• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi Verbal dan Komunikasi Nonverbal yang Digunakan Pasangan Pacaran Backstreet

METODE PENELITIAN

3. Informan III

4.2.3. Strategi Komunikasi Verbal dan Komunikasi Nonverbal yang Digunakan Pasangan Pacaran Backstreet

Seperti yang dijelaskan pada Bab II, Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi verbal menggunakan sistem lambang verbal yang disebut bahasa, bahasa dapat didefenisikan sebagai seperangkat simbol dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut untuk digunakan dan dipahami suatu komunitas. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah setiap informasi atau emosi dikomunikasikan tanpa menggunakan kata-kata atau dengan kata lain di sebut nonlinguistic. Komunikasi nonverbal itu sendiri adalah penting, sebab apa yang sering kita lakukan mempunyai makna jauh lebih penting dari pada apa yang kita katakan (Budyatna & Ganiem, 2011 : 110) Nonlinguistic ditunjukkan dari gerakan tangan, mimik wajah, nada suara, dan lain sebagainya.

Didalam berbohong, para pasangan pacaran backstreet selalu menggunakan komunikasi verbal maupun komunikasi nonverbal. Dari proses wawancara dapat diketahui komunikasi apa saja yang sering mereka gunakan dalam menjalani hubungan backstreet. Dari hasil analisis peneliti terhadap

informan DA, yang merupakan informan pertama dalam penelitian ini lebih banyak menunjukkan komunikasi nonverbal saat ia berbohong kepada orang tuanya. Hal ini ia tunjukkan dari mata yang tidak dapat memandang lawan bicaranya saat dalam keadaan berbohong, serta penekanan nada suara yang gugup. Mata merupakan kode nonverbal (Cangara, 2006: 101-110): Mata adalah alat komunikasi paling berarti dalam member isyarat tanpa kata. Dari observasi puitis Ben Jonson’s “Drink to me only with thin eyes, and I will pledge with mine” sampai ke observasi ilmiah para periset kontemporer (Hess, Marshall, dalam DeVito, 2011), mata dipandang sebagai system pesan nonverbal yang paling penting. Penekanan nada suara disebut juga paralanguage yang berarti isyarat yang ditumbulkan dari tekanan atau irama suara sehingga penerima dapat memahami sesuatu di balik apa yang diucapkan. Kedua kode komunikasi nonverbal ini yang banyak digunakan informan DA saat ia sedang berbohong. Sedangkan komunikasi verbal yang gunakan informan DA adalah berbohong dan selalu mengatakan kepada orang tuanya bahwa telah putus dengan pasangannya, hal ini ia lakukan agar orang tuanya tidak pernah curiga saat ia ingin pergi keluar rumah. Informan juga menggunakan komunikasi verbal seperti selalu mengatakan bahwa dia tidak berhubungan lagi dengan pasangannya padahal ia masih berhubungan dengan pasangannya, cara ini ia gunakan untuk menghindari konflik yang akan terjadi dengan orang tuanya jika mengetahui yang sebenarnya.

Informan kedua yaitu informan CH, lebih banyak menunjukkan komunikasi nonverbal dari pada komunikasi verbal saat ia berbohong kepada orang tuanya. Hal ini ia tunjukkan dengan cara menggesek-gesekkan hidung menggunakan jari telunjuk kanannya, ini merupakan salah satu tanda nonverbal yang seringkali ditunjukkan secara spontan. Misalnya ketika seseorang merasa cemas (nervous) sering kali ia bermain-main dengan rambutnya atau menggoyangkan kakinya (Morissan 2013: 141-142). Jika informan CH belum mempersiapkan alasan untuk ia berbohong, maka pada saat informan CH berbicara dengan orangtuanya, pandangan mata CH menjadi tidak fokus, serta berbicara tidak selancar biasanya. Saat ia dinasehati oleh orang tuanya, ia juga menggunakan komunikasi nonverbal seperti terdiam tanpa mengeluarkan

kata-kata dengan tekanan suara, maka sikap diam juga dapat diartikan sebagai kode nonverbal sama halnya dengan mempunyai arti. Max Picard menyatakan bahwa diam tidak semata-mata mengandung arti bersikap negative, tetapi bisa juga melambangkan sikap positif. Dalam kehidupan kita sehari-hari, sikap berdiam diri sangat sulit untuk diterka, apakah orang itu malu, cemas atau marah. Banyak orang mengambil sikap diam karena tidak mau menyatakan sesuatu yang menyakitkan orang lain, misalnya mengatakan “Tidak.” Tetapi dengan bersikap diam, juga dapat menyebabkan orang bersikap ragu. Karena itu diam tidak selamanya berarti menolak sesuatu, tetapi juga tidak berarti menerima. Mengambil sikap diam karena ingin menyimpan kerahasiaan sesuatu.

Pada informan ketiga yaitu informan DN sama-sama menunjukkan komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal yang ia tunjukkan adalah dengan nada yang tinggi saat ia berbohong, namun itu hanya diawal saja lama kelamaan nada suaranya berangsur pelan dan stabil, hal ini ia lakukan untuk meyakinkan orang tuanya bahwa yang ia katakana adalah hal yang sebenarnya. Pada saat pasangannya ke rumah, ia juga menggunakan kode nonverbal seperti jarak agar orang dirumahnya tidak mencurigai mereka saat berada di dalam rumah. Proximity adalah kode nonverbal yang menunjukkan kedekatan dari dua obyek yang mengandung arti. Proximity dapat dibedakan atas territory atau Zone. Edwart T. Hall (dalam cangara, 2006: 107-108) membagi kedekatan menurut territory terbagi atas empat macam, yaitu: Wilayah intim (rahasia), yakni kedekatan yang berjarak antara 3-18 inchi, Wilayah pribadi, ialah kedekatan yang berjarak antara 18 inchi hingga 4 kaki, Wilayah sosial, ialah kedekatan yang berjarak antara 4 sampai 12 kaki, Wilayah umum (Publik), ialah kedekatan yang berjarak antara 4 sampai 12 kaki atau sampai suara kita terdengar dalam jarak 25 kaki. Informan DN dan pasangannya juga sering menggunakan kode mata saat berada dirumah untuk menunjukkan jika mereka ingin pergi berdua saja. Sedangkan komunikasi verbal yang selalu ia gunakan untuk meyakinkan orang tuanya adalah dengan selalu berkata kepada ayah dan ibunya bahwa ia tidak akan mengecewakan ayah dan ibunya.

Informan keempat dari penelitian ini adalah YE. Informan YE dalam berpacaran backstreet di belakang orang tuanya tidak hanya menggunakan komunikasi verbal saja namun ia juga menggunakan komunikasi nonverbal saat ia berbohong kepada orang tuanya. Adapun komunikasi nonverbal yang ia pakai saat berbohong kepada orang tuanya adalah ditunjukkan dengan mata yang melotot dan nada suara yang meninggi saat ia sedang berbohong, sedangkan komunikasi verbal yang ia gunakan adalah berbohong untuk mencoba meyakinkan ibunya bahwa ia masih berpacaran dengan mantannya yang jauh di Bagan Batu. Ia selalu mengatakan bahwa ia dan mantan kekasihnya masih sering berkomunikasi dan tidak berpacaran lagi dengan pacarannya yang sekarang.

Pada informan terakhir dari penelitian ini adalah AN. Informan AN lebih banyak menggunakan komunikasi nonverbal dari pada verbal hal ini karena ia selalu berbohong jika ia saat ini tidak berpacaran dengan siapapun. Adapun komunikasi nonverbal yang ia gunakan untuk menutup-nutupi kebohongannya adalah ia selalu mata membesarkan bola matanya dan menaikkan alisnya saat ia berbohong ia juga menggunakan penekanan nada suara yang kecil agar tidak ketahuan saat ia berbohong didepan orang tuanya.

Mata merupakan salah satu dari pusat komunikasi, mata banyak mengungkapkan informasi karena dapat “berbicara” melalui pandangan, kita dapat berkomunikasi secara tidak langsung dengan orang lain menggunakan mata (Antonius 2014: 37). Mereka yang sedang berbohong cenderung lebih sering atau bahkan jarang mengedipkan mata.