• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komponen Lingkungan Biologi .1 Biota Darat (Flora dan Fauna)

Dalam dokumen UKL UPL PASER (Halaman 114-121)

PEMANTAUAN LINGKUNGAN

3.2 Rona Lingkungan Hidup Awal Lingkungan yang Berpotensi Terkena Dampak Data-data terkait kondisi rona lingkungan atau kondisi eksisting lingkungan

3.2.3 Komponen Lingkungan Biologi .1 Biota Darat (Flora dan Fauna)

1) Flora

o Vegetasi Hutan Alam

Hutan di daerah studi (daerah rencana kegiatan penambangan batu bara oleh Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA) dapat dikategorikan sebagai Hutan Tropikal (Van Steenis, 1957). Namun demikian secara umum di areal Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA) khususnya dan wilayah Kecamatan Montallat umumnya, keadaan hutan sangat berkurang dibandingkan dengan satu dekade yang lalu. Artinya di wilayah studi pada saat ini areal hutan yang tersisa adalah hutan sekunder, itupun hanya terdapat dalam luasan yang relatif kecil. Vegetasi hutan yang dapat ditemukan di wilayah studi nampaknya berada di lahan yang mempunyai kelerengan > 25 %. Sementara itu hutan primer sudah tidak lagi ditemukan.

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN

LINGKUNGAN

III-23

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL) RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN TERMINAL KHUSUS OLEH KOPERASI GABUNGAN PENGUSAHA RAKYAT (GAPURA) DI DESA RANGAN, KECAMATAN KUARO, KABUPATEN PASER, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Rendahnya kuantitas vegetasi hutan di aeal Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA) disebabkan karena sebagian besar kawasan hutannya merupakan kawasan bekas areal HPH dan tambang ilegal.

Areal Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA) cukup dalam menghasilkan produksi hasil hutan ikutan atau nir kayu, yang mempunyai arti penting bagi masyarakat sekitar hutan sebagai sumber mata pencaharian pokok maupun dalam rangka menambah pendapatan selain menambang emas. Hasil hutan nir kayu yang dimanfaatkan antara lain berupa rotan, gaharu, getah, buah-buahan hutan dan tumbuhan obat-obatan.

Bagi masyarakat yang berada di sekiar KP. Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA), hutan banyak menyediakan berbagai jenis tanaman obat-obatan dan sebagainya. Akan tetapi melihat kondisi sekarang, bahwa vegetasi hutan alam yag ada di sekitar atau di dalam lokasi pertambangan Batu Bara sangat minim atau menyisakan tegakan-tegakan yang berdiameter kecil sehingga yang tersisa hanyalah semak belukar.

Rendahnya kuantitas vegetasi hutan di areal Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA) disebaban karena sebagian besar kawasan hutannya merupakan kawasan bekas areal HPH. Jenis vegetasi hutan yang ditemukan pada areal studi sajikan pada Tabel berikut ini.

Tabel 3.16. Jenis vegetasi hutan alam di wilayah studi

No. Jenis Nama Botanis

1. Pelepek/Benuas Shorea pauciflora

2. Keruing Dipterocarpus sp

3. Lanan Bukit Shorea leprosula

4. Meranti Shorea sp

5. Mahang Macaranga triloba

6. Rasak Bukit Vatica ressak

Sumber : Dokumen FS Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA)

Areal Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA) cukup potensial dalam menghasilkan produksi hasil hutan ikutan atau nir kayu, yang mempunyai arti penting bagi masyarakat sekitar hutan sebagai sumber mata pencaharian pokok maupun sambilan dalam rangka menambah pendapatan selain menambang emas, hasil hutan nir kayu yang dimanfaatkan antara lain berupa rotan, gaharu, getah, buah-buahan hutan dan tumbuhan obat-obatan.

Bagi masyarakat yang berada di sekitar areal KP Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA) hutan banyak menyediakan berbagai jenis tanaman obat-obatan dan sebagainya. Akan tetapi melihat kondisi

sekarang bahwa vegetasi hutan alam yang ada disekitar atau di dalam lokasi pertambangan Bara sangat minim atau menyisakan tegakan-tegakan yang berdiameter kecil sehingga yang tersisa hanyalah semak belukar.

Rendahnya kuantitas vegetasi hutan di areal Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA) disebabkan karena sebagian besar kawasan hutannya merupakan kawasan bekas areal HPH. Berdasarkan peta tutupan lahan dan observasi di lapangan, bahwa di dalam areal KP sebagian besar hutannya berupa semak belukar. Berdasarkan pemantauan terhadap kualitas struktur tegakan hutan alam, maka kualitas lingkungan dikategorikan Sedang (Skala 3).

o Vegetasi Semak Belukar

Vegetasi ini terdapat disepanjang jalan menuju ke lokasi penambangan.

Semak belukar ini juga tersebar secara sporadis di dalam lokasi penambangan batu bara PT Yastra Energi. Luas semak belukar yang ada di sekitar peta tutupan lahan dan observasi di lapangan sekitar 571,4 Ha dan tanah terbuka tanpa ada vegetasi semak belukar sekitar 3,8 Ha.

Vegetasi belukar ini ditandai dengan tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan pioner, antara lain alang-alang, paku-pakuaan, dan senduduk. Selanjutnya tumbuh juga jenis spesies yang merupakan hasil pertembuhan kembali dari spesies hutan yang terganggu antara lain jambu-jambuan (Eugenia sp) dan Cratxtylon sp.

Tabel 3.17. Jenis semak belukar di lokasi studi

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

1. Alang-alang Imperata cylindrica

2. Teki Cyperus sp

3. Paku-pakuan Polypodiaceae

4. Rumput ikat Sceria sp

5. Akar-akaran Spathosiobus sp

6. Senduduk Acrositicium specolsum

7. Paku ketupat Geichenia linearis

8. Krinyuh Eupatorium palescens

Sumber : Dokumen FS Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA)

Kondisi vegetasi semak belukar wilayah studi rencana kegiatan pembangunan Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA) disajikan pada Gambar berikut ini.

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN

LINGKUNGAN

III-25

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL) RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN TERMINAL KHUSUS OLEH KOPERASI GABUNGAN PENGUSAHA RAKYAT (GAPURA) DI DESA RANGAN, KECAMATAN KUARO, KABUPATEN PASER, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Gambar 3.4. Vegetasi Semak Belukar Areal Pertambangan Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA)

o Vegetasi Budidaya

Pada saat ini perladangan banyak ditemukan di jalan masuk ke lokasi penambangan. Umumnya untuk membersihkan tempat yang akan dijadikan ladang, mereka membakar vegetasi yang sudah ada yang berupa belukar.

Kegiatan perladangan ini hanya dapat dipertahankan antara 2-3 tahun.

Setelah produksi menurun, mereka mencari lokasi baru. Tumbuhan yang ditanam pada perladangan ini umumnya selain perdu adalah palawija terutama jagung, ketela pohon dan ubi jalar. Pada beberapa tempat mereka menanam pula nenas (Ananas Comasus). Pisang (Musa paradiciaca), labu (lagenaria leucantha) dan pepaya (carica papaya).

Bekas ladang yang ditinggal pada daerah kering, kemudian sering ditumbuhi oleh alang- alang. Sementara di daerah rendah, dimana banyak air tergenang sering ditumbuhi oleh jenis teki-tekian (Cypers sp, Sciprus sp dan Scleria bancana). Kebun buah-buahan juga terdapat di ladang dan juga di pekarangan rumah penduduk. Jenis tanaman yang umum ditanami oleh masyarakat setempat antara lain berupa cempedak (Artocarpus integer mer), nangka (Artocapus integra), rambutan (Nephelium lappaceum) dan durian (durio zibhentinus)

Tabel 3.18. Jenis tumbuhan/ vegetasi tanaman budidaya yang ditanam di ladang/kebun di sekitar areal Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA)

No. Nama Daerah Nama Ilmiah

1. Durian Durio zibhetinus

2. Langsat Aglaia eusideroxylon k.et.v

No. Nama Daerah Nama Ilmiah

3. Rambutan Nephelium lappaceum

4. Kelapa Cocos nicifera

5. Nangka Artocapus integra

6. Padi Oryza sativa

7. Cabe -

8. Kelapa Sawit Elaris guenlensis

9. Kuini Mangifera odorata

10. Cempedak Artocarpus interger merr

11. Rambai Baccaurea motleyana

12. Singkong Manihot esculenta

13. Pisang Musa paradisiaca

14. Padi Oryza sativa

15. Kencur Kaemferia galanya

16. Kunyit Curcuma domestica

17. Terong Asam Solanum quitoesense

18. Nenas Ananas comosus

19. Ketimun Cucumis sativa

20. Ubi Jalar Ipomea batatas

Sumber : Dokumen FS Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA)

2) Fauna

o Mammalia

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa penduduk sekitar diketahui bahwa tercatat 8 (delapan) jenis Mammalia di wilayah studi, 4 (empat) jenis diantaranya merupakan satwa liar yang dilindungi. Hasil pengamatan tim studi AMDAL terhadap jenis mammalia disajikan pada Tabel

Tabel 3.19. Jenis dan kelimpahan relatif mammalia di wilayah studi

No. Nama Daerah Nama Ilmiah Status Sumber Kelimpahan 1 Kelelawar Tedorida mericana

Tidak dilindungi

P 2

2 Monyet/Bakei Macaca fascicularis P/I 2

3 Tupai Pohon Callosciros sp P/I 2

4 Tikus Rattus-rattus P 3

5 Kalong Pteropus Vampyrus

Dilindungi

I 1

6 Musang/Luwat Paradoxurus hermaprodit I 2

7 Rusa/Bajang Carvus Unicolor I 1

8 Berang-Berang Latna sumatana I 1

Sumber : Dokumen FS Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA) Keterangan :

P = Perjumpaan langsung J = Jejak

S = Sisa makanan I = Informasi

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN

LINGKUNGAN

III-27

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL) RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN TERMINAL KHUSUS OLEH KOPERASI GABUNGAN PENGUSAHA RAKYAT (GAPURA) DI DESA RANGAN, KECAMATAN KUARO, KABUPATEN PASER, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

1 = kelimpahan sangat rendah, hampir tidak pernah dijumpai (sangat jarang) dijumpai 2 = kelimpahan rendah, jarang namun masih dijumpai

3 = kelimpahan sedang, sering dijumpai 4 = kelimpahan tinggi, sering sekali dijumpai

o Reptilia dan Amphibia

Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi dan wawancara dengan beberapa penduduk sekitar diketahui bahwa tercatat 6 (enam) jenis reptilia yang terdapat di wilayah studi semuanya merupakan satwa liar yang tidak dilindungi. Hasil pengamatan tim studi AMDAL terhadap jenis reptilia disajikan pada Tabel 2.5.

Tabel 3.20. Jenis dan kelimpahan relatif reptilia di wilayah studi

No. Nama Daerah Nama Ilmiah Status Sumber Kelimpahan

1 Kodok Bufo sp

Tidak dilindungi

P 3

2 Ular Tanah Angkistrodon madostama P/I 2

3 Ular Hijau Chendrophyton leischardii P/I 2

4 Kadal Mabouya sp P 3

5 Kotak Rana sp P 3

6 Tokek Gekko-geko I 2

Sumber : Dokumen FS Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA) Keterangan :

P = Perjumpaan langsung J = Jejak

S = Sisa makanan I = Informasi

1 = kelimpahan sangat rendah, hampir tidak pernah dijumpai (sangat jarang) dijumpai 2 = kelimpahan rendah, jarang namun masih dijumpai

3 = kelimpahan sedang, sering dijumpai 4 = kelimpahan tinggi, sering sekali dijumpai

o Aves (Burung)

Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi dan wawancara dengan beberapa penduduk sekitar diketahui bahwa dicatat ada 12 (dua belas) jenis aves (burung) yang dijumpai pada plot pengamatan. Dari jenis-jenis burung yang ditemukan terdapat 4 (empat) jenis yang dilindungi undang-undang.

Hasil pengamatan tim studi terhadap jenis aves disajikan pada Tabel dibawah ini

Tabel 3.21. Jenis dan kelimpahan relatif aves di wilayah studi

No. Nama Daerah Nama Ilmiah Status Sumber Kelimpahan

1 Punai Trenon Vernans TD I 2

2 Tekukur Megalaima Rafflesii TD I 1

3 Baburak Amaurornis Phoenicurus TD I 1

4 Pelatuk Dendrocopos moluccensis TD I/P 2

5 Kutilang Pycnonotus aurigaster TD I 2

No. Nama Daerah Nama Ilmiah Status Sumber Kelimpahan

6 Ayam Hutan Lophura ignita D I 2

7 Elang Tikus Elanus Caeruleus D I 1

8 Elang Ignatus malayaensis D I 2

9 Elang Hantu Ninox Scululata D I 2

10 Murai Cospychus sp. TD I 1

11 Pipit Lonchura leucogasta TD I/P 3

12 Tinjau Belukar Orthotomus atrogularis TD I 2

Sumber : Dokumen FS Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA) Keterangan :

P = Perjumpaan langsung J = Jejak

S = Sisa makanan I = Informasi

1 = kelimpahan sangat rendah, hampir tidak pernah dijumpai (sangat jarang) dijumpai 2 = kelimpahan rendah, jarang namun masih dijumpai

3 = kelimpahan sedang, sering dijumpai 4 = kelimpahan tinggi, sering sekali dijumpai

o Serangga (Insecta)

Berdasarkan informasi dari masyarakat dan hasil pengamatan di lokasi, jenis serangga yang ada di wilayah studisajikan pada Tabel di bawah ini Tabel 3.22. Jenis serangga di wilayah studi

No. Nama Daerah Nama Ilmiah Status Sumber Kelimpahan 1 Jangkrik Gryllus domesticus

TD

P 2

2 Capung Macromia magnifica P 2

3 Kupu-kuu Papilo memmon P 4

4 Lalat-Buah Drosophila melanogaster I/P 2

5 Laba-laba rumah Phalcus Phalongides P 2

6 Semut hitam Formica Rufa P 4

7 Semut api Selonopsis sp P 3

Sumber : Dokumen FS Koperasi Gabungan Pengusaha Rakyat (GAPURA) Keterangan :

P = Perjumpaan langsung J = Jejak

S = Sisa makanan I = Informasi

1 = kelimpahan sangat rendah, hampir tidak pernah dijumpai (sangat jarang) dijumpai 2 = kelimpahan rendah, jarang namun masih dijumpai

3 = kelimpahan sedang, sering dijumpai 4 = kelimpahan tinggi, sering sekali dijumpai

Kajian terhadap satwa liar di wilayah studi terutama parameter kelimpahan dilakukan secara kualitatif, yakni dengan menggunakan pendekatan skala kelimpahan. Jenis-jenis satwa liar yang ditemukan di wilayah studi pada umumnya tergolong satwa yang tidak dilindungi, sesuai dengan Peraturan Perlindungan Binatang Liar 1931, SK Menteri Perntanian No.

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN

LINGKUNGAN

III-29

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL) RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN TERMINAL KHUSUS OLEH KOPERASI GABUNGAN PENGUSAHA RAKYAT (GAPURA) DI DESA RANGAN, KECAMATAN KUARO, KABUPATEN PASER, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

66/Kpts/Um/2/1973, dan SK Menteri Pertanian No.

247/Kpts/Um/4/1979.

Dalam dokumen UKL UPL PASER (Halaman 114-121)