• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.5 Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dengan kuisioner diolah secara kuantitatif.

Langkah yang dilakukan setelah seluruh data terkumpul adalah melakukan pengkodean data. Kegiatan ini bertujuan untuk menyeragamkan data. Setelah pengkodean, tahap selanjutnya adalah perhitungan persentase jawaban responden yang dibuat dalam bentuk tabulasi silang. Data yang dikumpulkan selanjutnya

diolah secara statistik deskriptif dengan mengunakan software SPSS for Windows versi 13.0 dan Microsoft Exel 2007.

Terdapat beberapa variabel yang diukur dalam penelitian ini, diantaranya pelaksanaan komunikasi pemasaran, yang meliputi keragaman bauran promosi, biaya, dan frekuensi pelaksanaan. Variabel ini diukur dengan distribusi frekuensi yang disajikan dalam bentuk diagram lingkaran. Sementara itu, dilakukan juga uji korelasi antara variabel karakteristik UMKM (meliputi jenis bidang usaha, tingkat pendidikan, dan skala usaha) dengan variabel pelaksanaan komunikasi pemasaran.

Korelasi jenis bidang usaha dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran diukur dengan distribusi frekuensi yang disajikan dalam bentuk diagram lingkaran.

Sementara itu, korelasi tingkat pendidikan dan skala usaha dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran diukur dengan menggunakan Uji Korelasi Spearman, yang digunakan untuk mengukur korelasi variabel berskala ordinal-ordinal.

Pengukuran korelasi pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya saing usaha yang meliputi tingkat produktivitas, tingkat profit, dan luas cakupan pasar juga dilakukan dengan menggunakan Uji Korelasi Spearman.

Sementara itu, data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan digunakan sebagai data pendukung hasil penelitian kuantitatif.

BAB IV

GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMBINA UMKM

4.1 Latar Belakang

Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu perguruan tinggi di Indonesia. Sebagai suatu lembaga pendidikan, IPB memiliki visi dan misi yang menjadi acuan kegiatan pendidikan yang dilakukan. Visi IPB adalah menjadi perguruan tinggi berbasis riset kelas dunia dengan kompetensi utama pertanian tropika dan biosanins serta berkarakter kewirausahaan. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka IPB memiliki beberapa misi, yaitu menyelenggarakan pendidikan tinggi bermutu tinggi dan pembinaan kemahasiswaan yang komprehensif dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan kecenderungan pada masa yang akan datang, membangun sistem manajemen perguruan tinggi yang berkarakter kewirausahaan, efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, serta mendorong terbentuknya masyarakat madani berdasarkan kebenaran dan hak asasi manusia.

Visi dan misi menjadi pedoman dalam pelaksanaan kegiatan, baik akademik maupun non akademik. Mulai dari penyusunan kurikulum, hingga pembinaan hubungan dengan masyarakat. Salah satu karakter generasi muda yang dilahirkan IPB adalah akademia yang berjiwa wirausaha. Wirausaha merupakan hal yang penting dan perlu dikembangkan, karena mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. Berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan hal ini.

Mulai dari mengkombinasikan kompetensi wirausaha pada beberapa mata kuliah, giat melakukan seminar mengenai wirausaha, hingga mendirikan beberapa

lembaga pembinaan wirausaha yang diharapkan mampu membangkitkan dan mengembangkan jiwa wirausaha civitas akademia IPB.

Pengembangan jiwa wirausaha tidak hanya ditujukan untuk mahasiswa IPB, melainkan juga bagi seluruh civitas akademia, bahkan IPB juga melakukan beberapa upaya pembinaan dan pengembangan jiwa wirausaha kepada masyarakat sebagai bentuk pengabdian lembaga pendidikan yang sesuai dengan tugas dan fungsi Tridharma Perguruan Tinggi. Berbagai upaya dilakukan untuk membangkitkan dan mengembangkan jiwa wirausaha. Salah satunya diwujudkan dengan melakukan pembinaan terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

UMKM merupakan salah satu pilar dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Oleh karenanya, IPB terus melakukan berbagai upaya untuk dapat terus meningkatkan kemampuan para Usaha Kecil Menengah (UKM) mitra binaannya agar menjadi tangguh dan mandiri. Untuk itu, IPB mendirikan beberapa lembaga Pembina UMKM, diantaranya adalah UPP-UKM yang bernaung dibawah bimbingan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) dan Career Development and Alumni Affairs IPB (CDA IPB) melalui Program

Mahasiswa Wirausaha (PMW).

4.1.1 Unit Pelayanan dan Pendampingan Usaha Kecil Menengah (UPP-UKM)

Unit Pelayanan dan Pendampingan Usaha Kecil Menengah (UPP-UKM) merupakan lembaga pembina UMKM yang beroperasi dibawah naungan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM). Lembaga ini berdiri dengan nama Lembaga Pendamping Usaha Kecil Menengah (LAPI UKM) LPPM IPB pada tahun 2006 dan disahkan dengan Surat Keputusan (SK) Kepala LPPM IPB Nomor: 021/K.13.11/PG/2006 tanggal 13 April 2006. Program

kemitraan yang dikelola LAPI UKM LPPM IPB terlaksana dengan baik. Tahun 2006-2008 sebanyak 67 (enam puluh tujuh) UKM binaan LPPM IPB telah berhasil memperoleh fasilitas kredit kemitraan PT BNI (Persero) Tbk.

Program pembinaan seperti pelatihan-pelatihan singkat tentang berbagai hal terkait dengan usaha para UKM mitra binaan, monitoring evaluasi (monev) terhadap UKM binaan juga telah mulai dilaksanakan sejak 2007. Kegiatan lain yang mulai dilaksanakan awal 2008 adalah kegiatan pelayanan konsultasi bagi UKM binaan. Kegiatan ini dirasakan sangat bermanfaat bagi para UKM yang memerlukan masukan-masukan dalam hal pengembangan usaha maupun pemecahan masalah usaha yang dihadapi. Untuk kegiatan ini dibuat jadwal piket bagi anggota tim LAPI UKM LPPM IPB di kantor sekretariat LAPI UKM LPPM IPB Gedung Penunjang Grawida (G1) Kampus IPB Dramaga.

Bulan Juli 2009 LAPI UKM LPPM IPB mulai mengkoordinir kegiatan pertemuan rutin UKM binaan LPPM IPB. Kegiatan ini telah membuahkan hasil yang baik yaitu dengan terbentuknya Paguyuban UKM Binaan IPB (PUKMB-IPB). Beberapa program paguyuban diantaranya ceramah pengusaha sukses dan promosi produk UKM binaan telah dilaksanakan. Seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan yang dikelola LAPI UKM LPPM IPB, maka fungsi dan tugas LAPI UKM LPPM IPB menjadi bertambah. Berdasarkan hal tersebut, maka tahun 2010 LAPI UKM LPPM IPB diubah namanya menjadi Unit Pelayanan dan Pendampingan Usaha Kecil Menengah (UPP-UKM).

Tujuan pendirian UPP-UKM adalah untuk memberikan pelayanan dalam hal pembinaan dan pendampingan kepada para UKM binaan IPB baik yang berada dibawah koordinasi LPPM IPB maupun Unit lainnya di lingkungan IPB

seperti Direktorat Bisnis Kemitraan IPB, Paguyuban Pensiunan IPB dan lain-lain, agar menjadi UKM yang tangguh dan mandiri.

4.1.2 Career Development and Alumni Affairs (CDA)

Carrer Development and Alumni Affairs (CDA) merupakan suatu lembaga

dibawah naungan IPB yang menjalankan fungsi utama membuka dan mengembangkan hubungan/jejaring IPB sebagai lembaga pendidikan tinggi kepada pasar tenaga kerja. Institut Pertanian Bogor dalam hal ini CDA IPB menempatkan pembinaan kewirausahaan sebagai salah satu program utamanya.

Kewirausahaan dapat menjadi alternatif pemecahan ketenagakerjaan terdidik sekaligus membuka lapangan kerja.

Salah satu upaya yang dilakukan CDA untuk mencapai tujuan ini adalah dengan menyelenggarakan Program Mahasiswa Wirausaha. Program ini merupakan bentuk kerjasama CDA dengan Dirjen Dikti Depdiknas yang dilaksanakan sejak tahun 2009. Program ini bertujuan untuk menjaring potensi berwirausaha di kalangan mahasiswa IPB untuk dikembangkan menjadi wirausaha yang sukses dengan memberikan bantuan modal usaha dalam jumlah yang memadai, pendampingan usaha, dan pembinaan yang terarah dengan melibatkan para pengusaha mitra, alumni, dan pihak lainnya yang berkompeten dalam pengembangan kewirausahaan.

Tujuan kegiatan pembinaan entrepreneur adalah (i) menumbuhkan minat mahasiswa dan alumni untuk berkarir sebagai seorang wirausaha, (ii) meningkatkan keterampilan praktis berwirausaha dan (iii) mencetak alumni yang siap berwirausaha.

4.2 Keanggotaan 4.2.1 UPP-UKM

UKM binaan IPB yang telah bergabung dengan UPP-UKM LPPM IPB sampai awal januari 2010 telah mencapai jumlah 166 (seratus enam puluh enam) unit UMKM. Sejumlah UMKM ini terdiri dari UMKM dengan jenis bidang usaha yang bervariasi, diantaranya adalah UMKM bidang usaha jasa boga (kantin, rumah makan, warteg, catering, dan beberapa jenis lainnya), jasa (salon kecantikan & rias pengantin, perbengkelan, rental, sewaan/kontrakan, dan beberapa jenis lainnya), kerajinan (sepatu sandal, handycraft, kerajinan, dan beberapa jenis lainnya), dan pertanian (budidaya perikanan, peternakan, dan beberapa jenis lainnya).

Keanggotaan UMKM jika dikelompokkan berdasarkan latar belakang pelaku usahanya, dapat dibedakan menjadi UMKM binaan LPPM IPB dari beberapa wilayah di Kota dan Kabupaten Bogor, UMKM binaan pusat-pusat LPPM IPB, UMKM paguyuban pensiunan IPB, UMKM para wirausaha muda (mahasiswa S1, S2 dan alumni IPB), UMKM binaan Bisnis Kemitraan IPB, serta UMKM binaan dari beberapa unit lainnya di lingkungan IPB.

4.2.2 Program Mahasiswa Wirausaha CDA

UKM binaan IPB yang telah bergabung dengan Program Mahasiswa Wirausaha binaan CDA saat ini berjumlah 83 unit UMKM. Keseluruhan jumlah ini juga terdiri dari jenis bidang usaha yang beragam, diantaranya adalah bidang usaha pangan, kerajinan, jasa, dan pertanian. Setiap unit UMKM dapat berupa usaha perseorangan ataupun kelompok dengan jumlah maksimal lima orang.

Masing-masing unit UMKM binaan CDA memiliki minimal satu orang dosen pembimbing yang akan memantau perkembangan dan kemajuan usaha.

UMKM yang terdaftar sebagai anggota binaan CDA memiliki hak atas pelayanan konsultasi usaha kepada pembimbing, mendapatkan modal pinjaman usaha, serta memiliki kesempatan untuk dipromosikan melalui pameran dagang dan berbagai upaya perluasan jaringan usaha.

4.3 Kegiatan Pembinaan UMKM 4.3.1 UPP-UKM

Beberapa kegiatan pembinaan yang dilaksanakan oleh UPP-UKM sebagai lembaga pembinaan, diantaranya adalah:

1. Kegiatan pengelolaan penyaluran kredit kemitraan PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk. sesuai dengan ketentuan pada Perjanjian Kerjasama antara PT BNI Tbk. Sentra Kredit Kecil Juanda Bogor dengan LPPM IPB. Hasil yang telah dicapai yaitu sebanyak 64 UKM berhasil memperoleh Kredit Kemitraan BUMN (KKB) PT BNI Tbk.

dengan besaran kredit mulai Rp7.000.000,00 (tujuh juta rupiah) sampai dengan Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah), bunga berkisar antara enam persen sampai delapan persen, jangka waktu angsuran tiga tahun.

Beberapa UKM binaan LPPM IPB diantaranya mendapatkan fasilitas KKB tanpa agunan.

2. Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) terhadap UKM binaan yang telah menjadi mitra PT.BNI Tbk. Monev dilakukan untuk memantau penggunaan kredit serta kemajuan dan perkembangan usaha.

3. Melaksanakan pembinaan melalui kegiatan pelatihan-pelatihan singkat bagi UKM binaan LPPM IPB. Beberapa jenis pelatihan yang pernah dilaksanakan, diantaranya adalah pelatihan pengelolaan keuangan dan pemasaran, pelatihan mengenai kebersihan pengolahan bahan baku makanan dan seni pengemasan dan penataan makanan, pelatihan pembukuan sederhana, pelatihan dan ceramah wirausaha muda muslim tentang pemasaran.

4. Kegiatan pelayanan terhadap UKM-UKM di wilayah sekitar kampus dan wilayah Bogor lainnya yang berminat mendaftarkan diri menjadi anggota binaan LPPM IPB.

5. Kegiatan Pelayanan Konsultasi UKM binaan LPPM IPB. Tujuan kegiatan ini adalah untuk membuka kesempatan kepada para UKM binaan yang memerlukan konsultasi dalam rangka perbaikan, pengembangan dan pemecahan masalah yang dihadapi selama menjalankan usaha.

6. Kegiatan pertemuan rutin UKM binaan IPB yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali di sekretariat UPP-UKM LPPM IPB, bertujuan untuk menambah erat tali silaturahmi antar para UKM binaan, memberi kesempatan para UKM binaan untuk dapat saling bertukar pikiran dan pengalaman mengenai pengelolaan usaha.

7. Kegiatan pameran yang dilaksanakan untuk memperkenalkan sekaligus mempromosikan dan menjual produk-produk UKM binaan LPPM IPB kepada pengunjung.

8. Penawaran dan perintisan kerjasama dengan berbagai BUMN pemerintah maupun swasta dalam Program Kredit Kemitraan BUMN kepada Usaha Kecil Menengah.

4.3.2 Program Mahasiswa Wirausaha CDA

Beberapa kegiatan pembinaan UMKM yang dilaksanakan CDA pada Program Mahasiswa Wirausaha diantaranya adalah:

1. Penyaluran pinjaman modal yang diberikan kepada seluruh UMKM binaan CDA. Dana pinjaman ini berasal dari Dirjen Dikti Depdiknas yang merupakan mitra kerja CDA dalam pembinaan Program Mahasiswa Wirausaha. Pinjaman modal ini diberikan secara perorangan yakni maksimal Rp8.000.000,00 (delapan juta rupiah) per orang.

2. Pelatihan peningkatan kapasitas pelaku usaha. Pelatihan ini dilaksanakan melalui kegiatan stadium general yang diperuntukkan bagi seluruh anggota UMKM binaan CDA. Beberpa pelatihan yang dilaksakan untuk meningkatkan kapasitas pelaku usaha diantaranya adalah pelatihan pembukuan keuangan, manajemen pemasaran, manajemen pengelolaan resiko, pelatihan kepemimpinan, dan beberapa jenis pelatihan dasar kewirausahaan lainnya.

3. Monitoring dan evaluasi (monev) yang dilakukan oleh pembina usaha secara berkala untuk menjamin keberlanjutan dan pengembangan usaha.

Dalam kegiatan ini, pelaku usaha diwajibkan memberikan laporan keuangan dan kemajuan usaha. Laporan ini kemudian akan dianalisis oleh pembina Program Mahasiswa Wirausaha untuk menguji kelayakan usaha.

4. Mengadakan pameran untuk mempromosikan hasil usaha. Dalam dua tahun periode kepengurusan Program Mahasiswa Wirausaha, CDA sempat beberapa kali mengadakan pameran dan memfasilitasi UMKM yang tergabung dalam keanggotaannya untuk berpartisipasi.

Penyelenggaraan pameran ini merupakan salah satu upaya komunikasi pemasaran yang dilakukan untuk memperkenalkan dan memasarkan hasil usaha.

5. Memperluas jejaring UMKM binaan CDA dengan memfaslitasi pertemuan beberapa UMKM dengan mitra usaha yang potensial dalam pembinaan hubungan kerjasama.

BAB V

GAMBARAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) MITRA BINAAN IPB

5.1 Latar Belakang Pendirian Usaha

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu wujud usaha yang tumbuh menjamur dan mendominasi sektor perindustrian Indonesia.

Eksistensi usaha ini dalam perekonomian negara dapat diperoleh dari usaha secara mandiri, maupun melalui berebagai program kemitraan. IPB menjalankan program kemitraan ini sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat.

Saat ini terdaftar 249 unit UMKM mitra binaan IPB. Jumlah ini terdiri dari 166 unit UMKM mitra binaan UPP-UKM dan 83 unit UMKM mitra binaan CDA melalui Program Mahasiswa Wirausaha. Keseluruhan unit usaha ini dapat dikelompokkan pada lima jenis bidang usaha, diantaranya adalah 75 unit UMKM bidang usaha pangan, 74 unit UMKM bidang usaha jasa, 51 unit UMKM bidang usaha pertanian, dan 49 unit UMKM bidang usaha kerajianan.

Pendirian UMKM, termasuk pemilihan jenis bidang usaha didasarkan atas berbagai latar belakang. Namun, berdasarkan jawaban keseluruhan responden, latar belakang pendirian usaha ini dapat dikategorikan menjadi tiga alasan utama, yaitu latar belakang ekonomi, peluang dan prospek usaha yang baik, serta alasan keturunan atau usaha warisan. Proporsi latar belakang pendirian usaha ini dapat dilihat pada persentase yang digambarkan pada Gambar 4.

Sebagian besar responden menjadikan alasan peluang dan prospek usaha sebagai alasan utama dalam pendirian UMKM.

menyebutkan alasan ekonomi. Artinya, usaha ini dijalankan sebagai strategi untuk bertahan hidup. Hal ini banyak dijumpai pada

dijalankan merupakan sumber nafkah bagi diri dan keluarganya. Kebanyakan dari mereka menyebutkan bahwa keputusan untuk berwirausaha diambil karena ketidakmampuan mereka untuk bekerja di se

menyebutkan warisan sebagai alasan dalam menjalankan usaha. Sementara itu, fokus bidang usaha yang dijalani ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan.

Dalam hal ini, sebagai besar responden menyebutkan alasan peluang dan prospek usaha, keterampilan dan hobi

5.2 Karakteristik Pelaku Usaha

Sebagian besar pengusaha UMKM menyebutkan alasan peluang dan prospek usaha sebagai latar belakang pendirian usaha. Hal ini relevan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar pendi

binaan IPB berpendidikan tinggi, meskipun beberapa diantaranya tergolong berpendidikan sedang dan rendah. UMKM mitra binaan IPB membuktikan

68%

Gambar

besar responden menjadikan alasan peluang dan prospek usaha san utama dalam pendirian UMKM. Beberapa diantaranya juga menyebutkan alasan ekonomi. Artinya, usaha ini dijalankan sebagai strategi untuk bertahan hidup. Hal ini banyak dijumpai pada UMKM masyarakat. Usaha yang dijalankan merupakan sumber nafkah bagi diri dan keluarganya. Kebanyakan dari mereka menyebutkan bahwa keputusan untuk berwirausaha diambil karena ketidakmampuan mereka untuk bekerja di sektor formal. Sebagian

ebutkan warisan sebagai alasan dalam menjalankan usaha. Sementara itu, fokus bidang usaha yang dijalani ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan.

Dalam hal ini, sebagai besar responden menyebutkan alasan peluang dan prospek usaha, keterampilan dan hobi pada bidang usaha tertentu.

Karakteristik Pelaku Usaha

Sebagian besar pengusaha UMKM menyebutkan alasan peluang dan prospek usaha sebagai latar belakang pendirian usaha. Hal ini relevan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar pendiri UMKM mitra binaan IPB berpendidikan tinggi, meskipun beberapa diantaranya tergolong berpendidikan sedang dan rendah. UMKM mitra binaan IPB membuktikan

5% 27%

ekonomi

peluang dan prospek usaha warisan

Gambar4. Latar Belakang Pendirian UMKM

Keterangan:

besar responden menjadikan alasan peluang dan prospek usaha Beberapa diantaranya juga menyebutkan alasan ekonomi. Artinya, usaha ini dijalankan sebagai strategi untuk UMKM masyarakat. Usaha yang dijalankan merupakan sumber nafkah bagi diri dan keluarganya. Kebanyakan dari mereka menyebutkan bahwa keputusan untuk berwirausaha diambil karena Sebagian kecil lainnya ebutkan warisan sebagai alasan dalam menjalankan usaha. Sementara itu, fokus bidang usaha yang dijalani ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan.

Dalam hal ini, sebagai besar responden menyebutkan alasan peluang dan prospek

Sebagian besar pengusaha UMKM menyebutkan alasan peluang dan prospek usaha sebagai latar belakang pendirian usaha. Hal ini relevan dengan ri UMKM mitra binaan IPB berpendidikan tinggi, meskipun beberapa diantaranya tergolong berpendidikan sedang dan rendah. UMKM mitra binaan IPB membuktikan

peluang dan prospek usaha

eksistensinya melalui penyerapan tenaga kerja. Rata yang diambil dari jum

responden mencapai s

dilihat dari hubungan tenaga kerja dengan pe persen tenaga kerja berasal dari orang lain yang tenaga kerja berasal dari kera

berasal dari keluarga. Hasil perhitungan in

Tenaga kerja yang terserap pada bidang usaha ini umumnya memiliki tingkat pendidikan formal rendah. Sebanyak 63.63 persen tenaga kerja dapat dikategorikan memiliki tingkat pendidikan rendah dan hanya 36.36 persen tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan formal tinggi. Ini berarti usaha yang dijalankan tidak membutuh

dari pendidikan formal.

21.22%

Gambar 5. Hubungan

melalui penyerapan tenaga kerja. Rata-rata penyerapan tenaga kerja yang diambil dari jumlah total tenaga kerja yang terserap oleh s

responden mencapai sembilan orang tenaga kerja untuk satu unit UMKM. Jika dilihat dari hubungan tenaga kerja dengan pemilik usaha, diketahui bahwa 66, persen tenaga kerja berasal dari orang lain yang belum dikenal, 21

tenaga kerja berasal dari kerabat pemilik usaha, sementara 12,13 persen lainnya berasal dari keluarga. Hasil perhitungan ini divisualisasikan pada Gambar 5

Tenaga kerja yang terserap pada bidang usaha ini umumnya memiliki tingkat pendidikan formal rendah. Sebanyak 63.63 persen tenaga kerja dapat dikategorikan memiliki tingkat pendidikan rendah dan hanya 36.36 persen tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan formal tinggi. Ini berarti usaha yang dijalankan tidak membutuhkan keahlian khusus yang hanya mungkin didapatkan dari pendidikan formal.

Gambar 5. Hubungan Tenaga Kerja dengan Pemilik UMKM

Keterangan:

rata penyerapan tenaga kerja lah total tenaga kerja yang terserap oleh seluruh UMKM embilan orang tenaga kerja untuk satu unit UMKM. Jika milik usaha, diketahui bahwa 66,67 belum dikenal, 21,22 persen 13 persen lainnya i divisualisasikan pada Gambar 5.

Tenaga kerja yang terserap pada bidang usaha ini umumnya memiliki tingkat pendidikan formal rendah. Sebanyak 63.63 persen tenaga kerja dapat dikategorikan memiliki tingkat pendidikan rendah dan hanya 36.36 persen tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan formal tinggi. Ini berarti usaha yang kan keahlian khusus yang hanya mungkin didapatkan

orang lain kerabat keluarga

Tenaga Kerja dengan Pemilik UMKM

Keterangan:

5.3 Hambatan Pengembangan Usaha

UMKM merupakan jenis usaha yang dijalankan dengan kesederhanaan, jauh dari kompleksitas layaknya usaha besar. Meskipun demikian, UMKM sebagai unit usaha tidak luput dari kendala yang menghambat pengembangan usahanya. Berbagai kendala yang dihadapi UMKM dapat dikelompokkan pada beberapa kendala besar yan

Berdasarkan Gambar 6

dalam pengembangan usaha adalah masalah pemasaran. Beberapa responden mengalami keterbatasan pengetahuan dan informasi dalam hal pemasaran. Lokasi produksi yang jauh dari target pasar juga seringkali memperparah kondisi ini.

Masalah lain yang hampir d

modal dan pendanaan. Terbatasnya modal dan pendanaan mengakibatkan keterbatasan anggaran pemasaran. Ketersediaan dana yang kurang memadai seringkali diprioritaskan untuk keperluan produksi.

Masalah lain yang c UMKM dalam bidang teknol

yang dikembangkan umumnya adalah usaha sederhana, namun dalam upaya pengembangan usaha dan peningkatan daya saing, UMKM membutuhkan

23.34%

10%

Gambar

Hambatan Pengembangan Usaha

UMKM merupakan jenis usaha yang dijalankan dengan kesederhanaan, jauh dari kompleksitas layaknya usaha besar. Meskipun demikian, UMKM aha tidak luput dari kendala yang menghambat pengembangan usahanya. Berbagai kendala yang dihadapi UMKM dapat dikelompokkan pada beberapa kendala besar yang divisualisasikan pada Gambar 6.

Gambar 6, diketahui bahwa kendala terbesar

dalam pengembangan usaha adalah masalah pemasaran. Beberapa responden mengalami keterbatasan pengetahuan dan informasi dalam hal pemasaran. Lokasi produksi yang jauh dari target pasar juga seringkali memperparah kondisi ini.

Masalah lain yang hampir dirasakan oleh setiap UMKM adalah keterbatasan modal dan pendanaan. Terbatasnya modal dan pendanaan mengakibatkan keterbatasan anggaran pemasaran. Ketersediaan dana yang kurang memadai seringkali diprioritaskan untuk keperluan produksi.

Masalah lain yang cukup menghambat pengembangan usaha dirasakan UMKM dalam bidang teknologi dan sumber daya manusia. Meskipun jenis usaha yang dikembangkan umumnya adalah usaha sederhana, namun dalam upaya pengembangan usaha dan peningkatan daya saing, UMKM membutuhkan

56.67%

Gambar 6. Hambatan dalam Pengembangan Usaha

Keterangan:

UMKM merupakan jenis usaha yang dijalankan dengan kesederhanaan, jauh dari kompleksitas layaknya usaha besar. Meskipun demikian, UMKM aha tidak luput dari kendala yang menghambat pengembangan usahanya. Berbagai kendala yang dihadapi UMKM dapat dikelompokkan pada

, diketahui bahwa kendala terbesar yang dirasakan dalam pengembangan usaha adalah masalah pemasaran. Beberapa responden mengalami keterbatasan pengetahuan dan informasi dalam hal pemasaran. Lokasi

, diketahui bahwa kendala terbesar yang dirasakan dalam pengembangan usaha adalah masalah pemasaran. Beberapa responden mengalami keterbatasan pengetahuan dan informasi dalam hal pemasaran. Lokasi