• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 METODOLOGI PENELITIAN

4.5 Metode Pengambilan dan Analisis Data

4.5.2 Memformulasikan pola pengembangan

Pola pengembangan didalam penelitian ini adalah suatu contoh atau pedoman atau ukuran-ukuran dalam mengembangkan suatu pelabuhan. Sebagai contoh atau pedoman atau ukuran, maka diperlukan ukuran-ukuran baik secara kuantitatif maupun kualitatif terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi pengembangan suatu pelabuhan perikanan berdasarkan konsep triptyque portuaire

yakni ukuran-ukuran komponen wilayah produksi (foreland) terbatas pada variabel target jumlah produksi ikan yang berasal dari WPP 9 Samudera Hindia, dan target jumlah kapal yang akan diakomodir oleh PPN Palabuhanratu yang akan

dikembangkan. Ukuran-ukuran komponen pelabuhan perikanan (fishing port) terbatas pada fasilitas pokok seperti lahan, kolam, dermaga, gedung pelelangan ikan, air bersih, BBM dan es. Komponen wilayah distribusi (hinterland) dibatasi pada variabel jumlah konsumen, daerah konsumen dan jumlah produksi ikan yang didistribusikan di daerah hinterland.

(1) Perhitungan target jumlah produksi (ton)

Langkah-langkah pada perhitungan penentuan target jumlah produksi dan target jumlah kapal:

1) MSY WPP 9 Samudera Hindia di kalikan dengan persentase jumlah tangkapan yang diperbolehkan (80%) yang disebut jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) (SK Mentan No.995/kpts/ik.210/9/99 tentang Potensi Sumberdaya Ikan dan Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan (JTB) di Wilayah Perikanan Republik Indonesia).

2) Jumlah pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan di WPP 9 Samudera Hindia sebanyak 216 unit yang terdiri dari 3 unit PPS, 3 unit PPN, 3 unit PPP dan 207 unit PPI.

3) Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No: KEP.10/MEN/2004 tanggal 24 Pebruari 2004 tentang pelabuhan perikanan bahwa bahwa kapasitas minimum produksi ikan untuk masing-masing kelas pelabuhan perikanan adalah 60 ton/hari atau 21.900 ton/tahun untuk PPS, 30 ton/hari atau 19.950 ton/tahun untuk PPN. Diperkirakan kapasitas minimum PPP sebesar 10 ton/hari atau 3.650 ton/tahun dan 5 ton/hari atau 1.825 ton/tahun untuk PPI. 4) Kapasitas produksi minimum seluruh kelas pelabuhan perikanan adalah jumlah

hasil tangkapan minimum yang didaratkan di masing-masing kelas pelabuhan perikanan.

6) Alokasi pemanfaatan SDI bagi masing-masing kelas pelabuhan perikanan (Pelabuhan Perikanan Samudera, Pelabuhan Perikanan Nusantara, Pelabuhan Perikanan Pantai dan Pangkalan Pendaratan Ikan) didapatkan dari kapasitas produksi minimum masing-masing kelas pelabuhan perikanan di WPP 9 per tahun dibagi dengan kapasitas produksi minimum seluruh kelas pelabuhan perikanan di WPP 9 kemudian dikalikan dengan JTB WPP 9.

7) Alokasi pemanfaatan SDI untuk PPN Palabuhanratu didapatkan dari alokasi pemanfaatan SDI untuk kelas PPN dibagi jumlah PPN yang ada di WPP 9.

Mekanisme perhitungan target jumlah produksi PPN Palabuhanratu seperti pada Gambar 3.

MSY WPP 9 Samudera Hindia

JTB = 80% X MSY WPP 9 Jml PP di WPP 9 = A Jml PPS = 3 unit, Kapasitas minimum 60 ton/hari

Kap. Produksi minimum seluruh PP di WPP 9= a1+a2+a3+a4 = B

Alokasi pemanfaatan SDI PPN Palabuhanratu = b2/3 Jml PPN = 3 unit, Kapasitas minimum 30 ton/hari Jml PPP = 3 unit, Kapasitas minimum 10 ton/hari Jml PPI = 207 unit, Kapasitas minimum 5 ton/hari Kapasitas minimum PPS/tahun = 3x60 ton x365= a1 Kapasitas minimum PPN/tahun = 3x30ton x365= a2 Kapasitas minimum PPP/tahun = 3x10 ton x365= a3 Kapasitas minimum PPI/tahun = 207x5 ton x365= a4 Alokasi pemanfaatan SDI PPS = (a1/B)xJTB = b1 Alokasi pemanfaatan SDI PPN =(a2/B)xJTB = b2 Alokasi pemanfaatan SDI PPP =(a3/B)xJTB = b3 Alokasi pemanfaatan SDI PPI =(a4/B)xJTB = b4

(2) Perhitungan target jumlah kapal (unit)

Langkah-langkah pada perhitungan penentuan target jumlah kapal

1) Alokasi pemanfaatan SDI untuk PPN Palabuhanratu adalah sebesar 19.000 ton/tahun.

2) Kondisi jumlah unit kapal PPN Palabuhanratu pada tahun 2005 untuk masing- masing kelompok ukuran kapal <5 GT (A1), 5-30 GT (A2), dan 30-150 GT (A3) dikalikan dengan rata-rata GT untuk masing-masing kelompok ukuran kapal <5 GT (B1), 5-30 GT (B2), dan 30-150 GT (B3) maka akan diperoleh jumlah GT untuk masing-masing kelompok ukuran kapal <5 GT (C1), 5-30 GT (C2), dan 30-150 GT (C3). Penjumlahan dari semua jumlah GT untuk masing- masing kelompok ukuran kapal akan menghasilkan jumlah total GT untuk semua kapal yang ada di PPN Palabuhanratu (D).

3) Posisi awal produktivitas kapal untuk setiap GT adalah jumlah produksi ikan tahun 2005 dibagi jumlah GT untuk semua kapal yang ada di PPN Palabuhanratu tahun 2005.

4) Perhitungan target produktivitas unit penangkapan (E) diperoleh dari hasil perhitungan CPUE untuk masing-masing unit penangkapan yang ada saat ini di PPN Palabuhanratu. Berdasarkan jenis unit penangkapan yang lebih prospek ke depan, menurut hasil kajian pemantauan dan evaluasi CPUE PPN Palabuhanratu tahun 2005 diperoleh hasil bahwa untuk unit penangkapan

longline berukuran 30 GT memiliki nilai produktivitas paling tinggi yakni 1 ton/GT per tahun. Sehingga dalam perhitungan target kapal untuk PPN Palabuhanratu digunakan produktivitas 1 ton/GT per tahun. Selain itu longline menangkap ikan tuna. Tuna merupakan ikan yang bernilai ekonomi tinggi dan berpeluang besar sebagai komoditi ekspor (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003).

5) Komposisi persentase kapal berdasarkan ukuran <5 GT (E1), 5-30 GT (E2), dan 30-150 GT (E3) diperoleh dari jumlah GT untuk masing-masing kelompok ukuran kapal <5 GT (C1), 5-30 GT (C2), dan 30-150 GT (C3) dibagi jumlah total GT untuk semua kapal (D). Kemudian persentase masing- masing tersebut dikalikan dengan jumlah alokasi pemanfaatan SDI untuk PPN Palabuhanratu sehingga diperoleh alokasi pemanfaatan SDI oleh masing-

masing kelompok ukuran kapal <5 GT (F1), 5-30 GT (F2), dan 30-150 GT (F3).

6) Alokasi pemanfaatan SDI masing-masing ukuran kapal dibagi dengan target produktivitas unit penangkapan, maka diperoleh jumlah GT kapal masing- masing ukuran <5 GT (G1), 5-30 GT (G2), dan 30-150 GT (G3).

7) Jumlah kapal untuk masing-masing ukuran <5 GT (H1), 5-30 GT (H2), dan 30-150 GT (H3) diperoleh dari jumlah GT kapal untuk masing-masing ukuran <5 GT (G1), 5-30 GT (G2), dan 30-150 GT (G3) dibagi dengan rata-rata GT untuk masing-masing kelompok ukuran kapal <5 GT (C1), 5-30 GT (C2), dan 30-150 GT (C3).

8) Jumlah seluruh unut kapal yang akan dikembangkan didapatkan dari penjumlahan semua kapal untuk masing-masing ukuran.

Mekanisme perhitungan target jumlah kapal PPN Palabuhanratu lebih jelasnya seperti pada Gambar 4.

(3) Perhitungan kapasitas fasilitas

Jenis fasilitas yang diperhitungkan adalah beberapa fasilitas pokok seperti lahan, kolam dan dermaga. Fasilitas fungsional seperti gedung pelelangan ikan, pabrik es, kebutuhan solar dan kebutuhan air bersih. Fasilitas-fasilitas tersebut menurut Lubis et al. (2005) termasuk fasilitas yang mutlak diperlukan. Pemilihan jenis fasilitas pokok seperti lahan karena lahan yang ada saat ini seluas 7,2 ha sudah terpakai untuk berbagai fasilitas pelabuhan sehingga areal untuk pengembangan dan areal industri perikanan tidak tersedia. Kapasitas kolam dan dermaga perlu untuk dikembangkan karena saat ini kondisi pemanfaatannya sudah tidak mampu menampung aktivitas kapal tambahan. Gedung pelelangan perlu untuk dikembangkan karena adanya tambahan produksi ikan akibat adanya pengembangan PPN Palabuhanratu. Penyediaan tambahan pabrik es sangat diperlukan karena hanya tersedia satu pabrik es dengan kapaitas 1000 balok/hari dan tidak mampu memenuhi kebutuhan es untuk operasional kapal sebanyak 1500 balok/hari. Kebutuhan solar saat ini dipasok oleh SPDN dengan kapasitas 160 kl/bulan dan SPBB dengan kapasitas 250 kl/bulan. Kebutuhan pemakaian solar rata-rata per hari pada tahun 2004 sebanyak 28 kl (tersedia pasokan 14 kl/hari),

sehingga pasokan dari SPDN dan SPBB tidak mencukupi. Selama ini sebagian kapal memperoleh BBM dari SPBU yang berada diluar pelabuhan. Kebutuhan air bersih untuk keperluan aktivitas kapal pada tahun 2005 tercatat rata-rata 16,5 ton/hari yang dipasok dari PDAM. Pasokan ini belum memperhitungkan kebutuhan air untuk pembuatan es, kebutuhan ikan dan untuk aktivitas penghuni.

Target jumlah total unit kapal yang akan dikembangkan = H1+H2+H3 Total GT untuk semua kapal

= C1+C2+C3 =D

Alokasi pemanfaatan SDI PPN Palabuhanratu (SDI) KM <5 GT A1 KM 5-30 GT A2 KM 30-150 GT A3 Rata-rata GT KM <5 GT = B1 Rata-rata GT KM 5-30 GT = B2 Rata-rata GT KM 30-150 GT = B3 Jml GT KM <5 GT = A1xB1=C1 Jml GT KM 5-30 GT = A2xB2=C2 Jml GT KM 30-150 GT = A3xB3=C3

Target produktivitas unit penangkapan = 1 ton/GT per tahun = E % KM <5 GT = C1/D=E1 % KM 5-30 GT = C2/D=E2 % KM 30-150 GT = C3/D=E3 Alokasi pemanfaatan SDI KM <5 GT = E1 x SDI = F1 Alokasi pemanfaatan SDI KM 5-30 GT = E2 x SDI = F2 Alokasi pemanfaatan SDI KM 30-150 GT = E3 x SDI = F3 Jml GT KM <5 GT = F1/ E = G1 Jml GT KM 5-30 GT = F2/ E = G2 Jml GT KM 30-150 GT = F3/ E = G3 Jml KM <5 GT = G1/ B1 = H1 Jml KM 5-30 GT = G2/ B2 = H2 Jml KM 30-150 GT = G3/ B3 = H3

1) Perhitungan luas kolam (m2)

Menurut Direktorat Jenderal Perikanan dan PT Inconeb (1981), perhitungan luas kolam adalah sebagai berikut:

Dengan :

L = Luas kolam pelabuhan (m2)

Lt = Luas untuk memutar kapal (turbin basin) (π r 2) n = Jumlah kapal maksimal berlabuh setiap hari (unit) l = Panjang kapal (m)

b = Lebar kapal (m)

2) Perhitungan panjang dermaga (m)

Menurut Direktorat Jenderal Perikanan dan PT Inconeb (1981), dermaga dengan bentuk yang memanjang sejajar garis pantai dan diperuntukkan bagi kapal yang berlabuh dengan posisi badan kapal sejajar dengan sisi dermaga, maka panjang dermaga tersebut dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Dengan ;

D = Panjang dermaga (m) l = Ukuran panjang kapal (m)

0,1 = Jarak aman antara dua kapal (m)

3) Luas gedung pelelangan (m2)

Luas gedung pelelangan ikan dihitung berdasarkan perbandingan antara luas gedung pelelangan yang ada sekarang dan produksi rata-rata per hari dengan rata- rata target produksi ikan pengembangan dan luas gedung pelelangan yang akan dikembangkan.

Luas gedung pelelangan pengembangan adalah (rata-rata target produksi ikan pengembangan x luas gedung pelelangan yang ada sekarang) dibagi (produksi ikan rata-rata sekarang).

L = Lt + 3 [(n x l x b)]

4) Kapasitas pabrik es (ton/tahun)

Menurut Direktorat Jenderal Perikanan dan PT Inconeb (1981), perhitungan kapasitas pabrik es adalah sebagai berikut:

Dengan :

K = Kapasitas pabrik es a = 2

5) Kebutuhan solar (kl/tahun)

Menurut Direktorat Jenderal Perikanan dan PT Perentjana Djaja (1999), perhitungan kebutuhan solar adalah sebagai berikut:

Dengan :

S = Kebutuhan solar ( kl/ tahun)

Kapal ukuran <5 GT = bermesin 15 DK, kapal ukuran 5-30 GT = bermesin 60 DK, kapal berukuran 30-100 GT = bermesin 180 DK, kapal berukuran 100-150 GT = bermesin 225 DK).

6) Kebutuhan air bersih (kl/tahun)

Menurut Direktorat Jenderal Perikanan dan PT Perentjana Djaja (1999), kebutuhan ABK adalah 20 liter/orang/hari. Kebutuhan bahan baku es adalah 1 kg air untuk 1 kg es, kebutuhan ikan adalah 1 liter/kg ikan, kebutuhan TPI adalah 1,5 liter/ m2 luas TPI, kebutuhan penghuni adalah 10% dari kebutuhan total.

7) Luas lahan (ha)

Luas lahan yang diperlukan menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.10/Men/2004 tanggal 24 Februari 2004 tentang pelabuhan perikanan diperlukan seluas minimal 15 ha belum termasuk kolam pelabuhan. Sehingga paling tidak maksimum luas lahan yang diperlukan untuk PPN Palabuhanratu adalah 30 ha (sesuai dengan batas minimum lahan PPS).

K = a x Produksi rata-rata per hari

(4) Perhitungan jumlah konsumen untuk ikan dari PPN Palabuhanratu

Jumlah konsumen diperoleh dari jumlah target produksi untuk dalam negeri dibagi dengan rata-rata tingkat konsumsi ikan untuk penduduk dalam negeri. Menurut Barani (2006) bahwa tingkat konsumsi ikan /kapita penduduk secara nasional pada tahun 2005 sebesar 22,76 kg/kapita/tahun (angka perkiraan). Distribusi ke daerah hinterland primer untuk produk ikan segar komoditas ekspor kondisi saat ini sebesar 3% dan untuk pengembangan PPN Palabuhanratu jumlah ekspor ikan diperkirakan sebesar 35% dari target produksi PPN Palabuhanratu yang didasarkan kepada jumlah potensi ikan pelagis besar yang ada di WPP 9 Samudera Hindia untuk target jumlah produksi PPN Palabuhanratu.