• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.2. Uraian Teoritis

2.2.3. Strategi Komunikasi

Manusia tidak menyadari kalau setiap hari sedang membuat “stategi”. Strategi berkomunikasi dengan pihak lawan atau mitra kerja. Semua aktivitas yang berhubungan dengan komunikasi sudah tentu tidak asal jadi. Komunikasi manusia harus direncanakan, diorganisasikan, ditumbuh kembangkan agar menjadi komunikasi yang lebih berkualitas. Salah satu langkah terpenting dalam berkomunikasi adalah menetapkan “strategi komunikasi”. Dalam banyak kasus, komunikasi manusia, yang disebut sebagai strategi komunikasi yang baik adalah strategi yang dapat menetapkan atau menempatkan posisi seseorang secara tepat dalam komunikasi dengan lawan komunikasinya sehingga dapat mencapai tujuan komunikasi yang telah ditetapkan.

Ahli komunikasi, terutama di Negara-negara yang sedang berkembang, dalam tahun-tahun belakangan ini menumpahkan perhatian besar terhadap strategi komunikasi. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai

tujuan tersebut, strategi tidak sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi (Effendy, 1993: 301).

Kata “strategi” berasal dari akar kata bahasa Yunani strategos yang secara harafiah berarti “ seni umum”, kemudian ini berubah menjadi kata sifat strategia berarti “keahlian militer” yang belakangan diadaptasikan lagi ke dalam lingkungan bisnis modern. Kata strategos bermakna sebagai (Liliweri, 2011: 240):

1. K

eputusan untuk melakukan suatu tindakan dalam jangka panjang dengan segala akibatnya.

2. P

enentuan tingkat kerentanan posisi kita dengan posisi para pesaing (ilmu perangan bisnis).

3. P

emanfaatan sumber daya dan penyebaran informasi yang relative terbatas terhadap kemungkinan penyadapan informasi oleh para pesaing.

4. P

enggunaan fasilitas komunikasi untuk penyebaran informasi yang menguntungkan berdasarkan analisis geografis dan topografis.

5. P

enemuan titik-titik kesamaan dan perbedaan sumber daya dalam pasar informasi.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan beberapa, defenisi dari strategi komunikasi adalah :

1. Strategi yang menjelaskan dan mempromosikan suatu visi komunikasi dan satuan tujuan komunikasi dalam rumusan yang baik.

2. Strategi untuk menciptakan komunikasi yang konsisten, komunikasi yang dilakukan berdasarkan satu pilihan (keputusan) dari beberapa opsi komunikasi.

3. Strategi berbeda dengan taktik, strategi komunikasi menjelaskan tahapan konkret dalam rangkaian aktivitas komunikasi yang berbasis pada satuan teknik bagi pengimplementasian tujuan komunikasi. Adapun taktik adalah satu pilihan tindakan komunikasi tertentu berdasarkan strategi yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Tujuan akhir komunikasi, strategi berperan memfasilitasi perubahan prilaku untuk mencapai tujuan komunikasi manajemen.

Ketika membayangkan strategi komunikasi, maka ada tujuan yang ingin dicapai dan jenis materi yang dipandang dapat memberikan kontribusi bagi tercapainya tujuan ini. Khusus untuk setiap tujuan tertentu yang berkaitan dengan aktivitas, maka tujuan komunikasi menjadi sangat penting karena meliputi, announcing, motivating, educating, and supporting decision making. (Liliweri, 2011: 248-249).

1. Memberitau (Announcing)

Tujuan pertama dari strategi komunikasi adalah announcing, yaitu pemberitauan tentang kapasitas dan kualitas informasi (one of the first goal of your communications strategy is to announce the availability of information on quality). Oleh karena itu, informasi yang akan dipromosikan sedapat mungkin berkaitan dengan informasi utama dari seluruh informasi yang sedemikian penting.

2. Motivasi (Motivating)

Memotivasi artinya informasi yang diberikan untuk sasaran dapat memberikan akses cepat kepada hal-hal yang berhubungan dengan yang akan disampaikan. Informasi yang diberikan harus dipersiapkan matang-matang dan menggunakan beberapa media agar sasaran mendapatkan informasi yang jelas.

3. Mendidik (Educating)

Tiap informasi yang diberikan kepada sasaran harus bersifat mendidik. Misalnya informasi tentang tips-tips penting yang sebelumnya belum diketahui oleh komunikasn

4. Menyebarkan Informasi (Informating)

Salah satu tujuan strategi komunikasi adalah menyebarkan informasi kepada komunikan atau audiens yang menjadi sasaran. Diusahakan agar informasi yang disebarkan ini merupakan informasi yang spesifik dan aktual, sehingga dapat digunakan komunikasn. Apalagi jika informasi ini tidak saja sekedar pemberitahuan, atau motivasi semata-mata tetapi mengandung unsur pendidikan.

5. Mendukung Pembuatan Keputusan (Supporting Decision Making)

Strategi komunikasi terakhir adalah strategi yang mendukung pembuatan keputusan. Dalam rangka pembuatan keputusan, maka informasi yang dikumpulkan, dikategorisasi, dan dianalisis sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan informasi utama bagi pembuatan keputusan

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Strategi komunikasi harus didukung oleh teori, karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang masih diuji kebenarannya. Strategi komunikasi yang memadai baiknya untuk

dijadikan pendukung strategi komunikasi ialah sesuai dengan formula yang dikemukakan Harold D.Lasswell (Effendy, 1993: 301), yaitu mengandung:

1. Who ? 2. Says What?

3. In Which Channel? 4. To Whom?

5. With What Effect?

Rumusan Lasswell tersebut mengandung banyak pertautan yang selanjutnya juga mempunyai teori-teori tersendiri. Sebagai contoh “persuation” yang merupakan kegiatan komunikasi yang mengharapkan “behavior Change” meliputi berbagai teknik. Jika sudah tahu sifat-sifat komunikasn, dan tahu pula efek apa yang akan dikehendaki dari mereka, memilih cara mana yang akan diambil untuk berkomunikasi sangatlah penting, karena ini ada kaitannya dengan media yang harus digunakan.

1. Komunikasi tatap muka (face to face communication) 2. Komunikasi bermedia (mediated communication)

Komunikasi tatap muka digunakan apabila komunikator mengharapkan efek perubahan tingkah laku (behavior change) atau untuk komunikasi persuasif (Effendy, 1993:300). Alasan utama mengapa para ahli komunikasi memfokuskan kepada strategi komunikasi ini dikarenakan strategi komunikasi dipandang memiliki fungsi ganda, baik secara makro (planned multi media strategy) maupun secara mikro (single communication medium strategy) yakni menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, maupun instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal sekaligus menjembatani “kesenjangan budaya”. Oleh karena itu keberadaan strategi komunikasi tidak terlepas dari suatu tujuan yang ingin dicapai. Hal ini ditujukan oleh suatu jaringan kerja yang membimbing tindakan yang akan dilakukan dan pada saat yang sama sehingga strategi akan mempengaruhi tindakan tersebut. Tindakan yang dibuat semata-mata sekadar untuk suatu taktik atau tanpa strategi dapat meningkat cepat namun sebaliknya dapat merosot kedalam masalah lain. Inilah pentingnya sebuah strategi untuk mencerminkan suatu pesan atau arahan

visi yang ingin dicapai serta meminimalisir hambatan dalam berkomunikasi tentunya.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa strategi komunikasi yang dijalankan dalam sebuah kegiatan komunikasi tentu saja tidak akan terlepas dari hambatan-hambatan komunikasi. Hambatan- hambatan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Hambatan Teknis

Hambatan ini timbul karena lingkungan yang memberikan dampak pencegahan terhadap kelancaran pengiriman dan penerimaan pesan, dari sisi teknologi keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi akan semakin berkurang dengan adanya temuan baru di bidang teknologi komunikasi dan sistem informasi, sehingga saluran komunikasi dalam media komunikasi dapat diandalkan serta lebih efisien.

b. Hambatan Semantik

Hambatan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau ide secara efektif. Defenisi semantik adalah studi atas pengertian yang diungkapkan lewat bahasa. Suatu pesan yang kurang jelas akan tetap menjadi tidak jelas bagaimanapun baiknya transmisi. Hambatan semantik dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Salah pengucapan kata atau istilah karena teralu cepat berbicara.

2. Adanya perbedaan makna dan pengertian pada kata-kata yang pengucapannya sama. Contohnya beda daerah berbeda juga maknanya 3. Adanya pengertian konotatif (perbedaan menafsirkan suatu makna yang

menjadi kesepakatan bersama. Contohnya saja semua setuju bahwa binatang anjing adalah binatang berbulu dan berkaki empat, sedangkan dalam makna konotatif banyak orang menganggap anjing sebagai binatang piaraan yang setia, bersahabat dan panjang ingatan.

Untuk menghindari miss-komunikasi ini tentu saja seorang komunikator harus mampu memilih kata-kata yang tepat dan sesuai dengan karakteristik komunikannya, serta melihat dan mempertimbangkan kemungkinan penafsiran yang berbeda terhadap kata-kata yang digunakannya. Seperti pepatah yang mengatakan dimana tanah dipijak disitu tanah dijunjung.

c. Hambatan Manusiawi

Hambatan jenis manusiawi ini muncul dari masalah-masalah pribadi yang dihadapi orang-orang yang terlibat dalam komunikasi, baik komunikator maupun komunikan.

Ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif, yaitu: 1. Mendengar.

Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.

3. Menilai Sumber.

Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.

4. Persepsi yang Berbeda.

Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan. 5. Kata yang Berarti Lain Bagi Orang yang Berbeda.

Kita sering mendengar kata yang tidak sesuai dengan pengertian kita. Seseorang menyebut dan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam, atau satu jam kemudian.

6. Sinyal Nonverbal yang Tidak Konsisten.

Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi tidak melihat kepada lawan bicara, tetapi dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita mempengaruhi proses komunikasi yang berlangsung.

7. Pengaruh Emosi.

Pengaruh emosi juga sangat berpengaruh dalam kelancaran komunikasi. Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. Apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya dengan baik.

8. Gangguan. Gangguan ini bisa berupa suara bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh serta gangguan psikologis seseorang sebagai lawan bicara kita ketika berkomunikasi.

(http://www.academia.edu/)

Ketika mengetahui hambatan tentu saja ada juga cara atau alternatif untuk megurangi maupun mengatasi hambatan tersebut. Cara mengatasinya adalah sebagai berikut:

1. Membuat suatu pesan secara berhati-hati, tentukan maksud dan tujuan komunikasi serta komunikan yang akan dituju.

2. Meminimalkan gangguan dalam proses komunikasi, komunikator harus berusaha dapat membuat komunikan lebih mudah memusatkan perhatian pada pesan yang disampaikan sehingga penyampaian pesan dapat berlangsung tanpa gangguan yang berarti.

3. Mempermudah upaya umpan balik antara si pengirim dan si penerima pesan. Hal ini berarti bahwa cara dan waktu penyampaian dalam komunikasi harus direncanakan dengan baik agar menghasilkan umpan

balik dari komunikasi sesuai harapan.

(http://www.academia.edu/5268443/Hambatan-hambatan_Dalam( diakses pada 11 November 2014 pukul 13.00 WIB)

2.2.4. Jenis-Jenis Komunikasi