• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

A. Komunikasi Antarpribadi asatidz dan santri di

A. Komunikasi Antarpribadi asatidz dan santri di Pesantren Luhur Sabilussalam

Dalam praktiknya asatidz melakukan proses mengaji di Pesantren Luhur Sabilussalam diadakan setiap hari dengan berkomunikasi dan berhadapan secara langsung dengan santri. Interaksi yang dilakukan oleh asatidz berbentuk interaksi antarpribadi, karena komunikasi yang dilakukan bersifat dialogis yang memberikan komunikasn adanya feed back dan pertukaran informasi yang terjadi antara asatidz dengan santri. Asatidz pesantren luhur sabilussalam memiliki berbagai cara agar dapat memberikan motivasi mengaji kepada santri. Di bawah ini merupakan cara yang di lakukan oleh asatidz sesuai dengan observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh penulis.

1. Keterbukaan

Dalam membangun komunikasi yang efektif diperlukan sikap dimana tidak ada perasaan tertekan ketika melakukan proses komunikasi yang ditandai dengan kesediaan untuk

jujur dalam menyampaikan apa yang sedang dirasakan dan sedang dipikirkan. Hal tersebut merupakan upaya yang diterapkan oleh asatidz di Pesantren Luhur Sabilussalam dalam proses komunikasi pada santri. Seperti hasil wawancara penulis bersama salah satu ustadz di Pesantren Luhur Sabilussalam bernama Ustadz Asep Ahmad Faris, S.pd atau sering dikenal dengan sebutan ustadz faris yang penulis wawancarai pada tanggal 5 Juni 2021 Melalui Videocall Whatsapp.“Yang terpenting mah saling keterbukaan aja sih feb, kalo yang ane lakuin sih salah satunya merangkul ketua kelas masing masing dan kemudian mendapatkan informasi dari ketua kelas tersebut, nah dari situ ane bertanya sama ketua kelas masing masing, kira kira ada kendala atau masalah apa selama mengaji di Pondok Pesantren, dan juga ane mengadakan acara apa saja agar termotivasi, komunikasi gampang sama putra karena ane juga kan kamarnya satu Gedung dengan asrama putra54…”. Ustadz Faris menekankan kepada santri yang di ajarnya untuk saling terbuka karena sebelum menyampaikan apa yang ingin disampaikan harus mengetahui dahulu apa yang diinginkan dan ada permasalahan apa yang di hadapi dari masing-masing individu santri. Dengan sikap saling terbuka dengan santri, seorang ustadz juga dapat lebih mudah membuat

54 Wawancara dengan Ustadz Asep Ahmad Faris, S.Pd, pada 5 Juni 2021, Pukul 10.30 WIB Via Videcall Whatsapp

hubungan dengan santri supaya hubungan menjadi lebih dekat dan mengetahui permasalahan dan keinginan santri tersebut. Hal demikian juga diterapkan oleh Ustadz Yudi Surya Permana atau biasa di panggil dengan sebutan Ustadz Yudi yang penulis wawancarai pada tanggal 6 Juni 2021 via Videocall Whatsapp

“kita juga harus terbuka dengan mereka, apa sih yang terbaik buat mereka, ketika mereka nanya jawab, ketika kita bisa jawab kalua ngga ya kita usah jawab atau kita lempar ke yang lain”.55

Saat penulis sedang mengamati proses belajar mengajar yang dilakukan pada malam hari melalui zoom meeting pada tanggal 5 Juni 2021 ketika itu pelajaran yang diajarkan adalah Nahwu Shorof yang diajarkan oleh ustadz Aghnin Khulqi, S. Hum atau akrab di sapa Ustadz Uqi, beliau di sela-sela memberikan materi bertanya kepada santri “kira kira sampe sini paham ga?56 Kalau belum paham bilang ya biar kita jelaskan bareng bareng” di sini ustadz uqi menekankan kepada para santri agar jujur dan terbuka bila ada yang kurang dipahami agar apa yang disampaikan dapat tersampaikan dengan baik.

55 Wawancara dengan Ustadz Yudi Serya Permana, S,Si, pada 6 Juni 2021, Pukul 21.04 WIB via Videcall Whatsapp

56 Hasil Observasi, 5 Juni 2021

Saat penulis melakukan observasi juga terlihat bahwa saat ustadz uqi dalam menyampaikan materi, santri fokus dan antusias mendengarkan apa yang disampaikan ustadz uqi. Karena ustadz uqi terlebih dahulu memahami apayang di butuhkan oleh santri sehingga beliau tahu apa yang harus disampaikan agar pesan yang beliau sampaikan dapat diterima dengan baik.

2. Empati

Suatu sikap ikut merasakan apa yang dirasakan oleh lawan bicara, yang ditandai dengan kesediaan mendengarkan dengan sepenuh hati, merespon secara tepat setiap perilaku yang muncul dalam kegiatan komunikasi.

Dari hasil wawancara yang telah penulis lakukan, bersikap empati merupakan sikap yang penting untuk membangun komunikasi antarpribadi yang baik antara satidz dengan santri. Berikut ini hasil wawancara yang penulis temukan dari Ustadz Yudi pada tanggal 6 Juni 2021 :

“ya tentunya ketika mereka sudah mencoba perlu kita kasih apresiasi bahwa ibaratnya mereka sudah berusaha nih kita apresiasi dlu nih baru nanti bila ada yang masih kurang kita perlu penambahan saja seperti itu tanpa ibaratnya tidak harus menjelekkan mereka itu sih”.57

57 Wawancara dengan Ustadz Yudi Serya Permana, S,Si, pada 6 Juni 2021, Pukul 21.04 WIB via Videcall Whatsapp

Ustadz Yudi disini yang berperan sebagai komunikator berusaha berskap empati kepada santri dengan cara memberikan apresiasi kepada santri yang sudah mau mencoba dan berusaha, dengan cara seperti itu membuat santri tidak malu dan trauma untuk terus mencoba dan belajar. Hal serupa dilakukan oleh ustadz abe yang penulis temui melalui wawancara pada 5 Juni 2021.

“Komunikasi agar santri termotivasi adalah memberikan pujian/apresiasi kepada santri yang berprestasi, contohnya seperti memberikan kitab, memberikan makanan dll. Menceritakan ulama hadis yang kisahnya bisa di ambil pelajarannya, agar mereka bisa mencontoh kisah tersebut agar terus dapat termotivasi”.58

Dari wawancara diatas dapat diartikan bahwa bersikap empati sangat penting dilakukan oleh seorang ustadz dalam memberikan pengajaran, memikirkan tindakan apa yang sesuai dilakukan kepada santri sangat berpengaruh terhadap mental santri terutama dalam proses belajar, seorang ustadz harus tau tindakan apa yang harus dia lakukan agar santri dapat terus mencoba dan belajar. Selain itu santri pun merasa nyaman ketika belajar, karena pada dasarnya sekedar menyampaikan materi apa yang dikuasai saja tidak cukup, tetapi seorang

58 Wawancara dengan Ustadz Abdul Rahman Hakim, S.Ag, pada 6 Juni 2021, Pukul 15.53 WIB via Videcall Whatsapp

pengajar harus dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang diajarnya.

Dalam proses belajar mengajar, penulis juga mengamati bahwa asatidz yang ada di Pesantren Luhur Sabilussalam umumnya adalah ustadz yang dulunya belajar di Pesantren Luhur Sabilussalam juga, hal ini penulis temui saat proses mengaji ustadz bercerita kepada santri bahwa beliau dulu pernah menempuh Pendidikan di pesantren luhur sabilussalam dan juga rata-rata usia ustadz yang ada di pesantren tersebut umurnya tidak terlalu terpaut jauh, sehingga bisa merasakan apa yang dirasakan oleh santri pesantren luhur sabilussalam. 59 3. Memberikan Dukungan

Dukungan disini yaitu memberikan respon balik terhadap apa yang dikemukakan (respons) sehingga disini terjadi komunikasi 2 arah. Dari observasi yang telah dilakukan, memberikan respons baik menjadi salah satu cara membangun komunikasi antarpribadi dengan santri. Penulis menemukan ini saat observasi yang dilakukan pada tanggal 18 Juni 2021.60

Saat memberikan pengajaran, seringkali seorang ustadz merespon atas santri yang bertanya kepada ustadz. Saati itu pengajian waktu malam hari pukul 19:00 ada seorang santri bertanya “Ustadz kalau kalau suatu hadits sanadnya terputus

59 Hasil Observasi, 15 Juni 2021

60 Hasil Observasi, 18 Juni 2021

di sahabat, apakah itu bisa dikatakan hadits shoheh?”

kemudian ustadz menjawab “suatu hadits dikatakan shoheh apabila telah selesai sampai kepada rosulullah, kalau hanya sampai sahabat belum bisa dikatakan shoheh” dari aktivitas tanya jawab seperti ini terlihat santri tersebut merasa sangat puas atas respon yang di kemukakan oleh ustadz tersebut.61 Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Ustadz Uqi saat wawancara :

“kalo ane itu dalam mengajar bagaimana caranya biar tidak komunikasi 1 arah ajah biar adanya tanya jawab adanya timbal balik ane sama santrinya, mirip dengan diskusi lah, misalnya ketika ane ngajar itu ketika ane ngejelasin ane langsung nanya sama santi “kalian sudah paham belum” jadi disitu ane langsung berusaha agar santri itu bisa focus dan apabila ada hal yang kurang di mengerti bisa langsung ditanyakan”.62 Salah satu fungsi merespon dengan baik adalah agar santri merasa dihargai dalam proses belajar mengajar, karena kemampuan setiap individu berbeda beda dalam memahami sesuatu, maka perlu adanya respon yang baik agar komunikasi dapat tersampaikan dengan maksimal “Kalau metode yang enak itu ya menurut elma sih kaya ustadz nya itu ngerangkul

61 Hasil Observasi, 2 Juni 2021

62 Wawancara dengan Ustadz Abdul Rahman Hakim, S.Ag, pada 6 Juni 2021, Pukul 15.53 WIB via Videcall Whatsapp

gitu, jadi kalua disuruh baca sih ngingetinnya biasa aja gitu, jadi elma ga tekanan batin gitu”63. Merespon atau metode mengajar yang terlalu kaku justru akan membuat santri menjadi tegang dan kurang bersemangat.

4. Memberi Pengajaran dengan Rasa Humor

Dari hasil observasi yang telah dilakukan, memberikan bimbingan dengan rasa humor menjadi salah satu cara membangun komunikasi antarpribadi yang dilakukan asatidz Pesantren Luhur Sabilussalam. Hal ini penulis temukan dalam hasil wawancara oleh beberapa asatidz di Pesantren Luhur Sabilussalam, seperti yang dikemukakan oleh Ustadz Uqi pada 6 Juni 2021

“Iya kadang ane menceritakan kegalauan, perbucinan, memetik tema rayuan dari pelajaran yang di sampaikan, misalnya ane mengajar nahwu atau shorof, disitu ane mencari celah agar mengaji dapat mencair, contoh nya saat itu sering kita dengar bahwa “setiap ada isim pasti ada khabar, begitupun dalam kehidupan, setiap ada aku pasti ada kamu” nahh yang kaya kaya gituu tuh ane kadang suka menghibur mereka dengan cara seperti itu”.64

63 Wawancara dengan Santri Bernama Elma Diah Agustin pada 20 Juni 2021, Pukul 09.40 WIB via Videcall Whatsapp

64 Wawancara dengan Ustadz Aghnin Khulqi, S.Hum, pada 6 Juni 2021, Pukul 10.30 WIB via Videcall Whatsapp

Dari wawancara tersebut terlihat bahwa sebenarnya memberikan pengajaran dengan rasa humor dapat mencairkan suasana dan membuat santri tidak terasa boring. Dan hal tersebut juga diterapkan oleh beberapa ustadz di Pesantren Luhur Sabilussalam, seperti yang penulis temukan pada hasil wawancara oleh ustadz Yudi “terkadang kitapun curhat juga yah pada mereka terkait hal-hal yang memang apa Namanya berkembang di masyarakat, bisa jadi kita membicarakan hal yang bucin terlebih dahulu seperti itu dengan mereka, begitupun dengan humor dan candaaan seperti itu agar mereka juga merasa memliki dan tidak satu arah saja seperti itu. Jadi biar semuanya ada timbalbalik”.65 Dalam menyampaikan materi kepada santri yang setingkat mahasiswa terkadang humor sangat diperlukan agar mereka para santri merasa humble, seperti wawancara penulis dengan santri yang bernama bagas “soalnya normalnya manusia itu kan seneng menyenangi sesuatu gitu kan, jadi kalo guru nyampeinnya santai, humble gitu kan jadi minat mengaji nya bisa nambah lagi, jadi pengajarannya bisa bisa maksimal”66

65 Wawancara dengan Ustadz Yudi Serya Permana, S,Si, pada 6 Juni 2021, Pukul 21.04 WIB via Videcall Whatsapp

66 Wawancara dengan Santri Bernama Muhammad Bagas

Balasirullah pada 20 Juni 2021, Pukul 10.20 WIB via Videcall Whatsapp

Dalam menjalin komunikasi antarpribadi yang baik tentu juga harus diiringi dengan hubungan antarpribadi yang baik pula. Memberikan bimbingan dengan rasa humor merupakan salah satu cara yang tepat yang dilakukan oleh asatidz. Cara tersebut membuat santri merasa akrab dan terbuka dengan hal tersebut. Dengan cara tersebut pula membuat tidak terjadinya kesenjangan antara asatidz dan santri. Karena jika terjadi kesenjangan nantinya akan berpengaruh dalam kegiatan belajar mengajar karena seumuran santri yang setingkat mahasiswa biasanya bersikap acuh terhadap ustadz yang kurang pendekatannya sehinga membuat kegiatan belajar mengajar tidak berjalan dengan baik. Hal tersebut senada dengan pernyataan santri bernama bagas

“Iyah jadi hubungan pribadi jadi kalo dia itu bisa lebih dekat dengan personal ga cuma hubungan murid dan guru aja, tapi lebih akrab, jadi kalo ga Cuma hubungan guru dan murid aja itu kalo muridnya nganggep ustadz nya ga professional ya jadi males aja gitu, tapi kalau melakukan pendekatan yang lebih kita bisa sering ketemu, kalau itu di lakuin insya allah bagus bagus aja”.67

67 Wawancara dengan Santri Bernama Muhammad Bagas

Balasirullah pada 20 Juni 2021, Pukul 10.20 WIB via Videcall Whatsapp

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bersikap humble dan humor sangat diperlukan dalam proses komunikasi antarpribadi terutama penerapannya dalam proses belajar mengajar. Cara tersebut dilakukan oleh asatidz di Pesantren Luhur Sabilussalam agar santri dapat merasakan kedekatan dengan asatidz dan dengan harapan yang di sampaikan oleh asatidz dapat diserap dan diterima dengan baik oleh santri.

5. Kesamaan Dalam Menjalin Hubungan Antarpribadi Kesamaan, adalah suatu kondisi dimana dalam kegiatan komunikasi terjadi posisi yang sama antara komunikan dankomunikator, tidak terjadi dominasi antara satu dengan yang lain. Dalam mengajar asatidz Pesantren Luhur Sabilussalam terkadang menganggap santri itu sebagai sahabat, seperti yang penulis temui dalam hasil wawancara oleh Ustadz Abdul Rahman

“Selama di kelas menganggap santri sebagai sahabat, bukan sebagai murid, karena rosulullah dulu juga mencontohkan demikian, sampai sekarang kan kita tidak pernah mendengar murid rosulullah, yang ada hanya sahabat rosul, dengan cara seperti itu menjadi tidak canggung dalam mengajar”.68

Memposisikan ustadz sebagai sahabat bukan berarti tidak sopan melainkan itu menjadikan santri merasa bersahabat dan

68 Wawancara dengan Ustadz Abdul Rahman Hakim, S.Ag, pada 6 Juni 2021, Pukul 15.53 WIB via Videcall Whatsapp

tidak canggung saat proses belajar mengajar dilakukan. Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh santri bernama Dimas Fahri “Kalau sefrekuensi ane gitu yah ustadz ustadz yang terbuka gitu, yang enak di ajak dialog, yang bikin kita ga canggung”.69 Dengan menggunakan pendekatan kesetaraan dan bersahabat membuat santri tidak canggung dalam berdiskusi atau berkomunikasi dengan ustadz.

Rata-rata usia asatidz di Pesantren Luhur Sabilussalam masih berusia muda artinya tidak terpaut terlalu jauh dengan santi yang ada di Pesantren Luhur Sabilussalam itu sendiri, itu yang menjadi salah satu faktor mereka menjadi dekat dan lebih bersahabat, hal ini sejalan dengan apa yang di ungkapkan oleh Ustadz Faris.

“iyah ane sering kali mengajar itu kaya yang ane bilang tadi, ane mengajar itu sering dengan tidak serius, artinya ane memposisikan mereka kaya temen sendiri ajah, karena memang usia mereka juga ngga terlalu jauh dari ane, jadi dalam mengaji itu kita sama sama belajar juga, diskusi bareng dan lain sebagainya, namun ane memposisikan ane saat di pengajian atau saat proses mengaji itu memposisikan diri tetap sebagai mana selayaknya guru, membimbing,

69 Wawancara dengan Santri Bernama Dimas Fakhri pada

20 Juni 2021, Pukul 12.37 WIB via Videcall Whatsapp

mengarahkan DLL. Dan mereka pun demikian, menganggap ane sebagai guru mereka, namun di luar pengajian kita adalah teman dan sahabat, sering ngobrol bareng”.70

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan kesetaraan disini bahwa seorang Ustadz ketika mengajar ia memposisikan dirinya sebagai guru, namun ketika diluar ustadz tersebut memposisikan dirinya sebagai sahabat.

Meskipun demikian santri bukan berarti bersikap tidak sopan kepada gurunya hal ini penulis temui saat observasi seorang murid mencium tangan ketika berpapasan dengan ustadz, hal ini menandakan bahwa meskipun umur mereka tidak terpaut terlalu jauh, seorang santri harus menghormati gurunya dimanapun ia berada.

B. Bentuk Motivasi Mengaji Asatidz dengan Santri Pesantren Luhur Sabilussalam

Santri Pesantren Luhur Sabilussalam sebagian besar adalah santri yang sebeblum nya sudah menempuh Pendidikan di Pondok Pesantren mereka masing-masing, ada yang telah menempuh Pendidikan selama 3 tahun hingga 7 tahun.

Kurangnya motivasi santri dalam mengaji umumnya disebabkan karena beberapa faktor dari mulai ia kurang suka

70 Wawancara dengan Ustadz Asep Ahmad Faris, S.Pd, pada 5 Juni 2021, Pukul 10.30 WIB via Videcall Whatsapp

dengan gurunya, kurang bisa membagi waktu antara kuliah dan mengaji, faktor kelelahan dan mengantuk. Fakta ini penulis dapatkan melalui wawancara dengan santri yang bernama Elma Diah Agustin yang penulis wawancarai pada 20 Juni 2021 :

“kendalanya ya kan ngaji nya kan sore sama pagi tuh, kalo pagi tuh biasa tuh kalo bangun tidur tuh kadang kurang nyampe tuh kan karena ngantuk gitu, nah kalo sore kan biasa gitu karena pulang kuliah ya itu tuh capek kan gitu”71

Selain karena faktor kelelahan dan mengantuk serta kurang bisa membagi waktu kuliah dengan mengaji, ternyata faktor ustadz juga mempengaruhi, ustadz yang metode pengajarannya kurang disukai santri biasanya santri akan menghindar dan kurang semangat dalam mengaji. “apalagi ustadz muslih kan, kadang kalo udah ngartiin ga di suruh baca, giliran ga di artiin malah di suruh baca, apalagi kalo online gini jarang banget sih ngaji ustadz muslih” 72 dari wawancara tersebut diketahui bahwa tidak semua metode disukai para santri.

Kurangnya motivasi mengaji santri perlu di tingkatkan lagi salah satunya dengan memberikan motivasi oleh asatidz di

71 Wawancara dengan Santri Bernama Elma Diah Agustin

pada 20 Juni 2021, Pukul 09.40 WIB via Videcall Whatsapp

72 Wawancara dengan Santri Bernama Elma Diah Agustin

pada 20 Juni 2021, Pukul 09.40 WIB via Videcall Whatsapp

Pesantren Luhur Sabilussalam baik itu motivasi dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk perbuatan, motivasi dalam bentuk lisan biasanya seperti penyampaian secara langsung baik itu didalam proses mengaji ataupun diluar proses mengaji, dan motivasi dalam bentuk perbuatan biasanya seperti memberikan contoh yang baik. Pemberian motivasi dan terus mengingatkan sangat penting, hal ini diungkapkan oleh Aghnin Khulqi

“Sering memberikan motivasi untuk selalu rajin untuk beribadah, biasanya hampir setiap pertemuan, Karena yang kita bahas kan hadis arbain, isi nya banyak dari motivasi, baik sebelum mengaji atau setelah mengaji”73

Berdasarkan ungkapan diatas seorang ustadz sebagai komunikator sangat penting perannya untuk terus mengingatkan kepada santri agar terus mengaji sampai kapanpun. Santri yang sebelumnya kurang termotivasi lagi dalam mengaji setelah diberikan beberapa motivasi terlihat beberapa peningkatannya. Berikut ini merupakan bentuk motivasi mengaji Santri Pesantren Luhur Sabilussalam.

1. Memberikan Hadiah

Memberikan hadiah untuk santri yang bersemangat mengaji ini salah satu upaya yang dilakukan asatidz agar santri termotivasi mengaji. Memberikan hadiah ini dilakukan oleh

73 Wawancara dengan Ustadz Asep Ahmad Faris, S.Pd, pada 5 Juni 2021, Pukul 10.30 WIB via Videcall Whatsapp

beberapa ustadz di Pesantren Luhur Sabilussalam salah satunya oleh u stadz Abdul Rahman Hakim yang penulis dapatkan pernyataannya melalui wawancara :

“Komunikasi agar santri termotivasi adalah memberikan pujian/apresiasi kepada santri yang berprestasi, contohnya seperti memberikan kitab, memberikan makanan dll, biasanya santri kan seneng sama hadiah kaya gitu kalo ngasih kitab kan lumayan untuk mereka bisa baca lagi, atau bisa buat nambah koleksi di lemari buku mereka, sama biasanya ane kasih makanan biar mereka bisa menghemat uang jajan, kan rata rata pada masih dikasih sama orang tuanya kan gituu..”74

Kegiatan memberikan hadiah ini dilakukan biasanya setiap 2 bulan sekali, karena waktu tersebut merupakan waktu perekapan absen santri mengaji, dengan merekap absen tersebut terlihat santri mana yang sering datang mengaji dan santri mana yang jarang menghadiri pengajian, mereka yang sering menghadiri pengajian absen nya bersih dan mereka yang jarang hadir biasanya di tandai dengan list berwarna merah.

Hadiah yang diberikan biasanya berupa kitab, makanan, atau oleh oleh yang dibawa oleh ustadz dari rumahnya.

74 Wawancara dengan Ustadz Aghnin Khulqi, S.Hum, pada 6 Juni 2021, Pukul 10.30 WIB via Videcall Whatsapp

2. Menceritakan kisah ulama yang bisa diambil hikmahnya.

Sebagai seorang ustadz, para pengajar dipesantren luhur sabilussalam tidak hanya memberikan motivasi berdasarkan perkataan perkataan motivasi saja, melainkan menceritakan ulama ulama terdahulu agar bisa diambil pelajarannya

“ane sering tuh menceritakan ulama, para pengarang kitab, kiyai kiyai terdahulu agar dari cerita itu bisa kita ambil pelajarannya, karena kalo ngasih motivasi dari perkataan perkataan aja biasanya yang ane alamin itu dari santrinya Cuma masuk kuping kiri keluar kuping kanan, makannya kadang mereka juga butuh fakta, salah satunya dari cerita ulama kita itu, nah dari situ biasanya mereka serius ngedengerin tuh”75

Menceritakan kisah ulama kepada santri ini biasanya dilakukan asatidz di sela-sela proses mengaji, menceritakan kisah ulama ini santri diharapkan dapat mengambil hikmah dari perjuangan ulama ulama tentang pentingnya menuntut ilmu, sehingga santri dapat mencontoh perjuangan tersebut. Selain bertujuan untuk memberikan motivasi dari kisah yang diambil, menceritakan kisah ulama ini juga sebagai pemberian jeda dikala santri sudah mulai pusing dengan pelajaran yang

75 Wawancara dengan Ustadz Aghnin Khulqi, S.Hum, pada 6 Juni 2021, Pukul 10.30 WIB via Videcall Whatsapp

diajarkan. Pada saat observasi, asatidz Pesantren Luhur Sabilussalam menceritakan kisah seorang ulama yang bernama Ibnu hajar yang kabur dari tempat menuntut ilmunya karena merasa dirinya tidak sanggup untuk menerima pelajaran yang diberikan oleh gurunya, kemudian ia kabur ke dalam suatu gua dan melihat batu yang terus ditetesi air hingga berlubang batu

diajarkan. Pada saat observasi, asatidz Pesantren Luhur Sabilussalam menceritakan kisah seorang ulama yang bernama Ibnu hajar yang kabur dari tempat menuntut ilmunya karena merasa dirinya tidak sanggup untuk menerima pelajaran yang diberikan oleh gurunya, kemudian ia kabur ke dalam suatu gua dan melihat batu yang terus ditetesi air hingga berlubang batu

Dokumen terkait