• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.2. Uraian Teoritis

2.2.4. Jenis-Jenis Komunikasi 1.Komunikasi Verbal

2.2.4.2. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah setiap informasi atau emosi dikomunikasikan tanpa menggunakan kata - kata. Komunikasi nonverbal adalah penting, sebab apa yang sering kita lakukan mempunyai makna jauh lebih penting dari pada apa yang kita katakan (Budyatna & Ganiem, 2011: 110). Komunikasi nonverbal pastilah merupakan kata-kata yang sedang popular saat ini. Setiap orang tampaknya tertarik pada pesan yang di komunikasikan oleh gerakan tubuh, gerakan mata, ekspresi wajah, sosok tubuh, penggunaan jarak (ruang), kecepatan dan volume bicara, bahkan juga keheningan. Kita ingin belajar bagaimana “membaca seseorang seperti sebuah buku,” (Nierenberg & Calero, 1971, dalam Devito, 2011:193).

Menurut Knapp dan Hall isyarat nonverbal adalah sebagaimana simbol verbal dimana jarang memiliki makna denotatif yang tunggal. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah konteks tempat perilaku berlangsung, makna isyarat nonverbal akan semakin rumit jika mempertimbangkan berbagai budaya. Secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovardan, Richard E. Porter dalam (Mulyana, 2007:343), komunikasi verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan pengguna lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Jadi, defenisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak

disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan. Perilaku artinya bahasa tubuh, sentuhan, penampilan sampai bau-bauan.

Sebagaimana kata-kata, kebanyakan isyarat nonverbal juga tidak universal, melainkan terkait oleh budaya, jadi dipelajari bukan bawaan. Sedikit saja isyarat nonverbal yang merupakan bawaan. Menurut Edward T.Hall bahasa nonverbal juga dinamai “bahasa diam” (silent language) dan dimensi tersembunyi (hidden dimension) suatu budaya. Disebut diam dan tersembunyi, karena pesan-pesan nonverbal tertanam dalam konteks komunikasi. Selain isyarat situasional dan rasional dalam transaksi komunikasi, pesan non verbal member isyarat-isyarat konteksual. Pesan nonverbal membantu menafsirkan seluruh makna pengalaman komunikasi.

Menurut Richard L. Weaver (dalam Budyatna & Ganiem 2011: 111) komunikasi nonverbal memiliki beberapa karakteristik, dan enam diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi nonverbal memiliki sifat berkesinambungan, mengirim dan menerima pesan-pean nonverbal dalam arus yang tidak terputus dan terus menerus. Selagi kita mengamati sikap dan perilaku seseorang, orang tersebut mungkin sedang mengamati kita juga.

2. Komunikasi nonverbal kaya dalam makna, isyarat-isyarat nonverbal semacam alis yang terangkat, senyum, kedipan mata atau sentuhan tangan sangat berguna apabila saat berkomunikasi lisan dan tulisan tidak tepat. Komunikasi nonverbal kaya dengan makna.

3. Komunikasi nonverbal dapat membingungkan, meskipun komunikasi nonverbal kaya dengan makna, tetapi dapat juga membingungkan. Isyarat-isyarat tertentu dapat berarti sesuatu yang secara keseluruhan berbeda dari apa yang dibayangkan. Setiap orang harus berhati-hati dalam menfsirkan isyarat nonverbal. Kita tidak selalu mendapatkan informasi yang cukup untuk membuat penilaian, dan dugaan-dugaan kita bisa saja jauh dari akurat atau tidak tepat.

4. Komunikasi nonverbal menyampaikan emosi, apabila ingin menunjukkan kesungguhan atau ketulusan hati, maka wajah dan isyarat tubuh akan lebih efektif dari pada ucapan-ucapan, meskipun kata atau ucapan yang diperbuat oleh isyarat-isyarat nonverbal terkait begitu dekat kepada emosi, sejauh mana pengertian kita mengenai pesan-pesan nonverbal. Memahami ekspresi nonverbal memerlukan kemampuan yang lebih, ekspresi nonverbal, dipelajari lebih dini dan sering kali terkait secara dekat kepada emosi manusia secara universal, adakalanya lebih mudah untuk memberikan makna meskipun makna itu bisa kurang sempurna keakuratannya.

5. Komunikasi nonverbal dikendalikan oleh norma-norma dan peraturan mengenai kepatutan, norma dan peraturan umumnya amat berbeda dari

satu budaya kebudaya yang lain. Kebanyakan norma dan peraturan dipelajari sejak kecil yaitu dari bimbingan orang tua atau keluarga. Beberapa dari norma dan peraturan dipelajari dari hasil pengamatan orang lain. Ada juga yang dipelajari dari hasil pengamatan orang lain dan ada juga yang dipelajari dari kesalahan dan kegagalan serta hukuman. 6. Komunikasi nonverbal terkait pada budaya, perbedaan-perbedaan

cultural dapat diketahui berkenaan dengan setiap bentuk perilaku nonverbal dari penampilan kegerak isyarat, perilaku wajah dan mata, perilaku vocal yang berkenaan dengan suara, ruang, sentuhan, lingkungan, tempat atau waktu. Berkenaan dengan penampilan, apa yang menarik di satu budaya belum tentu menarik pada budaya lain. Gerak isyarat dan gerak tubuh mempunyai makna yang berbeda diantara budaya. Ekspresi wajah dan kontak mata, perilaku vocal, aspek lingkungan seperti bau-bauan, warna, pencahayaan, atau artefak yang mengkomunikasikan makna yang berbeda pada semua budaya.

Komunikasi nonverbal dapat menjalankan sejumlah fungsi penting. komunikasi nonverbal mengidentifikasikan enam fungsi utama (Ekman, 1965 dan Knapp, 1978, dalam DeVito, 2011) yaitu:

1. Untuk Menekankan. Kita menggunakan komunikasi nonverbal untuk menonjolkan atau menekankan beberapa bagian dari pesan verbal. misalnya saja, anda mungkin tersenyum untuk menekankan kata atau ungkapan tertentu, atau anda dapat memukulkan tangan anda kemeja untuk menekankan suatu hal tertentu.

2. Untuk Melengkapi (Complement). Kita juga menggunakan komunikasi nonverbal untuk memperkuat warna atau sikap umum yang dikomunikasikan oleh pesan verbal. jadi anda mungkin tersenyum ketika menceritakan kisah lucu, atau menggeleng-gelengkan kepala ketika menceritakan ketidakjujuran seseorang.

3. Untuk Mengatur. Gerak-gerik nonverbal dapat mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan anda untuk mengatur arus pesan nonverbal. Mengerutkan bibir, mencondongkan badan ke depan atau membuat gerakan tangan untuk menunjukkan bahwa anda ingin mengatakan sesuatumerupakan contoh-contoh dari fungsi mengatur ini. Anda juga mungkin mengangkat tangan atau menyuarakan jenak (pause) anda (misalnya, dengan menggumamkan “umm”) untuk memperlihatkan bahwa anda belum selesai berbicara.

4. Untuk Menunjukkan Kontradiksi. Kita juga dapat secara sengaja mempertentangkan pesan verbal kita dengan gerakan nonverbal. Sebagai contoh, anda dapat menyilangkan jari anda atau mengkedipkan mata untuk menunjukkan bahwa yang anda katakan adalah tidak benar.

5. Untuk Mengulangi. Kita juga dapat mengulangi dan merumuskan ulang makna dari pesan verbal, misalnya anda dapat menyertai pernyataan verbal “Apa benar?” dengan mengangkat alis mata anda, atau anda dapat menggerakkan kepala atau tangan untuk mengulangi pesan verbal “Ayo kita pergi.”

6. Untuk Menggantikan. Komunikasi nonverbal juga dpat menggantikan pesan verbal. Anda dapat, misalnya mengatakan “Oke” dengan tangan anda tanpa berkata apa-apa. Anda dapat menganggukkan kepala untuk mengatakan “Ya” atau menggelengkan kepala untuk mengatakan “Tidak”.

Dari berbagai studi yang pernah dilakukan sebelumnya,kode nonverbal dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk, antara lain (Cangara, 2006: 101-110):

a. Kinesics

Kinesics adalah kode nonverbal yang ditunjukkan oleh gerakan-gerakan badan. Menurut Paul Ekhman dan Wallace V. Friesen (dalam DeVito, 2011) kedua priset ini membedakan lima kelas (kelompok) gerakan nonverbal, di antaranya:

1. Emblim. Perilaku nonverbal yang secara langsung menerjemahkan kata atau ungkapan. Emblim meliputi, isyarat “Oke,” “Jangan rebut,” ”kemarilah,” dan “ saya ingin menumpang.” Emblim adalah pengganti nonverbal untuk kata-kata atau ungkapan tertentu. Walaupun emblimbersifat alamiah dan bermakna mereka mempunyai kebebasan makna seperti sembarang kata ataupun dalam sembarang bahasa. Oleh karenanya, emblim dalam kultur kita sekarang belum tentu sama dengan emblim dalam kultur kita 300 tahun yang lalu. Emblim juga dimana gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan

simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan “saya tidak sungguh -sungguh”.

2. Illustrator. Merupakan perilaku nonverbal yang menyertai dan secara harfiah “ mengilustrasikan” pesan verbal. dalam mengatakan “ayo, bangun.” Misalnya, anda mungkin menggerakkan kepala dan tangan anda kearah menaik. Dalam menggambarkan lingkaran atau bujur sangkar anda mungkin sesekali membuat gerakan berputar dengan tangan anda. Begitu biasanya kita melakukan gerakkan demikian sehingga sukar bagi kita untuk menukar-nukarnya atau menggunakan gerakkan yang tidak tepat. Kita hanya menyadari sebagian ilusator yang kita gunakan. Kadang-kadang ilusator ini perlu kita perhatikan. Ilusator bersifat lebih alamiah, kurang bebas dan lebih universal dari pada emblim. Mungkin sesekali ilusator ini mengandung komponen-komponen yang sudah dibawa sejak lahir selain juga yang dipelajari. Sama seperti pandangan kebawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan.

3. Regulator. Adalah perilaku nonverbal yang “mengatur,”memantau, memelihara atau mengendalikan pembicaraan orang lain. Ketika anda mendengarkan orang lain, anda tidak pasif. Anda menganggukkan kepala, mengerutkan bibir, menyesuaikan fokus mata dan membuat berbagai suara para linguistic seperti ”mm-mm” atau “tsk.” Regulator jelas terikat pada kultur dan tidak universal. Regulator mengisyaratkan kepada pembicara apa yang kita harapkan mereka lakukan –misalnya, “Teruskanlah,” lalu apalagi?,” atau “Tolong agak lambat sedikit.” Bergantung pada kepekaan mereka, mereka mengubah perilaku sesuai dengan pengarahan dari regulator.

4. Adaptor. adalah perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi atau di muka umum tetapi tidak terlihat berfungsi memenuhi kebutuhan tertentu dan dilakukan sampai selesai. Misalnya, bila anda sedang sendiri mungkin anda akan menggaruk-garuk kepala sampai rasa gatal hilang. Dimuka umum bila orang-orang melihat anda melakukan adaptor ini hanya sebagian. Anda mungkin misalnya, hanya menaruh jari anda dikepala dan

menggerakkannya sedikit, tetapi barangkali tidak akan menggaruk cukup keras untuk menghilangkan gatal.

5. Affect display. Adalah gerakan-gerakan wajah yang mengandung makna emosional gerakan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa takut, rasa gembira dan rasa sedih, semangat dan kelelahan. Ekspresi wajah demikian “membuka rahasia kita” bila kita berusaha menampilkan citra yang tidak benar dan membuat orang berkata, “Anda kelihatan kesal hari ini, mengapa?” tetapi, kita dapat secara sadar mengendalikan affect display, seperti actor yang memamerkan peran tertentu. Affect diplay kurang bergantung pada pesan verbal dari pada ilusator. Selanjutnya, kita tidak secar sadar mengendalikan affect display seperti yang kita lakukan pada emblim atau ilusator. Affect display tidak dapat disengaja seperti ketika gerakan-gerakan ini membuka rahasia kita tetapi mungkin juga disengaja. Kita mungkin ingin memperlihatkan rasa marah, cinta, benci, atau terkejut dan biasanya kita mampu melakukannya dengan baik.

b. Gerakan Mata (Eye Gaze)

Mata adalah alat komunikasi paling berarti dalam member isyarat tanpa kata. Dari observasi puitis Ben Jonson’s “Drink to me only with thin eyes, and I will pledge with mine” sampai ke observasi ilmiah para periset kontemporer (Hess, Marshall, dalam DeVito, 2011), mata dipandang sebagai system pesan nonverbal yang paling penting. Pesan-pesan yang dikomunikasikan oleh mata bervariasi bergantung pada durasi, arah dan kualitas dari perilaku mata. Ada yang menilai bahwa gerakan mata adalah percerminan isi hati seseorang.

Mark Knapp dalam risetnya menemukan empat fungsi utama gerakan mata, yakni:

1. Untuk memperoleh umpan balik dari seorang lawan bicaranya. Misalnya dengan mengungkapkan bagaimana pendapat anda tentang hal itu?.

2. Untuk menyatakan terbukanya saluran komunikasi dengan tibanya waktu untuk berbicara.

3. Sebagai sinyal untuk menyalurkan hubungan, dimana kontak mata akan meningkatkan frekuensi bagi orang yang saling memerlukan. Sebaliknya

orang yang merasa malu akan berusaha untuk menghindari terjadinya kontak mata. Misalnya orang yang merasa bersalah atau berhutang akan menghindari orang yang bisa menagihnya..

4. Sebagai pengganti jarak fisik. Bagi orang yang berkunjung ke suatu pesta, tetapi tidak sempat berdekatan karena banyaknya pengunjung, maka melalui kontak mata mereka dapat mengatasi jarak pemisah yang ada. Dari berbagai studi yang pernah dilakukan oleh para ahli psikologi tentang gerakan mata, disimpulkan bahwa bila seseorang tertarik pada suatu objek tertentu, maka pandangannya akan terarah pada objek itu tanpa putus dalam waktu yang relatif lama, dengan bola mata cenderung menjadi besar.

c. Sentuhan (Touching)

Sentuhan atau Touch secara formal dikenal sebagai haptics, sentuhan ialah menempatkan bagian dari tubuh dalam kontak dengan sesuatu. Ini merupakan bentuk pertama dari komunikasi nonverbal yang kita alami. Bagi seorang balita, sentuhan merupakan alat utama untuk menerima pesan-pesan mengenai kasih sayang dan kenyamanan. Perilaku menyentuh merupakan aspek fundamental komunikasi nonverbal pada umumnya dan mengenai perkenalan diri atau self presentation pada khususnya. Kita gunakan tangan kita, lengan kita dan bagian-bagian tubuh lainnya untuk menepuk, merangkul, mencium, mencubit, memukul, memegang, menggelitik dan memeluk. Melalui sentuhan, kita mengkomunikasikan macam-macam emosi dan pesan. Dalam budaya barat, orang berjabat tangan untuk bergaul dan menunjukkan rasa hormat, menepuk seseorang dipunggungnya untuk member semangat, merangkul seseorang untuk menunjukkan kasih sayang, bertepuk tangan sambil diangkat, menunjukkan kasih sayang, bertepuk tangan sambil diangkat, menunjukkan solidaritas.

Menurut bentuknya sentuhan badan dibagi atas tiga macam (Canggara, 2006: 105) yakni:

1. Kinesthetic

Ialah isyarat yang ditunjukkan dengan bergandengan tangan satu sama lain, sebagai simbol keakraban atau kemesraan.

2. Sociofugal

Ialah isyarat yang ditunjukkan dengan jabat tangan atau saling merangkul. Umumnya orang Amerika dan Asia Timur di dalam menunjukkan persahabatan ditandai dengan jabat tangan, sedangkan orang Arab dan Asia Selatan menunjukkan persahabatan lewat sentuhan pundak atau berpelukan.

3. Thermal

Ialah isyarat yang ditunjukkan dengan sentuhan badan yang terlalu emosional sebagai tanda persahabatan yang begitu intim. Misalnya menepuk punggung karena sudah lama tidak bertemu.

d. Paralanguage

Paralanguage ialah isyarat yang ditumbulkan dari tekanan atau irama suara sehingga penerima dapat memahami sesuatu di balik apa yang diucapkan. Misalnya “Datanglah” bisa diartikan betul-betul mengundang kehadiran kita atau sekedar basa-basi. Sesuatu kesalahpahaman seringkali terjadi kalau komunikasi berlangsung dari etnik yang berbeda. Suara yang bertekanan besar bisa disalah artikan oleh etnik tertentu sebagai perlakuan kasar, meski menurut kata hatinya tidak demikian, sebab hal itu sudah menjadi kebiasaan bagi etnik tersebut.

Ada pengendalian empat utama karakteristik vocal, yaitu (Budyatna, 2011):

1. Pola titi nada atau Pitch, ini merupakan tinggi atau rendahnya nada vokal. Orang menaikkan atau menurunkan pola titi nada vokal atau vocal pitch dan mengubah volume suara untuk menegaskan gagasan, menunjukkan pertanyaan dan memperlihatkan kegugupan.

2. Volume, volume merupakan keras atau lembutnya nada

3. Kecepatan, kecepatan atau rate mengacu kepada kecepatan pada saat orang berbicara.

e. Diam

Berbeda dengan tekanan suara, maka sikap diam juga sebagai kode nonverbal yang mempunyai arti. Max Picard menyatakan bahwa diam tidak semata-mata mengandung arti bersikap negative, tetapi bisa juga melambangkan sikap positif.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, sikap berdiam diri sangat sulit untuk diterka, apakah orang itu malu, cemas atau marah. Banyak orang mengambil sikap diam karena tidak mau menyatakan sesuatu yang menyakitkan orang lain, misalnya mengatakan “Tidak.” Tetapi dengan bersikap diam, juga dapat menyebabkan orang bersikap ragu. Karena itu diam tidak selamanya berarti menolak sesuatu, tetapi juga tidak berarti menerima. Mengambil sikap diam karena ingin menyimpan kerahasiaan sesuatu.

Untuk memahami sikap diam, kita perlu belajar terhadap budaya atau kebiasaan-kebiasaan seseorang. Pada suku-suku tertentu ada kebiasaan tidak senang menyatakan “Tidak” tetapi juga tidak berarti “Ya.” Diam adalah perilaku komunikasi sekarang ini yang makin banyak dilakukan orang-orang yang bersikap netral dan mau aman.

f. Kedekatan dan ruang (Proximity and Spatial)

Proximity adalah kode nonverbal yang menunjukkan kedekatan dari dua obyek yang mengandung arti. Proximity dapat dibedakan atas territory atau Zone. Edwart T. Hall (dalam Cangara, 2006: 107-108) membagi kedekatan menurut territory terbagi atas empat macam, yaitu:

1. Wilayah intim (rahasia), yakni kedekatan yang berjarak antara 3-18 inchi. 2. Wilayah pribadi, ialah kedekatan yang berjarak antara 18 inchi hingga 4

kaki.

3. Wilayah sosial, ialah kedekatan yang berjarak antara 4 sampai 12 kaki. 4. Wilayah umum (Publik), ialah kedekatan yang berjarak antara 4 sampai 12

kaki atau sampai suara kita terdengar dalam jarak 25 kaki. g. Waktu

Ungkapan “Time is Money” membuktikan bahwa waktu itu sangat penting bagi orang yang ingin maju. Karena itu orang yang sering menepati waktu dinilai

sebagai orang yang berfikiran modern. Waktu mempunyai arti tersendiri dalam kehidupan manusia. Bagi masyarakat tertentu, melakukan suatu pekerjaan seringkali melihat waktu. Misalnya membangun rumah, menanam padi, melaksanakan perkawinan, membeli sesuatu dan sebagainya.

Penggunaan waktu atau chronemics adalah cara lain untuk menyampaikan pesan-pesan nonverbal. Terdapat beberapa aspek mengenai bagaimana kita berfikir tentang dan menggunakan waktu yang mengandung kesan-kesan bagi orang lain.

h. Gerakan Wajah

Gerakan wajah mengkomunikasikan macam-macam emosi dan juga kualitas atau dimensi emosi. Para ahli banyak yang berpendapat bahwa pesan wajah dapat mengkomunikasikan sedikitnya “kelompok emosi” seperti kebahagiaan, keterkejutan, ketakutan, kemarahan, kesedihan, dan kemuakan atau penghinaan. Pesan-pesan yang dikomunikasikan oleh mata tergantung pada durasi, arah, dan kualitas dari perilaku mata. Misalnya, kontak mata dengan durasi yang singkat dapat dianggap bahwa seseorang itu malu atau sibuk. Sebaliknya, bila kontak mata durasinya lebih lama bisa jadi orang tersebut menunjukkan minat berlebihan (DeVito, 1997: 191).

Dalam komunikasi nonverbal banyak terdapat bentuk-bentuk komunikasi nonverbal seperti kinesics berupa gerakan tubuh, paralanguage, proxemics yang berkenaan dengan penggunaan waktu, dan olfactory communication berkaitan dengan masalah penciuman (Verderber et al., dalam Budyatna dan ganiem, 2011)

Menurut Verderber et all dalam Budyatma dan Ganiem (2011: 115) komunikasi memiliki 5 fungsi sebagai berikut :