan di lingkungan sekolah dan kelompok-kelompok masyarakat.

2.3. Mendorong aksesibilitas layanan terhadap korban kekerasan terhadap perempuan pada remaja dan mendorong lembaga layanan yang ramah terhadap perempuan.

3. Agar Mahkamah Agung mendorong peradilan dijajarannya untuk melakukan penegakan hukum yang melindungi dan memenuhi rasa keadilan korban.

(26)

4

AN KOMNAS PEREMPU

4

AN KOMNAS PEREMPU

4

KOMNAS PEREMPUANAN KOMNAS PEREMPU Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012

4

Data kuantitatif catatan tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan merupakan data kompilasi dari kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan yang diterima dan ditangani oleh sejumlah lembaga mitra pengada layanan di hampir semua provinsi di Indonesia, dan pengaduan langsung yang diterima oleh Komnas Perempuan lewat Unit Pengaduan dan Rujukan (UPR) serta pengaduan kasus lewat surat (termasuk surat elektronik, fax dan jejaring sosial Komnas Perempuan). Di penghujung setiap akhir tahun (biasanya bulan Oktober atau November tahun bersangkutan), Komnas Perempuan mengirimkan Formulir Data CATAHU kepada lembaga-lembaga mitra di daerah (lihat Daftar Lembaga Pengada Layanan yang Berpartisipasi dalam CATAHU Tahun 2013). Lembaga mitra pengada layanan mengisi data kasus (berdasarkan jumlah korban) yang ditangani masing-masing lembaga pada formulir pendataan ini dan dikirimkan kembali kepada Komnas Perempuan kira-kira bulan Januari dan/atau Februari tahun berikut agar semua data yang diterima dapat dikompilasi dan dianalisis tepat pada waktunya.

SALAH SATU SUMBER DATA CATAHU TAHUN 2013 INI adalah data pengadilan agama (PA) dan Pengadilan negeri (PN) yang dapat dengan mudah diakses lewat laman(website) BADILAG (Badan Peradilan Agama) dan BADILUM (Badan Peradilan Umum). Pengadilan Agama lebih rapi dan tepat waktu dalam mendokumentasikan data, sehingga data dari hampir seluruh PA di tingkat kabupaten/ kota di 30 provinsi dapat diperoleh dengan mudah. Kondisi ini ditunjukkan dengan jauh lebih banyaknya jumlah kasus yang ditangani oleh PA dibandingkan dengan lembaga layanan lain, termasuk Pengadilan Negeri (PN). Komnas perempuan berhasil mengunduh data lewat Badilum dari sejumlah kecil PN. Penjelasan tentang kurangnya data PN di antaranya disebutkan karena jenis data yang ada adalah salinan putusan perkara yang harus ditelusur satu-persatu apakah merupakan data kekerasan terhadap perempuan atau bukan. Dengan demikian, semakin diyakinkan bahwa pendokumentasian/ pendataan kasus memang sebaiknya dilakukan secara terus-menerus dan ditangani oleh satu tim data yang secara khusus memperhatikan dengan seksama.

PARTISIPASI LEMBAGA MITRA PENGADA LAYANAN dengan mengisikan data kasus kekerasan terhadap perempuan yang ditangani oleh masing-masing lembaga bersangkutan merupakan sumbangan nyata dan paling berharga dalam penyusunan catatan tahunan Komnas Perempuan. Besaran atau jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan yang terdata dan dilaporkan dalam setiap catatan tahunan bergantung pada: 1) kesediaan lembaga mitra merespon permintaan pengisian formulir pendataan Komnas Perempuan, 2) kinerja masing-masing lembaga mitra pengada layanan, khususnya dalam upaya mendokumentasikan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan secara tepat dan cermat, 3) ketersediaan SDM khusus untuk pendokumentasian data (pendataan), dan 4) kurangnya pemahaman lembaga mitra akan pentingnya satu pangkalan data nasional tentang kasus-kasus riil (kasus yang ditangani) kekerasan terhadap perempuan yang selalu mutakhir.

DOUBLE COUNTING KASUS/KORBAN YANG DITANGANI LEMBAGA PENGADA LAYANAN belum dapat dihindari seratus persen selama pemahaman tentang kebutuhan data kasus riil secara nasional (untuk kepentingan advokasi) belum benar-benar terbangun. Namun demikian,

(27)

5

KOMNAS PEREMPUAN

Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012 KOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUAN

5

5

5

Komnas Perempuan dari tahun ke tahun meminimalisasi double counting dengan sejumlah cara berikut: 1) memastikan lembaga mitra mencantumkan wilayah kerja sebagai data lembaga; 2) mengupayakan lembaga mitra mengisi dengan benar jumlah kasus yang diterima, kasus yang ditangani oleh lembaga itu sendiri dan kasus yang dirujuk ke lembaga lain; 3) menuliskan kerja sama (dalam bentuk MOU) yang dibangun di wilayah kerja masing-masing, khususnya relasi kerja sama dengan Kepolisian (UPPA), Pengadilan (baik PA maupun PN), Rumah Sakit, dan lembaga bantuan hukum (LBH). Berdasarkan pengalaman lebih dari sepuluh tahun Komnas Perempuan menangani isu KTP, jalur mekanisme dan prosedur kerja sama seperti ini yang dibangun oleh lembaga pengada layanan. Dengan demikian, beberapa titik potensi overlapping bisa dipetakan dan diminimalisasikan data yang terhitung dua kali.

Penyebaran (distribusi) formulir pendataan dan tingkat respon

PENGIRIMANFORMULIR PENDATAAN CATAHU TAHUN 2013 dilakukan lewat pos, surat elektronik, dan diterimakan langsung kepada lembaga layanan ketika Komnas Perempuan melakukan kegiatan di sejumlah daerah. Pada tahun ini, Komnas Perempuan mengirimkan formulir pendataan kepada sejumlah 593 lembaga layanan yang tersebar di semua provinsi.

(28)

6

AN KOMNAS PEREMPU

6

AN KOMNAS PEREMPU

6

KOMNAS PEREMPUANAN KOMNAS PEREMPU Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012

6

Grafik berikut menunjukkan respon dari lembaga mitra pengada layanan:

(29)

7

KOMNAS PEREMPUAN

Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012 KOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUAN

7

7

7

Jumlah Kasus KTP Tahun 2012

Seperti telah dijelaskan terdahulu, 94% data CATAHU Tahun 2013 ini bersumber pada data kasus/ perkara yang ditangani oleh PA, yaitu mencapai 203.507 kasus (dengan akta cerai). Sisanya sebanyak 6% - 12.649 kasus KTP dari lembaga-lembaga mitra pengada layanan yang merespon dengan mengembalikan formulir KP (yaitu sejumlah 225 lembaga mitra).

Total jumlah kasus KTP pada tahun 2012 adalah 216.156 kasus yang dilaporkan dan ditangani oleh lembaga-lembaga mitra pengada layanan, yang terdiri dari 329 PA (unduh laman BADILAG), 87 PN dan PM (unduh laman BADILUM) dan 2 UPPA (unduh laman UPPA) ditambah dengan kasus yang ditangani oleh 225 lembaga mitra pengada layanan yang merespon formulir KP dengan tepat waktu dan dapat diolah serta dianalisis datanya. Jumlah angka KTP ini menjadi hampir 2 kali lipat dari angka tahun sebelumnya (181%).

Seperti pada tahun-tahun yang lalu, angka ini merupakan fenomena gunung es. Masih sangat banyak perempuan korban tidak mampu dan tidak berani menceritakan pengalaman kekerasannya, apalagi berani mendatangi lembaga pengada layanan untuk meminta pertolongan. Keengganan dan ketidakmampuan ini lebih banyak disebabkan oleh stigma yang berkembang di masyarakat bahwa perempuan korban kekerasan justru dianggap sebagai pihak yang bersalah, ‘perempuan penggoda’ atau tidak mempunyai akhlak yang baik dan oleh karenanya sudah sepantasnya mendapat tindakan kekerasan seperti yang

(30)

8

AN KOMNAS PEREMPU

8

AN KOMNAS PEREMPU

8

KOMNAS PEREMPUANAN KOMNAS PEREMPU Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012

8

dialaminya. Kondisi seperti ini diperparah dengan per nyataan-per nyataan pejabat publik yang seharusnya memberi pengayoman dan menjadi model, tetapi justru mengeluarkan pernyataan yang melemahkan korban, seperti “... sudah sepantasnya perempuan menjadi korban karena penampilannya atau pakaiannya ...”

Di pihak lembaga pengada layanan sendiri, sejumlah faktor menjadi kendala dalam menyediakan layanan: keterbatasan sumber daya manusia (SDM), keterbatasan dana, dukungan masyarakat sekitar, dukungan dari pihak pemerintah (daerah maupun pusat). Sejak beberapa tahun terakhir, sejumlah lembaga pengada layanan mengalami kesulitan dalam melakukan layanan dikarenakan berkurangnya dukungan dana baik dari pihak pemerintah maupun dari lembaga dana.

Data Pengadilan Agama (+ Pengadilan Tinggi Agama) dari Tahun ke Tahun

Sejak dikeluarkannya Keputusan Ketua MA Nomor 144/KMA/SK/VIII/2007 tentang Keterbukaan Informasi di Lingkungan Pengadilan, dapat dilihat adanya kemajuan dan kesungguhan pengadilan agama dalam melakukan pendokumentasian kasus-kasus yang ditangani oleh lembaga tersebut dalam kurun waktu lima tahun terakhir, seperti dapat dilihat pada grafik di samping.

(31)

9

KOMNAS PEREMPUAN

Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012 KOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUAN

9

9

9

Kasus yang Diproses oleh PA selama Tahun 2012

Data perkara/kasus PA yang diakses per 8 Februari 2013 mencapai 304.983 kasus, yang dikategorikan menjadi: ijin poligami (850), cerai talak (95.287), dan cerai gugat (208.846). Semua perkara yang masuk kemudian diproses untuk diputuskan apakah kasus akan ditolak, diterima dan dibatalkan.

Pada akhirnya, dari seluruh perkara yang diproses ini ada 203.507 kasus (67%) telah mendapatkan putusan (akta cerai). Jumlah inilah yang diolah untuk Catatan Tahunan.

(32)

10

AN KOMNAS PEREMPU

10

AN KOMNAS PEREMPU

10

KOMNAS PEREMPUANAN KOMNAS PEREMPU Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012

10

PP No. 9 Tahun 1975 yang merupakan peraturan pelaksana dari UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 memberikan penjelasan berikut:

Perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan:

(1) salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan (=krisis akhlak);

(2) salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya (=tidak ada tanggung jawab);

(3) salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman lebih berat setelah perkawinan berlangsung (=dihukum);

(4) salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain (=kekejaman jasmani, kekejaman mental);

(5) salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/istri (=cacat tubuh); dan

(6) antara suami istri terus-menerus terjadi perelisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga (=tidak harmonis)

Berdasarkan peraturan pelasanaan UU Perkawinan ini dan KHI, maka PA membuat kategorisasi perkara perceraian yang sudah mendapatkan akta cerai berdasarkan penyebab perceraian, yaitu: poligami tidak sehat, krisis akhlak, cemburu, kawin paksa, ekonomi, tidak ada tanggung jawab, kawin di bawah umur, kekejaman jasmani, kekejaman mental, dihukum, cacat biologis, politis, gugatan pihak ketiga, tidak ada keharmonisan, dan kategori lain-lain – tidak ditemukan penjelasan kategori lain-lain ini mencakup apa saja.

Dari grafik di samping, dapat diketahui dari 15 kategori penyebab perceraian dan di antaranya ada 5 kategori penyebab perceraian yang terbanyak dibandingkan dengan penyebab lain dari total kasus, yaitu: poligami tidak sehat (23% atau 47.259 kasus), tidak ada keharmonisan (18% atau 38.801 kasus)), (faktor) ekonomi (16% atau 32.627 kasus), tidak ada tanggung jawab dan penyebab lain-lain (masing-masing mencapai 15%).

Ada pula sejumlah kasus diputus yang relatif sedikit dibandingkan dengan penyebab lain, yaitu: kekejaman mental (337 kasus), cacat biologis (414 kasus), dihukum (430 kasus), kawin di bawah umur (498 kasus).

Tabel berikut memperlihatkan prosentase kategori penyebab perceraian terbanyak menurut provinsi:

Tabel: Prosentase Empat (4) Penyebab Perceraian terbanyak menurut Provinsi

NO PROVINSI Poligami tidak sehat

Tidak ada tanggung

jawab

Ekonomi Tidak ada keharmonisan

1 Aceh 27 23 2 32

2 Sumut 14 18 5 34

3 Sumbar 22 20 6 28

(33)

11

KOMNAS PEREMPUAN

Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012 KOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUAN

11

11

11

5 Jambi 6 26 11 31

6 Sumsel 13 9 4 34

7 Babel 40 17 5 15

8 Bengkulu 7 19 1 50

9 Bandar Lampung 15 9 30 26

10 DKI 18 10 3 21

11 Jabar 20 12 42 10

12 Banten 11 13 11 25

13 Jateng 8 27 14 14

14 Jatim 39 11 13 15

15 Yogyakarta 22 22 3 26

16 Bali & NTB 47 7 5 16

17 NTT 78 9 0 7

18 Kalbar 13 11 3 45

19 Kalteng 2 8 4 29

20 Kalsel 37 9 4 33

21 Kaltim 33 6 4 26

22 Sulut 23 5 1 34

23 Gorontalo 47 5 1 35

24 Sulteng 18 9 4 29

25 Sultra 15 10 4 20

26 Sulsel 10 14 6 33

27 Maluku 3 19 2 42

28 Maluku Utara 5 24 3 27

29 Papua 6 22 2 48

*Sumber Data: unduh laman BADILAG per 8 Februari 2013

Ada 7 provinsi yang menunjukkan penyebab perceraian poligami tidak sehat lebih dari 30% dari total kasus perceraian di provinsi masing-masing, yaitu: NTT – 78%, Bali & NTB dan Gorontalo – 47%, Babel – 40%, Jatim – 39%, Kalsel 37% dan Kaltim – 33%. Untuk penyebab tidak ada tanggung jawab ada 6 provinsi yang menunjukkan prosentase lebih dari 20% dari total kasus cerai di masing-masing provinsi, yaitu: Jateng- 27%, Jambi – 26%, Maluku Utara – 24%, Yogyakarta 22%, Papua – 22%, dan Sumatera Barat 20%. Provinsi Jawa Barat dan Lampung merupakan 2 provinsi yang menunjukkan penyebab perceraian dengan alasan (faktor) ekonomi dengan prosentase cukup tinggi (42% dan 30%). Sedangkan untuk alasan tidak ada keharmonisan ada 13 provinsi yang mempunyai perkara di atas 30% dari total kasus cerai masing-masing provinsi.

(34)

12

AN KOMNAS PEREMPU

12

AN KOMNAS PEREMPU

12

KOMNAS PEREMPUANAN KOMNAS PEREMPU Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012

12

Jumlah Korban KTP Tahun 2012 menurut Provinsi berdasarkan catatan lembaga mitra

Data kasus seperti pada grafik di samping diperoleh dari 225 lembaga mitra pengada layanan di 30 provinsi di Indonesia. Jumlah kasus KTP yang didokumentasikan oleh seluruh lembaga pengada layanan tersebut adalah 12.649 kasus.

Ada 5 provinsi dengan jumlah kasus KTP yang menonjol di antara provinsi lain, yaitu: DKI Jakarta (1.699 kasus), Jawa Timur (1.593 kasus), Jawa Barat (1.352 kasus), Jawa Tengah (1.052 kasus), dan Sumatera Barat (902). Di kelima provinsi tersebut terdapat sejumlah lembaga mitra pengada layanan yang mencatat kasus KTP terbanyak, yaitu:

DKI Jakarta – P2TP2A (1.429 kasus) dan UPPA (222 kasus); JaTim – P2TP2A (613 kasus), RS (609 kasus), dan UPPA (117 kasus);

JaBar – P2TP2A (373 kasus), BPPKB (348 kasus),

(35)

13

KOMNAS PEREMPUAN

Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012 KOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUAN

13

13

13

Jika dilihat menurut lembaga layanan, pada tahun 2012 ini kasus paling banyak datang ke UPPA (3.992), OMS (2.286), dan P2TP2A (2.897). Lembaga yang juga banyak menerima kasus adalah BPPKB dan WCC.

(36)

14

AN KOMNAS PEREMPU

14

AN KOMNAS PEREMPU

14

KOMNAS PEREMPUANAN KOMNAS PEREMPU Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012

14

Diagram di samping menunjukkan pola KTP pada tahun 2012 yang ditangani oleh lembaga pengada layanan (225 lembaga yang mengirim data ke Komnas Perempuan, n = 12.649 kasus)

Seperti tahun lalu, kekerasan yang terjadi di ranah KDRT/RP paling tinggi (66% - 8.315). Dan kekerasan di ranah komunitas tercatat sejumlah 34% (4.293). Prosentase kekerasan di ranah komunitas ini meningkat cukup signifikan dibandingkan dengan tahun lalu (4,35%). Dan prosentase kekerasan di ranah negara kurang dari 1% (41 kasus).

Kekerasan Dalam Rumah Tangga / Relasi Personal

Kasus KDRT/RP yang ditangani oleh lembaga mitra pengada layanan berjumlah 8.315 kasus. Dari jumlah tersebut, kekerasan psikis merupakan bentuk KDRT/ RP paling tinggi (46%), bentuk kekerasan fisik mencapai 28%, kekerasan seksual 17%, dan kekerasan ekonomi

sejumlah 8%.

Dibandingkan dengan data Catahu belum ada pergeseran jenis KDRT/RP ini. Pada tahun lalu kekerasan psikis

juga menempati urutan pertama, kemudian disusul dengan kekerasan ekonomi, seksual dan fisik.

Sedangkan bentuk KDRT/RP seperti dilihat pada diagram di samping. Kekerasan terhadap istri (KTI) masih merupakan bentuk KDRT/ RP yang paling tinggi (52% - 4.305), kemudian disusul dengan kekerasan dalam relasi personal lain (29% - 2.428) dan kekerasan dalam pacaran (13% - 1.085). Bentuk KDRT/RP lain yang masih terjadi: kekerasan terhadap anak perempuan (KTAP), kekerasan mantan suami (KMS), kekerasan mantan pacar (KMP) dan kekerasan terhadap pekerja rumah tangga (PRT).

(37)

15

KOMNAS PEREMPUAN

Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012 KOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUAN

15

15

15

Mengkaji laporan-laporan kasus yang langsung datang ke UPR (unit pengaduan dan rujukan) KP atau pertanyaan lewat hotline maupun imel, diketahui bahwa perempuan korban (baik istri, anak perempuan, atau perempuan dalam keadaan pacaran, atau pekerja rumah tanggal) dapat mengalami jenis kekerasan berlapis. Artinya, bisa saja seorang istri mengalami kekerasan fisik, psikis, seksual, dan ekonomi pada kurun waktu tertentu. Demikian pula dengan perempuan dalam kondisi relasi personal seperti pacaran, atau pekerja rumah tangga yang tinggal bersama keluarga majikan pada kurun waktu tertentu.

Kekerasan terhadap perempuan di Ranah Komunitas (KOM)

Jenis dan bentuk KTP di ranah Komunitas (Kom) dapat dilihat seperti grafik di samping.

Ada empat (4) jenis kekerasan di ranah Komunitas, yaitu seksual, psikis, fisik, dan jenis yang dikategorikan sebagai lain-lain. Jenis kekerasan seksual mengambil bentuk: pencabulan, perkosaan, percobaan perkosaan, persetubuhan, pelecehan seksual, melarikan anak perempuan, dan kekerasan seksual lain. Di antara bentuk kekerasan seksual yang paling banyak tercatat adalah perkosaan (840) dan pencabulan (780). Ada pula persetubuhan yang tercatat sebanyak 207 kasus serta pelecehan seksual 118 kasus. dan kekerasan seksual lain sejumlah 564 kasus.

Kekerasan psikis mencakup pengancaman – 2 kasus, dan kekerasan psikis lain – tercatat sejumlah 413 kasus. Dan kekerasan fisik meliputi penganiayaan, pemukulan, pembunuhan, kekerasan fisik lain. Penganiayaan merupakan bentuk kekerasan fisik yang tercatat paling tinggi (597 kasus) dan pemukulan (199). Sedangkan jenis kekerasan ranah komunitas dikategorikan dalam jenis lain-lain yang mencakup trafiking (403) dan buruh migran (3).

(38)

16

AN KOMNAS PEREMPU

16

AN KOMNAS PEREMPU

16

KOMNAS PEREMPUANAN KOMNAS PEREMPU Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012

16

Di antara kekerasan seksual terebut juga ada data mengenai gang rape,yang ditangani oleh PN (Pengadilan Negeri) di sejumlah daerah – lihat tabel berikut.

No Provinsi Nama PN Gang Rape

1 Aceh PN Meulaboh 1 2 Sumut PN Kisaran 1 3 Sumbar PN Painan 1

4 Lampung PN Kotabumi 1

5 Jateng PN Cilacap 1

PN Magelang 1 PN Klaten 1 6 Jatim PN Sumenep 1

7 Kalsel PN

Kandangan 2 PN Pelaihari 1 8 Papua PN Merauke 1

9 Papua Barat PN Sorong 1

PN Biak 1

Total Gang Rape 14

Gang rape termasuk kekerasan seksual di ranah komunitas (menurut data kasus pada tahun ini), dimana korban diperkosa oleh lebih dari satu orang – dan merupakan tim atau gang (biasanya pelaku saling mengenal dan melakukan tindak perkosaan dengan perencanaan). Jumlah pelaku antara 2 – 7 orang seperti dicatat oleh PN.

Kiranya lembaga pengada layanan perlu mewaspadai kejadian gang rape ini yang telah dicatat oleh 13 PN di 9 provinsi. Perlu juga dikembangkan kesiapan lembaga dalam rangka menangani kasus- kasus gang rape demikian.

(39)

17

KOMNAS PEREMPUAN

Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012 KOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUAN

17

17

17

Kekerasan terhadap perempuan di Ranah (yang menjadi tanggung jawab) Negara

Provinsi WCC OMS Jumlah

Sumbar 3 3

DKI 1 1

Jateng 37 37

Jumlah 3 38 40

Lembaga pengada layanan yang menangani kasus kekerasan terhadap perempuan yang menjadi tanggung jawab Negara adalah mereka yang berada di Provinsi Sumatera Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah. Jumlah kasus yang ditangani pada tahun 2012 untuk kekerasan di ranah Negara tercatat 40 kasus, yang terbanyak di Jawa Tengah dan ditangani oleh OMS (37 kasus).

Kekerasan terhadap Komunitas LBT (Lesbian-Bis seksual-Trans gender)

Sejak 4 tahun yang lalu, formulir pendataan CATAHU dilengkapi dengan satu lembar isian untuk mendata korban dari komunitas LBT, dan pada tahun 2012 ada sejumlah 10 korban yang melaporkan diri di wilayah Sulawesi Selatan.

(40)

18

AN KOMNAS PEREMPU

18

AN KOMNAS PEREMPU

18

KOMNAS PEREMPUANAN KOMNAS PEREMPU Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012

18

Usia Korban dan Pelaku

Berdasarkan data yang masuk ke lembaga pengada layanan, usia korban dapat dilihat seperti grafik di samping. Untuk KTP di ranah KDRT/RP tercatat usia korban paling banyak di kategori usia 25-40 tahun. Korban juga ditengarai berusia antara 13 – 18 tahun dan antara 19 – 24 tahun. Meskipun juga terdapat korban dengan usia balita dan usia SD, serta usia di atas 40 tahun.

Sedangkan untuk ranah Komunitas, usia korban paling banyak di kategori usia 13-18 tahun, meskipun di kategori usia seperti dilihat dalam grafik juga terlihat ada korban pada kisaran 19 – 24 tahun dan. Artinya, perempuan usia anak (13-18 tahun) rentan mengalami kekerasan di ranah komunitas, entah

ketika menuju ke sekolah, di dalam angkutan kota (angkot), di sekolah, atau di tempat-tempat lain dimana usia remaja berkumpul.

Di pihak pelaku untuk ranah KDRT/RP, yang paling banyak pelaku di kategori usia 25-40 tahun, dan di atas 40 tahun. Ada pula pelaku usia 19-24 tahun. Ini berarti, usia pelaku di ranah KDRT/RP rata-rata usia dewasa. Sedangkan pelaku di ranah komunitas yang terbanyak tercatat usia di atas 40 tahun, lalu kedua terbanyak kategori usia 19-24 tahun dan 25-40 tahun. Kasus gang rape yang dicatat oleh PN masuk di ranah Komunitas dan berusia antara 13-18 tahun (19 orang), 19-24 tahun (5 orang), 25-40 tahun (4 orang), dan 7 orang di atas 40 tahun.

Tingkat Pendidikan Korban dan Pelaku

Berkaitan dengan data mengenai tingkat pendidikan korban, grafik di samping menunjukkan bahwa tingkat pendidikan korban KTP baik di ranah KDRT/RP maupun di ranah Komunitas paling banyak di tingkat SLTA, dan SLTP. Ini selaras dengan usia korban yang telah dijelaskan terdahulu. Artinya, korban memang di usia-usia dengan tingkat pendidikan SLTA dan SLTP. Ada pula korban dengan tingkat pendidikan SD. Data di samping juga menunjukkan bahwa korban di ranah KDRT/

(41)

19

KOMNAS PEREMPUAN

Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012 KOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUAN

19

19

19

RP banyak di antaranya yang memiliki tingkat pendidikan perguruan tinggi (PT). Dan dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa korban ‘kebanyakan’ adalah mereka yang pernah atau sedang mengikuti pendidikan formal – korban mempunyai pendidikan tingkat tertentu, karena hanya sedikit di antara korban yang tidak sekolah atau tidak lulus SD.

Dan dari tabel di samping yang memperlihatkan tingkat pendidikan pelaku KTP di ranah KDRT/ RP dan Komunitas dapat disimpulkan bahwa:

• Pelaku KTP di ranah KDRT/RP dan Komunitas kebanyakan berpendidikan tingkat SLTA

• Pola tingkat pendidikan antara korban dan pelaku KTP di ranah KDRT/RP dan Komunitas sama

• Kekurangsiapan satuan pendidikan, khususnya tingkat SLTA dalam memberikan materi berkaitan dengan KTP (isunya sendiri dan respon terhadap KTP)

Profesi Korban dan Pelaku

Dari aspek pekerjaan atau profesi tercatat bahwa korban paling banyak adalah ibu rumah tangga (IRT), pelajar, dan buruh di sektor informal (misalnya tukang cuci). Juga tercatat korban dengan pekerjaan sebagai guru, PNS dan petani, serta anggota POLRI

(42)

20

AN KOMNAS PEREMPU

20

AN KOMNAS PEREMPU

20

KOMNAS PEREMPUANAN KOMNAS PEREMPU Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012

20

Komnas Perempuan membangun dua mekanisme pengaduan di bawah koordinasi Sub Komisi Pemantauan, yaitu

1. Unit Pengaduan untuk Rujukan (UPR), yang didirikan sejak tahun 2005 untuk menerima pengaduan korban baik datang langsung maupun melalui telepon. Sesuai dengan mandat, KP akan merujuk setiap kasus yang datang langsung ke lembaga mitra pengada layanan sesuai dengan kebutuhan korban;

2. Mekanisme dukungan (langsung ke Divisi Pemantauan), bagi kasus KTP yang bersifat politis seperti: pelaku adalah pejabat publik/tokoh masyarakat, korbannya massal, dan/atau kasus yang sedang menjadi perhatian nasional/internasional, dan pengaduan lewat surat (elektronik, pos, fax, facebook) menemui kesulitan dalam proses penyelesaian perkara serta membutuhkan dukungan Komnas Perempuan terutama dalam proses hukum.

Tabel: Jumlah Korban yang Mengadu ke Komnas Perempuan sepanjang 2012

UPR Divisi Pemantauan

Total Korban

KDRT/RP 590 193 783

Komunitas 101 44 145

Negara 38 150 188

Trafiking 10 11 21

Pekerja migran 5 33 38

Perburuhan - 52 52

WHRD - 5 5

Lain-lain 59 - 59

TOTAL 803 488 1.291

Sepanjang tahun 2012, UPR menerima 1.291 korban yang mengadukan kasus-nya ke Komnas Perempuan. Pengaduan yang datang ke Unit Pengaduan untuk Rujukan berupa telefon dan datang langsung adalah sebanyak 803 orang, dimana 59 di antaranya adalah pengaduan yang tidak dapat ditindaklanjuti karena beberapa alasan, diantaranya tidak berbasis gender dan pengadu memiliki gangguan jiwa sehingga kasus tidak bisa diidentifikasi. Sementara jumlah kasus masuk melalui Divisi Pemantauan adalah adalah dalam bentuk surat, fax, email dan pengaduan di jejaring sosial dengan jumlah korban sebanyak 488 orang.

(43)

21

KOMNAS PEREMPUAN

Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012 KOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUAN

21

21

21

Berdasarkan tabel di atas,seperti penyebaran kuesioner, kasus terbanyak yang diadukan ke Komnas Perempuan adalah kasus KDRT/RP (60,65%), komunitas (19,82%) dan negara (14,56%).

Respon Komnas Perempuan atas kasus-kasus yang diadukan ke Komnas Perempuan adalah dengan mendokumentasikan dan merujuk korban ke lembaga mitra di mana korban berasal sesuai dengan kebutuhan korban. Selain itu Komnas Perempuan juga memberikan surat dukungan untuk proses hukum yang sedang dijalani korban dalam mengadvokasi kasusnya serta memberikan pendapat mengenai kasus bersangkutan.

Surat dukungan biasanya ditujukan untuk mendorong penanganan kasus yang menimpa korban di berbagai tingkatan aparat penegak hukum, kementerian, maupun institusi/lembaga lain. Sepanjang tahun 2012 Komnas Perempuan mengeluarkan 83 buah surat dukungan, surat dukungan Komnas Perempuan mayoritas ditujukan kepada pihak Kepolisian (khususnya POLDA Metro Jaya) karena banyak korban mengalami kesulitan dalam proses hukum di tingkat penyidikan.

Tabel di bawah ini menerangkan institusi mana yang menjadi tujuan surat dukungan Komnas Perempuan:

Tujuan Jumlah Surat Dukungan

Kepolisian 43

Kejaksaan Negeri 4

Kejaksaan Tinggi 1

Pengadilan Negeri 8

Pengadilan Tinggi 2

Pengadilan Agama 1

Pengadilan Tinggi Agama 1

Mahkamah Agung 1

Panglima TNI 5

Kemenlu, Kemenakertrans,

BNP2TKI 4

Organisasi Agama 2

Perusahaan 7

Lembaga Pemasyarakatan 1

Pelaku (Pejabat Publik) 1

Sekolah 1

Dinas Tenaga Kerja 1

(44)

22

AN KOMNAS PEREMPU

22

AN KOMNAS PEREMPU

22

KOMNAS PEREMPUANAN KOMNAS PEREMPU Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012

22

Institusi Kepolisian Jumlah Surat

Kepolisian Republik Indonesia 1 Kepolisian Daerah Sumatera

Utara 5

Kepolisian Daerah Sumatera

Barat 1

Kepolisian Daerah Bengkulu 1 Kepolisian Daerah Sumatera

Selatan 3

Kepolisian Daerah Lampung 2 Kepolisian Daerah Metro Jaya 21 Kepolisian Daerah Jawa Barat 2 Kepolisian Daerah Bali 1 Kepolisian Daerah Nusa

Tenggara Timur 2 Kepolisian Daerah Sulawesi

Tengah 1

Kepolisian Daerah Ambon 1 Kepolisian Daerah Kalimantan

Selatan 1

Kepolisian Daerah Kalimantan

Timur 1

TOTAL 43

(45)

23

KOMNAS PEREMPUAN

Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012 KOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUAN

23

23

23

Sepanjang tahun 2012, kekerasan seksual menjadi salah satu persoalan kekerasan terhadap perempuan yang mencuat, bukan saja dalam hal intensitas pelaporan tetapi juga dalam kompleksitas persoalan dan dampaknya, sebagaimana tampak pada kasus-kasus berikut ini. Masing-masing kasus perlu mendapat perhatian lebih khusus untuk memastikan advokasi pada kasus kekerasan seksual memperhatikan lapisan kerentanan perempuan korban

Kasus Perkosaan Berkelompok (gang rape) atas Mahasiswi Perguruan Tinggi Islam di Jakarta

Almarhum IN (usia 24 tahun) mahasiswi Universitas Islam di Jakarta, telah menjadi korban perkosaan, dan pembunuhan. Kepolisian Resort Tangerang Kota berhasil mengungkap peristiwa ini dan segera mengamankan 6 orang pelaku. Salah satu pelaku yakni Muhammad Soleh alias Oleng dikenal oleh korban. Sementara 5 pelaku lainnya adalah teman Oleng. Media massa ramai membicarakan pelaku Oleng adalah pacar korban, sehingga berbagai pemberitaan cenderung menyalahkan korban. Padahal serangkaian pembuktian telah mengarahkan bahwa dalam kurun waktu yang lama korban telah menjadi target pemalakan dan pemerasan oleh pelaku Oleng.

Kekerasan yang dialami oleh IN mematahkan pandangan bahwa perkosaan terjadi kepada perempuan berpakaian minim, karena IN berkerudung. Juga meneguhkan perkosaan kerap terjadi di mana korban mengenal pelaku yang merupakan orang dekat korban

Setelah proses hukum kasus ini berjalan selama 8 bulan, pada 19 Desember 2012 melalui putusan No.1501/Pid.B/2012/PN.TNG, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tangerang menjatuhkan hukuman mati terhadap pelaku Oleng karena terbukti melakukan pembunuhan berencana dan perkosaan, sementara kelima pelaku lainnya dituntut hukuman 20 tahun penjara. Komnas Perempuan mengapresiasi aparat penegak hukum yang bekerja sama sejak tahap penyidikan hingga Pengadilan Negeri Tangerang menjatuhkan putusan, meski dalam berbagai kesempatan, Komnas Perempuan menyayangkan hukuman mati yang masih saja berlaku di Indonesia, padahal kita sudah mempunyai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan International Covenant On Civil And Political Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik).

Menanggapi berulangnya peristiwa kekerasan seksual yang terjadi para pelajar/mahasiswi, Komnas Perempuan mendorong lembaga pendidikan untuk memberi jaminan perlindungan pada mahasiswi/ pelajar dan perempuan pada umumnya untuk bermobilitas dan membangun kebijakan sistemik menjaga keamanan mahasiswi/pelajar. Misalnya, menyediakan ruang belajar, sarana transportasi, dan fasilitas kampus/sekolah yang aman bagi anak didik, serta pusat pengaduan peristiwa kekerasan seksual di tingkat kampus/sekolah.

Ancaman Perkosaan dalam Serangan terhadap Jemaat HKBP Filadelfia

Pada kasus penyegelan gereja dan pelarangan ibadah bagi Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Filadelfia, ancaman perkosaan menjadi salah satu bentuk intimidasi. Minggu, 6 Mei 2012, dua orang perempuan; S, dan R, mengalami berbagai intimidasi, termasuk ancaman perkosaan ketika tengah meliput peristiwa pembubaran paksa ibadah jemaat HKBP Filadelfia, di Desa Jejayen, Kecamatan

(46)

24

AN KOMNAS PEREMPU

24

AN KOMNAS PEREMPU

24

KOMNAS PEREMPUANAN KOMNAS PEREMPU Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012

24

Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, oleh sekelompok massa. S dan R awalnya dicecar dengan pertanyaan menyelidik tentang identitas mereka. S dan R bukan jemaat HKBP. Namun karena dianggap sebagai bagian dari jemaat, S dan R kemudian menjadi sasaran caci-maki. Sebagian cemooh yang ditujukan pada mereka menyinggung identitas Batak, sebagian lagi pada penampilan dan bentuk tubuh (pelecehan seksual secara verbal). Tubuh S dan R juga didorong-dorong dari belakang, dilempar dengan air kemasan dalam gelas plastik, dikerubuti, dan dipaksa menunjukkan kartu identitas (KTP). Puncak dari intimidasi yang dialami S dan R adalah ketika beberapa perempuan dari kelompok tersebut meneriaki mereka dengan teriakan ”Perkosa, perkosa saja”.

Meskipun tidak sampai terjadi aksi perkosaan, Komnas Perempuan mengkategorikan intimidasi ancaman perkosaan tersebut merupakan bentuk kekerasan seksual. Tindakan ini, dilakukan baik secara langsung maupun tidak, menghadirkan rasa takut atau derita psikis pada perempuan korban. Kerentanan perempuan terhadap kekerasan pada situasi konflik adalah fakta yang banyak terekam dalam catatan sejarah kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan seksual tak bisa dilepaskan dalam pengalaman pahit perempuan korban setiap pecah konflik. Pola yang menjadi seperti lazim. Bahwa perempuan dan tubuhnya, telah, dan selalu menjadi sasaran penyerangan. Hal ini dikarenakan dalam masyarakat patriarkhi, konsep kesucian dilekatkan pada tubuh perempuan. Seksualitas perempuan juga menjadi simbol bagi martabat kelompok masyarakat tertentu. Ketika terjadi konflik, hancurnya tubuh perempuan sama artinya dengan hancurnya kehormatan dari masyarakat dimana dia berasal.

Eksploitasi Seksual di Tahanan

Oktober 2012, terjadi eksploitasi seksual kepada perempuan yang berada di dalam tahanan, di Jakarta. Kejadian itu dialami oleh NA seorang model, yang menjadi tersangka kasus kecelakaan lalu lintas di Jakarta Barat. NA menabrak tujuh orang pejalan kaki dan seorang anggota polisi dan ditahan di Mapolsek Metro Taman Sari. Selama dalam tahanan tersebut terjadi eksploitasi seksual dan menyebarnya foto-foto NA di jejaring sosial dalam kondisi tidak berpakaian lengkap, padahal saat kecelakaan terjadi NA masih mengenakan pakaian. Foto-foto tersebut berasal dari ruang tahanan Polsek Metro Taman Sari.

Kepolisian Daerah Metro Jaya (25/10/2012) mengeluarkan hasil penyelidikan dan menemukan 3 pelaku/ tersangka yang menyebarkan foto-foto tersebut, yakni dua anggota polisi Polsek Taman Sari berinisial HS dan DI, dan seorang lainnya adalah wartawan berinisial WO.

Komnas Perempuan menyatakan agar Institusi Penegak Hukum dalam melakukan penahanan mengacu pada KUHAP dan situasi di tahanan belum mempertimbangkan kondisi khusus bagi perempuan. Sistem penahanan bagi tersangka/terdakwa perempuan masih mengandung diskriminasi bagi perempuan. Selama ini pengaturan penahanan terhadap perempuan diterapkan aturan normatif dan subjektif disamakan dengan tersangka/ terdakwa laki-laki tanpa infrastruktur memadai. Inilah yang mengakibatkan perempuan memiliki kerentanan mengalami pelanggaran hak perempuan dalam tahanan.

Kekerasan terhadap Istri Berbentuk Perdagangan Orang untuk Tujuan Seksual

(47)

25

KOMNAS PEREMPUAN

Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012 KOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUANKOMNAS PEREMPUAN

25

25

25

R dan AW sering terlibat pertengkaran, bahkan AW tega menjual R istrinya untuk melayani laki-laki lain dengan imbalan 300 ribu rupiah. Uang hasil menjual isterinya digunakan untuk bersenang-senang dengan perempuan lain1. AW tidak hanya sekali saja menjual isterinya, tetapi setiap kali ia tidak punya uang ia meminta R untuk melayani laki-laki lain. Sampai akhirnya, kejadian pada Sabtu 3 November 2012 membuat tetangganya marah pada AW. Pada malam itu, R menolak permintaan suaminya untuk melayani laki-laki lain karena sudah dua kali suaminya menjual dirinya. Ia pun melarikan diri ke rumah Ketua RT setempat. Saat mengejar R dengan menggunakan sepeda motor, AW melindas anak mereka hingga menyebabkan kaki dan tangan anak itu lebam. Hal ini kemudian membuat warga menangkap dan menyerahkan AW ke kantor polisi. 2, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Pasal 80 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara. Semestinya AW, juga bisa dikenakan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Komnas Perempuan melihat bahwa kekerasan terhadap perempuan dapat terjadi di semua lapisan sosial-ekonomi masyarakat. Di kalangan masyarakat kelas ekonomi atas pun kekerasan dapat terjadi. Untuk kasus yang menimpa R ini justru memperlihatkan betapa kemiskinan menambah tingkat kerentanan perempuan mendapatkan kekerasan. Ditambah lagi dengan budaya patriarki. Kemiskinan di Indonesia dari masa pemerintahan Soeharto sampai sekarang lebih merupakan dampak dari kebijakan pembangunan yang selama puluhan tahun tidak memikirkan pemerataan, sebaliknya yang terjadi kerap adalah pencerabutan sumber kehidupan dari kaum miskin khususnya perempuan. Sehingga buah akhir dari satu kebijakan pembangunan justru melanggengkan kekerasan terhadap perempuan dan mengukuhkan budaya patriarkhi dalam masyarakat.

Kekerasan Seksual di Transportasi Publik

Teror kekerasan seksual di angkutan umum, khususnya di angkutan kota (Angkot), yang menghantui perempuan pada tahun 2011, tidak kunjung surut pada tahun 2012. Berulangnya kasus-kasus kekerasan seksual, terutama perkosaan; yang terjadi di Jakarta, Tangerang dan Depok, membuat masyarakat resah, dan jaminan rasa aman bagi perempuan perkotaan terus menurun. Pada tahun 2011, sedikitnya ada 6 kasus perkosaan di angkot yang terjadi dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama. Mayoritas pelakunya berkelompok, dan ada satu perempuan korban yang kemudian dibunuh. Pada tahun 2012, berdasarkan data yang tercatat di Humas Polda Metro Jaya, angka kriminalitas di angkutan umum sebanyak 31 kasus, 16 kasus di antaranya dialami oleh Perempuan.3

Komnas Perempuan mengapresiasi berbagai upaya Dinas Perhubungan dalam merespon isu ini, misalnya, dengan memastikan standar pelayanan minimal keamanan dan keselamatan. Juga, upaya lainnya yaitu tentang aturan kaca film (tembus pandang hingga 80%), aturan seragam pengemudi, lengkap dengan kartu pengenal pengemudi (KPP) dan kartu pengenal anggota (KPA), yang bertujuan untuk meniadakan kendaraan tidak berizin dan sopir tembak. Namun Komnas Perempuan berharap tidak saja fokus kepada hal fisik, tetapi juga kelayakan bagi pengemudi, seperti test psikologi dalam proses rekrutmen dan evaluasi berkala. Kebijakan tersebut bukan sekedar langkah insidental, namun menjadi kebijakan yang melembaga.

(48)

26

AN KOMNAS PEREMPU

26

AN KOMNAS PEREMPU

26

KOMNAS PEREMPUANAN KOMNAS PEREMPU Catatan tahunan Tentang Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2012

26

Perkosaan terhadap Perempuan Pekerja Migran

Salah satu kasus kekerasan seksual yang menyita perhatian publik adalah kasus pemerkosaan pekerja migran perempuan Indonesia asal Batang Jawa Tengah, di Malaysia. Pelakunya adalah dua orang anggota Polisi Diraja Malaysia di Bukit Mertajam Penang. Peristiwa pemerkosaan terjadi pada hari Jum’at 9 November 2012. Korban yang sedang menumpa

Gambar

Grafik berikut menunjukkan respon dari lembaga mitra pengada layanan:
Tabel: Prosentase Empat (4) Penyebab Perceraian terbanyak menurut Provinsi
grafik di samping.
Tabel di bawah ini menerangkan institusi mana yang menjadi tujuan surat dukungan Komnas Perempuan:
+2

Referensi

Dokumen terkait

14 Dalam menerjemahkan kata-kata yang mengandung makna al-musytarok al-lafdhi seorang penerjemah harus pandai memilih makna suatu kata atau frasa, karena

Tujuan dalam penelitian ini adalah menentukan model mana yang lebih baik dalam membentuk portofolio optimal pada BSE Sensex Indeks (India).. Hasil dalam penelitian ini,

 Melalui pengamatan PPT dan video yang diberikan guru melalui google classroom, peserta didik dapat mengklasifikasikan fungsi sosial, struktur, dan unsur kebahasaan teks

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidikan khusus sebagai pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti

PT NH Korindo Sekuritas Indonesia, its affiliated companies, employees, and agents are held harmless form any responsibility and liability for claims, proceedings, action,

Selain hal tersebut selalu tingkatkan kualitas penilaian kredit yang sesuai dengan aturan yang berlaku, karena semakin sesuai dengan aturan, maka pembiayaan bermasalah akan

penelitian ini yang dilakukan di salah satu me- dia massa lokal di Makassar, LPP TVRI Sulawesi Selatan, dengan sasaran utama penelitan adalah program acara Dokter Anda

Tujuan dari paket kegiatan ini adalah untuk membantu Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah II dalam menjalankan tugas dan fungsinya melaksanakan monitoring, evaluasi dan