• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 METODOLOGI PENELITIAN

5.2 Kondisi PPN Palabuhanratu

5.2.2 Kondisi operasional PPN Palabuhanratu

Operasional pelabuhan dijalankan oleh satu manajemen yang dibentuk oleh pemerintah pusat. Berdasarkan tugas pokok dan fungsinya, maka manajemen pelabuhan saat ini menjalankan fungsi dalam rangka membantu aktivitas perikanan agar lebih efisien dan efektif, dan ikut membina dan mengembangkan perekonomian masyarakat nelayan. Pada umumnya nelayan-nelayan tangkap di Palabuhanratu yang mengoperasikan alat payang, gill net dan pancing kekurangan modal serta mengalami kesulitan dalam memperoleh faktor produksi seperti alat tangkap, mesin, bahan bakar dengan harga yang murah, kebutuhan-kebutuhan

tersebut harus dibeli dari pedagang perantara dengan harga yang tinggi. Selain itu biaya operasional melaut diperoleh dari pinjaman uang melalui rentenir/tengkulak dengan cara yang mudah, dan sebagai imbalannya nelayan harus menjual hasil tangkapan ikannya kepada rentenir dengan harga yang tidak wajar, akibatnya pendapatan nelayan semakin berkurang.

Menyadari hal tersebut, maka sejak tahun 2003 Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap telah mencoba meluncurkan program revitalisasi pelabuhan perikanan dan menumbuhkan unit-unit bisnis perikanan terpadu (UBPT) di pelabuhan perikanan, dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi pelabuhan perikanan, yang semula hanya melayani aktivitas perikanan di pelabuhan, kemudian diperluas untuk ikut membina pengembangan ekonomi perikanan.

Dengan demikian tugas dan fungsi pelabuhan perikanan yang dijalankan merupakan ujung tombak pelaksanaan program DKP di daerah, termasuk juga menjalankan program-program lain di luar DKP, seperti fungsi kesehatan pelabuhan, keamanan dan ketertiban pelabuhan, imigrasi dan kesyahbandaran.

Pelaksanaan fungsi PPN Palabuhanratu selama program revitalisasi pelabuhan perikanan dijalankan sejak periode tahun 2003-2005 adalah:

(1) Sebagai tempat tambat labuh kapal:

1) Menyelenggarakan pemeliharaan vender dan bolard yang ada di dermaga, lampu suar pintu masuk kolam pelabuhan, penerangan dermaga, instalasi air di dermaga.

2) Menyelenggarakan fungsi kesyahbandaran, yakni mempersiapkan tenaga syahbandar.

3) Melakukan fungsi pengawasan terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan, pemberian ijin kapal keluar masuk pelabuhan.

4) Melakukan pemantauan dan pengaturan terhadap kapal yang berlabuh dan bongkar muat.

5) Menerima dan mengelola jasa tambat.

6) Memberikan kemudahan dalam hal kebutuhan sarana dan jasa komunikasi dan telekomunikasi.

(2) Tempat pendaratan ikan:

2) Menyediakan tenaga dan sarana pendaratan.

3) Pelayanan untuk mempertahankan mutu hasil tangkapan.

4) Alat bantu bongkar dan alat angkut ikan hasil tangkapan lainnya. 5) Pelayanan terhadap kebutuhan tenaga dan petugas bongkar muat ikan.

(3) Tempat untuk memperlancar kegiatan kapal-kapal perikanan.

1) Memberikan pelayanan teknis untuk memudahkan kapal-kapal melakukan kegiatan di pelabuhan (merapat, berlabuh, bongkar muat, keluar pelabuhan).

2) Melayani kebutuhan kapal (BBM, es, garam dan perbekalan lain).

3) Memberikan dokumen perijinan surat tanda bukti lapor kedatangan /keberangkatan kapal (STBLKK).

4) Membantu pemeriksaan kesehatan kapal.

5) Membantu melaksanakan pemeriksaan dokumen keimigrasian ABK warga negara asing.

6) Membantu pelaksanaan pemeriksaan muatan sehubungan dengan peraturan bea dan cukai.

7) Memberikan pelayanan dalam hal kebutuhan perbekalan ABK, jasa perbengkelan dan perawatan kapal serta jasa lainnya.

(4) Tempat pemasaran dan distribusi hasil tangkapan. 1) Menyediakan dan merawat tempat pelelangan ikan. 2) Menyediakan pasar ikan dan lapak pengecer ikan segar. 3) Menyediakan gedung perkantoran dan toko BAP.

(5) Tempat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan.

1) Mengadakan dan mengembangkan berbagai sarana yang mendukung penanganan pasca penangkapan ikan (tempat/ruangan penanganan, pengolahan dan pengepakan ikan, ruangan pendingin, pabrik es dll.).

2) Membantu Dinas Perikanan dalam pembinaan kegiatan penanganan, pengolahan, pengepakan dan pengangkutan hasil perikanan serta penyuluhannya sebagai upaya untuk menjamin mutu hasil perikanan.

3) Mengkoordinasikan upaya pembinaan mutu hasil perikanan bersama Dinas Perikanan.

4) Membantu kelancaran sertifikasi mutu ikan dari Dinas Perikanan.

5) Melakukan uji tes formalin pada ikan dan bekerja sama dengan Polres setempat dalam pemberantasan penggunaan formalin.

(6) Tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data.

1) Mengkoordinasikan pengumpulan data statistik perikanan di pelabuhan bersama dengan Dinas Perikanan.

2) Mewajibkan kepada unit usaha yang beroperasi di lingkungan pelabuhan untuk memberikan data yang diperlukan.

3) Melakukan tindakan pemeriksaan teknis kapal perikanan.

4) Melakukan pemantauan tugas dan kegiatan pemeriksaan kapal perikanan oleh petugas pengawasan penangkapan ikan.

5) Penyuluhan dan sosialisasi hasil riset serta mengadakan pelatihan berkaitan dengan peningkatan usaha perikanan.

(7) Tempat pelaksanaan pengawasan (MCS) sumberdaya ikan. 1) Penyebaran dan pengumpulan log book.

2) Melakukan pendataan dan evaluasi terhadap log book. 3) Melakukan pendugaan stock.

4) Melakukan perhitungan terhadap CPUE.

5) Memberikan informasi tentang kondisi fishing ground.

Hasil dari program revitalisasi pelabuhan perikanan dari Ditjen. Perikanan Tangkap yang dijalankan adalah tumbuhnya pelaku-pelaku unit bisnis di pelabuhan, seperti :

(1) KUD Mina Sinar Laut bergerak dibidang pelayanan SPDN (station package dealer nelayan) untuk menyediaan solar kapal perikanan ukuran <30 GT, penyelenggaraan pelelangan ikan.

(2) Yayasan Anak Nelayan bergerak dibidang pengolahan ikan dalam bentuk filet ikan dan usaha rumpon serta mengasuransikan sebagian nelayan binaannya. (3) Program pengembangan perikanan tangkap skala kecil dari Ditjen. Perikanan

Tangkap yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh nelayan skala kecil dalam melakukan aktivitas perikanannnya sehingga pendapatannya semakin meningkat. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

adalah berupa optimalisasi kapal dan alat penangkapan ikan (OPTIKAPI), optimalisasi pelelangan ikan (OPTILANPI), optimalisasi pengolahan ikan (OPTIHANKAN) dan optimalisasi pemasaran ikan (OPTISARKAN) yakni berupa pembentukan kelompok usaha bersama (KUB), pelatihan terhadap nelayan dan memberi bantuan permodalan berupa unit alat tangkap, pengolahan dan tempat pemasaran ikan.Tabel 14 menunjukkan perkembangan KUB binaan PPN Palabuhanratu. Berdasarkan Tabel 13, dari 9 KUB yang ada semuanya telah beroperasional, ditandai oleh jumlah anggota yang terlibat sebanyak 200 orang. Pada tahun 2005, KUB tersebut telah berhasil melakukan usaha penangkapan ikan atas bantuan kapal yang diberikan oleh pemerintah sebanyak 278.870 kg senilai Rp 760.879.200 dan dapat disimpan sebanyak Rp 46.896.791 untuk dana bergulir bagi anggotanya.

Tabel 13 Kondisi kelompok usaha bersama (KUB) binaan PPN Palabuhanratu tahun 2005 Nama KUB Jumlah anggota Jumlah prod (kg) Nilai Prod (Rp) Dana bergulir (Rp) Majelis Nusantara 1 26 3.814 22.110.200 6.339.000 Putra Bahari Nusantara 33 9.655 48.889.250 500.000 CempakaPutihNusantara 33 22.623 102.817.000 14.000 GumelarNusantara 16 5.382 48.701.600 100.000 Bungsu Nusantara 20 - - - Majelis Nusantara 2 22 12.814 87.006.800 14.000.000 Lembayung Nusantara 27 213.544 161.708.750 13.243.791 Sumber Bahari 19 29.558 289.645.600 12.600.000 Bina Usaha Nusantara 14 - - 100.000 J U M L A H 200 278.870 760.879.200 46.896.791

Sumber : Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2006.

(4) PT. Citra Karya Utama bergerak dibidang docking kapal.

(5) PT. AGB bergerak dibidang cold storage dengan membeli semua produk hasil tangkapan ikan nelayan. Hasil ikan olahan diekspor ke negara Korea. (6) CV Burhan bergerak penjualan suku cadang alat bahan perikanan.

(7) PT. Sari Sagara bergerak di bidang penangkapan ikan dengan alat tangkap

(8) PT. Paridi mengelola Stasiun Pengisian Bahan Bakar di Bunker (SPBB) bergerak dibidang penyediaan solar untuk kapal ukuran >30 GT. Menerima pasokan solar dari Pertamina sebanyak 1.500 kl setiap bulan.

(9) Bank Danamon dalam penyediaan kredit untuk nelayan. Sampai bulan Agustus 2006 sudah tersalurkan kredit sekitar Rp 4.000.000.000,-.

(10)PT. Ratu Prima bergerak dibidang coldstorage dan pabrik es.

(11)Tumbuh dan berkembangnya 8 kelompok masyarakat pengawas perikanan (POKMASWAS) yang berada di setiap titik pendaratan ikan. Tugasnya adalah mengawasi kegiatan perikanan di daerahnya dan melaporkan kepada PPN Palabuhanratu tentang kejadian tersebut melalui radio SSB.

(12) Digunakannya peta prakiraan daerah penangkapan ikan oleh kapal nelayan sebanyak 52 kapal setiap bulannya, sehingga nelayan memiliki alternatif petunjuk tentang daerah penangkapan ikan.

(13) Terbangunnya PUSKESMAS nelayan pada tahun 2005 yang melayani rata- rata sebanyak 15 orang nelayan setiap bulan.

(14) Berfungsinya Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan (PIPP) yang memiliki jaringan langsung internet ke Ditjen. Perikanan Tangkap, sehingga data pelabuhan on line ke DKP.

(15) Beroperasionalnya kios IPTEK yang menyampaikan hasil-hasil penelitian dan kegiatan perikanan dan kelautan kepada masyarakat perikanan.

(16) Program statistik perikanan yakni pelaksanaan pengumpulan data secara benar dan akurat menurut petunjuk yang telah ditetapkan oleh Ditjen. Perikanan Tangkap. Pelaksanaan program ini telah menghasilkan tersedianya data statistik perikanan tentang produksi ikan tuna berikut ukuran dan beratnya, statistik ikan lainnya, statistik distribusi ikan dan pengolahan ikan. Walaupun di PPN Palabuhanratu sangat baik pendataan statistiknya, namun sangat disayangkan pendataan kabupaten belum sempurna terutama pengumpulan data karena keterbatasan petugas.

Pelayanan PPN Palabuhanratu terhadap aktivitas-aktivitas perikanan antara lain adalah:

(1) Kapal perikanan

Kapal-kapal perikanan yang mendarat di PPN Palabuhanratu dan melakukan operasi penangkapan ikan di WPP 9 sejak periode tahun 1993–2005 dapat dilihat pada Tabel 14.

Berdasarkan Tabel 14, bahwa komposisi kapal-kapal berukuran kecil (<5 GT) jumlahnya semakin meningkat yakni pada tahun 1993 sebanyak 342 unit meningkat menjadi 428 unit pada tahun 2005. Kapal motor berukuran 5-30 GT juga mengalami kenaikan yakni dari 65 unit pada tahun 1993 meningkat menjadi 180 unit pada tahun 2005. Begitu juga untuk kapal motor ukuran 30-150 GT naik dari 13 unit pada tahun 1993 menjadi 68 unit pada tahun 2005. Tabel 15 menunjukkan jumlah kapal yang mendarat di PPN Palabuhanratu berdasarkan daerah asalnya.

Tabel 14 Jumlah kapal yang mendarat di PPN Palabuhanratu periode tahun 1993-2005

satuan: unit

Sumber: Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2006.

Berdasarkan Tabel 15, dari 676 unit kapal pada tahun 2005, terdapat sebanyak 465 unit kapal atau 69% berasal dari Palabuhanratu sedangkan sisanya berasal dari daerah lain.

Tahun PMT < 5 GT Kapal Motor 5-30 GT Kapal Motor >30 – 150 GT Jumlah 1993 342 65 13 420 1994 344 85 16 445 1995 352 94 15 461 1996 365 111 12 488 1997 290 104 12 406 1998 275 137 9 421 1999 278 170 11 459 2000 235 170 11 416 2001 243 188 13 444 2002 317 132 13 462 2003 253 130 11 394 2004 266 125 139 530 2005 428 180 68 676

Tabel 15 Jumlah kapal perikanan yang mendarat di PPN Palabuhanratu berdasarkan daerah asal tahun 2005

satuan: unit No Daerah asal Perahu Motor Tempel Kapal Motor Jumlah 1 Palabuhanratu 310 155 465 2 Ujung Genteng 10 - 10 3 Ciwaru 5 - 5 4 Loji 5 - 5 5 Cisolok 87 - 87 6 Cibangban 9 - 9 7 Cisaar - 4 4 8 Binuangeun 2 8 10 9 Cilacap - 44 44 10 Pekalongan - 2 2 11 Jakarta - 16 16 12 Benoa Bali - 9 9 13 Sibolga - 1 1 14 NTT - 1 1 15 NTB - 3 3 16 Jawa Timur - 5 5 Jumlah 428 248 676

Sumber : Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2006.

(2) Produksi ikan

Produksi ikan PPN Palabuhanratu sejak tahun 1993-2005 berfluktuasi setiap tahunnya, Tabel 16 menunjukkan produksi ikan di PPN Palabuhanratu. Berdasarkan Tabel 16, jumlah produksi semakin meningkat yakni dari 3.118.782 kg pada tahun 1993 menjadi 12.473.099 kg pada tahun 2005. Produksi ikan pada tahun 2005 sebesar 6.600.530 kg atau 53% berasal dari pendaratan langsung di dermaga PPN Palabuhanratu, sedangkan sisanya sebesar 5.872.569 kg atau 47% berasal dari ikan yang masuk ke PPN Palabuhanratu melalui jalan darat.

Pada tahun 1993, tercatat ikan segar yang didistribusikan sebesar 93.240 kg dan naik menjadi 3.397.443 kg pada tahun 2005, atau rata-rata kenaikan sebesar 30,77%. Jumlah ikan yang didistribusikan tertinggi adalah sebanyak 3.397.443 kg pada tahun 2005 dan terendah sebanyak 52.192 kg pada tahun 1995 Sedangkan distribusi ikan segar dari PPN Palabuhanratu sejak tahun 1993 sampai 2005 ditunjukkan seperti pada Tabel 17.

Tabel 16 Produksi ikan di PPN Palabuhanratu periode tahun 1993-2005

Satuan : kg Tahun Produksi ikan

didaratkan Produksi ikan masuk pelabuhan lewat darat Jumlah produksi pelabuhan 1993 3.118.782 - 3.118.782 1994 3.424.725 - 3.424.725 1995 3.521.745 - 3.521.745 1996 3.386.376 - 3.386.376 1997 4.134.871 - 4.134.871 1998 2.381.967 806.223 3.188.190 1999 2.765.495 1.036.144 3.801.639 2000 2.505.091 1.010.060 3.515.151 2001 1.766.963 1.737.487 3.504.450 2002 2.890.118 985.350 3.875.468 2003 4.105.260 520.503 4.625.763 2004 3.367.517 3.036.662 6.404.179 2005 6.600.530 5.872.569 12.473.099 Jumlah 43.969.440 15.004.998 58.974.438 Rata-rata 3.382.265 1.875.625 5.257.890

Sumber : Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2006.

Tabel 17 Produksi ikan segar dari PPN Palabuhanratu periode tahun 1993 -2005 Satuan : kg

Tahun Produksi ikan segar

1993 93.240 1994 104.565 1995 52.192 1996 101.198 1997 191.444 1998 633.056 1999 1.187633 2000 1.100.360 2001 579.569 2002 1.384.923 2003 1.985.877 2004 1.605.468 2005 3.397.443 Rata-rata 955.158

Sumber : Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2006.

Distribusi ikan pindang dari PPN Palabuhanratu pada periode tahun 1993- 2005 ditunjukkan seperti pada Tabel 18.

Tabel 18 Produksi ikan pindang dari PPN Palabuhanratu periode tahun 1993 – 2005

Satuan : kg Tahun Ikan pindang

1993 59.942 1994 205.710 1995 25.783 1996 46.990 1997 270.672 1998 930.251 1999 844.678 2000 870.348 2001 777.062 2002 771.770 2003 1.222.139 2004 1.053.441 2005 1.747.187 Rata-rata 678.921

Sumber : Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2006.

Rata-rata pendistribusian ikan pindang sejak tahun 1993 sampai dengan tahun 2005 adalah 678.921 kg. Volume distribusi ikan pindang mengalami perkembangan, yakni dari 59.942 kg pada tahun 1993, naik menjadi 1.747.187 kg pada tahun 2005 atau rata-rata kenaikan sebesar 89,51%.

Distribusi ikan asin dari PPN Palabuhanratu pada periode tahun 1993- 2005 ditunjukkan seperti pada Tabel 19.

Ikan-ikan asin dibuat oleh pengolah ikan asin yang berada di sepanjang pantai Sukabumi. Bahan-bahan ikan asin umumnya berasal dari PPN Palabuhanratu yang merupakan hasil tangkapan bagan dan sebagian kecil dari ikan-ikan hasil tangkapan pancingan. Rata-rata distribusi ikan asin dari Palabuhanratu sebesar 326.399 kg/tahun. Kota tujuan distribusi ikan asin adalah ke Palabuhanratu, Sukabumi, Cibadak, Cicurug, Bogor, Cianjur dan Bandung.

Tabel 19 Produksi ikan asin dari PPN Palabuhanratu periode tahun 1993-2005

Satuan: kg Tahun Ikan asin

1993 15.445 1994 6.285 1995 8.600 1996 5.575 1997 10.256 1998 94.326 1999 175.866 2000 156.064 2001 364.193 2002 352.550 2003 894.054 2004 707.385 2005 1.452.585 Rata-rata 326.399

Sumber : Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2006.

(2)Pelayanan logistik

Terdapat tiga kebutuhan kapal yang sangat penting untuk disediakan yaitu BBM solar, air bersih dan es.

1) Solar

Volume pemakaian solar sejak tahun 1993 sampai dengan tahun 2005 terus meningkat, peningkatan sangat besar terjadi pada tahun 2002 yakni meningkat dari 1.045.000 liter tahun 2001 menjadi 4.041.110 liter pada tahun 2002 atau naik 286,71%. Pada tahun 2004, solar meningkat dari 4.821.870 liter pada tahun 2003 menjadi 10.380.781 liter, kemudian pada tahun 2005 jumlah solar yang digunakan nelayan menurun menjadi sebesar 5.528.785 atau turun sebesar 46,74%. Pada tahun 2005, nelayan dikejutkan terhadap adanya kenaikan harga BBM untuk kapal ikan berukuran >30 GT dengan harga Rp 5.300 per liter (Oktober 2005), akibatnya walaupun Pertamina telah membangun SPBB untuk melayani BBM solar bagi kapal berukuran >30 GT, namun saat ini tetap saja nelayan mencari harga solar yang lebih murah yakni di SPDN dan SPBU dengan harga Rp 4.300

per liter (Oktober 2005). Hal yang salah ini tidak akan berlangsung lama, sehingga pemerintah harus membantu kapal-kapal ikan yang berukuran >30 GT untuk memperoleh solar dengan harga yang sama dengan harga di SPBU.

2.669 1.662 1.745 1.847 1.747 1.619 1.917 4.041 4.821 10.380 5.528 1.153 1.045 0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun Ton

Gambar 9 Kebutuhan logistik solar (BBM) di PPN Palabuhanratu periode tahun 1993 – 2004.

Pada tahun 2004 permintaan solar naik 115,29%. Kenaikan permintaan solar tersebut sebagai akibat beroperasinya dermaga II (Gambar 9). Permasalahan yang ada dalam menyalurkan solar untuk keperluan operasional kapal ikan sampai dengan tahun 2002 adalah bahwa selama ini kapal-kapal ikan sudah terbiasa membeli solar dari dua SPBU yang ada di Palabuhanratu. Kegiatan penyaluran BBM untuk kapal ikan yang diperoleh dari SPBU melanggar peraturan yang ada karena SPBU hanya diperuntukkan penyediaan solarnya bagi kendaraan bermotor di darat.

Kebutuhan BBM solar untuk nelayan yang memiliki kapal berukuran <30 GT dipasok dari SPDN (Station Package Dealer untuk Nelayan). Bahan bakar solar untuk kapal berukuran >30 GT, sebelumnya dipasok dari 2 unit SPBU yang ada di Palabuhanratu ditambah satu buah SPBU lagi yang baru beroperasi pada tahun 2004, namun sejak bulan Oktober 2005, kebutuhan solar untuk kapal berukuran >30 GT juga telah dipasok dari SPBB (stasiun pengisian bahan bakar di

bunker) PPN Palabuhanratu yang dikelola oleh PT Paridi. SPBB tersebut berlokasi di dalam pelabuhan dan dikhususkan untuk menyalurkan solar ke kapal- kapal yang berukuran <30 GT dengan harga bersubsidi, yakni Rp 4.300/liter (bulan Oktober 2005) atau lebih murah Rp 200,- dibandingkan dengan harga di

SPBU. Selama ini SPDN memperoleh DO (delivery order) solar dari Pertamina sebanyak 160 kiloliter/bulan. Solar sebanyak itu cukup untuk kebutuhan kapal berukuran <30 GT yang berjumlah 608 buah dengan rincian ukuran kapal 5-30 GT sebanyak 180 buah dan kapal ukuran <5 GT sebanyak 428 buah. Kebutuhan solar setiap hari untuk kapal berukuran 30–150 GT, selama ini rata-rata 60 ton diperoleh dari tiga buah SPBU yang ada di Palabuhanratu.

Tabel 20 Pemakaian BBM solar untuk kapal di PPN Palabuhanratu periode tahun 1993 - 2005 Satuan : liter Tahun Kebutuhan BBM 1993 1.153.640 1994 2.669.300 1995 1.662.085 1996 1.745.859 1997 1.847.490 1998 1.747.497 1999 1.619.586 2000 1.917.155 2001 1.045.000 2002 4.041.110 2003 4.821.870 2004 10.380.781 2005 5.528.785

Sumber : Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2006.

2) Air

Kebutuhan air bersih untuk nelayan dipasok dari PDAM kemudian dikelola oleh pihak PPN Palabuhanratu. Gambar 10 menunjukkan gambaran perkembangan kebutuhan air bersih sejak tahun 1993-2005 di PPN Palabuhanratu. Berdasarkan Gambar 10, pemakaian air meningkat tajam sampai dengan tahun 2005, yakni sebesar 6.034.700 liter atau rata-rata/hari sebanyak 16.533,42 liter. Peningkatan penggunaan air bersih ini sebagai akibat semakin banyaknya kapal perikanan dari luar masuk ke PPN Palabuhanratu. Permasalahan yang ada dalam menyalurkan air bersih untuk kapal ikan adalah tidak setiap hari PDAM dapat menyalurkan air bersih untuk keperluan kapal ikan.

0.70 2.084 0.99 4.749 6.035 1.591 1.48 2.443 0.38 1.11 1.212 1.63 1.469 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun Ton

Gambar 10 Perkembangan kebutuhan air di PPN Palabuhanratu periode tahun 1993-2005.

Setiap hari Senin dan Kamis, PDAM memutuskan tidak menyalurkan air ke PPN Palabuhanratu dengan alasan belum mampu menyalurkan air bersih untuk kebutuhan maksimal, sehingga pihak manajemen pelabuhan pada tahun 2005 telah mengadakan mobil tangki air guna menyediakan air bersih apabila PDAM tidak menyalurkan air bersih ke PPN Palabuhanratu. Permasalahan penyediaan air bersih sudah dapat diatasi oleh manajemen pelabuhan. Selama ini kebutuhan air bersih di PPN Palabuhanratu digunakan untuk keperluan melaut, aktivitas kantor, kapal, TPI dan WC umum.

Tabel 21 Kebutuhan air bersih di PPN Palabuhanratu periode tahun 1993-2005 Satuan : liter

Tahun Kebutuhan air

1993 697.090 1994 1.211.890 1995 1.629.500 1996 1.469.195 1997 1.110.240 1998 2.084.000 1999 988.000 2000 2.443.000 2001 380.000 2002 1.479.900 2003 1.591.300 2004 4.749.000 2005 6.034.700

3) Es

Pemerintah seharusnya mendorong penggunaan es sebagai bahan pengawet untuk menciptakan cold chain system dalam mempertahankan mutu ikan yang didaratkan di pelabuhan perikanan dan untuk mencegah penggunaan formalin sebagai bahan pengawet ikan, untuk itu perlu dilakukan sosialisasi terhadap bahaya penggunaan formalin pada ikan dan perlu dilakukan penegakan hukum bagi pengguna formalin. Selain itu pemerintah juga harus mengatur tentang tata perdagangan formalin di pasar.

Penggunaan es sebagai pengawet oleh nelayan Palabuhanratu dari tahun ke tahun semakin berkembang karena konsumen juga menghendaki ikan yang lebih segar dan bermutu. Sejak periode tahun 1993-2004 penggunaan es meningkat yakni dari 152.698 balok pada tahun 1993 meningkat menjadi 285.470 balok pada tahun 2004. Peningkatan ini disebabkan penggunaan es balok oleh kapal

longline. Es disuplai oleh satu pabrik es di Palabuhanratu yang berkapasitas 1000 balok per hari, padahal kebutuhan es setiap harinya sebasar 1500 balok, sehingga kapal-kapal yang membutuhkan es harus antri selama 3 hari di pelabuhan. Banyak investor ingin membangun pabrik es, namun mereka masih mempertimbangkan keberlangsungan usahanya mengingat kondisi operasional kapal-kapal sedang mengalami penurunan akibat kenaikan harga BBM. Gambar 11 menunjukkan perkembangan pemakaian es di PPN Palabuhanratu.

152.698 136.807 143.560 90.300 11.490 285.470 112.450 112.335 219.595 277.704 74.632 132.740 122.246 0.000 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun J u m lah ( b al o k)

Gambar 11 Perkembangan kebutuhan es di PPN Palabuhanratu periode tahun 1993-2005.

Tabel 22 Kebutuhan logistik es di PPN Palabuhanratu periode tahun 1993-2005 Satuan : balok Tahun Kebutuhan es 1993 152.698 1994 136.807 1995 112.335 1996 122.246 1997 132.740 1998 143.560 1999 90.300 2000 74.632 2001 11.490 2002 277.704 2003 219.595 2004 285.470 2005 112.450

Sumber : Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, 2006.

5.2.3 Manajemen pelabuhan perikanan

Pengelolaan pelabuhan perikanan tergantung antara lain kepada aspek legalitas, organisasi, tata hubungan kerja, kondisi sumberdaya manusia, standard operational procedure (SOP) dan pelayanan.

(1) Legalitas pelabuhan perikanan

Sejak tahun 1974, yakni permulaan adanya pelabuhan perikanan di Indonesia sampai dengan tahun 2004, peraturan yang mengatur mengenai pelabuhan perikanan belum ada, walaupun UU No.9 tahun 1985 tentang Perikanan menyebutkan antara lain bahwa pelabuhan perikanan dibina oleh pemerintah, namun sampai tahun 2004 peraturan pemerintah tentang pelabuhan perikanan belum diterbitkan sehingga pembangunan dan operasional pelabuhan sangat tergantung kepada aturan yang dikeluarkan oleh menteri perhubungan. Sejak tahun 2004 telah ada pengaturan tentang pelabuhan perikanan yakni pada UU No.31 tahun 2004 tentang Perikanan serta telah dikeluarkannya peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.16/MEN/2006 tanggal 23 Juni 2006. Selain itu terdapat pula peraturan lain yakni :

1) Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2006 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No.62 tahun 2002 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

2) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.46/MEN/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan.

3) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.Per.17/MEN/2006 tentang Usaha Perikanan Tangkap.

(2) Organisasi pelabuhan perikanan

Didalam Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. KEP.26.I/MEN/2001 tanggal 1 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan, telah ditetapkan bahwa susunan organisasi PPN Palabuhanratu adalah sebagai berikut :

1) Kepala pelabuhan perikanan, yang mempunyai wewenang melaksanakan tugas pokok dan fungsi pelabuhan perikanan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan dan operasional pelabuhan.

2) Sub Bagian Tata Usaha, yang mempunyai wewenang melakukan administrasi keuangan, kepegawaian, persuratan, kearsipan, perlengkapan dan rumah tangga, pelaporan dan pengembangan serta pengelolaan informasi dan publikasi perikanan.

3) Seksi Tata Pengusahaan, yang bertugas untuk melakukan pembangunan, pemeliharaan, pengembangan dan pendayagunaan sarana dan prasarana, pelayanan jasa, fasilitasi usaha dan wisata bahari, pemberdayaan masyarakat perikanan, koordinasi peningkatan produksi hasil perikanan, pengendalian lingkungan, koordinasi urusan keamanan dan ketertiban serta pelaksanaan kebersihan kawasan pelabuhan perikanan.

4) Seksi Tata Pelayanan, yang bertugas melakukan pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran perikanan, memfasilitasi pemasaran dan distribusi hasil perikanan, pengumpulan, pengolahan dan penyajian data dan statistik perikanan serta pengembangan dan pengelolaan sistem informasi perikanan.

5) Kelompok jabatan fungsional, yang terdiri dari jabatan fungsional pengawas penangkapan yang mempunyai tugas melakukan kegiatan pengawasan

penangkapan ikan serta jabatan fungsional kehumasan yang mempunyai tugas untuk menyampaikan informasi berkaitan dengan fungsi-fungsi kepelabuhanan.

Struktur organisasi PPN Palabuhanratu dapat dilihat pada Lampiran 4.

(3) Tata hubungan kerja

Di wilayah PPN Palabuhanratu terdapat beberapa lembaga yang terkait dengan pengelolaan wilayah pelabuhan yang masing-masing mempunyai kewenangan yang berbeda. PPN Palabuhanratu berkewajiban mengkoordinasikan segenap kegiatan yang dilakukan oleh instansi terkait agar lebih bersinergi untuk mencapai tujuan. Instansi tersebut antara lain adalah :

1) UPT Pelabuhan Perikanan

UPT pelabuhan perikanan mempunyai wewenang

(a)Menyelenggarakan pembangunan, pengembangan, pemeliharaan dan pengelolaan sarana pokok dan penunjang yang menjadi aset pemerintah. (b)Menyelenggarakan pelayanan teknis terhadap kapal perikanan.

(c)Menyelenggarakan keamanan, ketertiban dan kebersihan di pelabuhan perikanan.

(d) Menyelenggarakan fungsi kesyahbandaran.

(e) Mengkoordinasikan kegiatan instansi terkait di pelabuhan. 2) Dinas Perikanan

Dinas perikanan mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan pembinaan teknis perikanan sesuai dengan kewenangan pemerintah daerah dibidang perikanan

3) Kesehatan Pelabuhan

Kesehatan pelabuhan mempunyai wewenang dan tanggung jawab melakukan penanganan dan pengawasan kesehatan di pelabuhan.

4) POLISI AIR

Polisi air mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan penangkapan, penyidikan dan penanggulangan kasus-kasus kejahatan umum/kriminal.

5) TNI Angkatan Laut

TNI AL mempunyai wewenang menjaga pertahanan dan keamanan laut termasuk melakukan upaya hukum terhadap pelanggaran perikanan di laut.

(4) Sumberdaya manusia

Jumlah pegawai PPN Palabuhanratu saat ini sebanyak 69 orang yang terdiri