• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

4 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kondisi Geografis dan Luas Wilayah

Secara geografis Kabupaten Konawe terletak di bagian selatan khatulistiwa

dengan posisi koordinat sekitar 02°45΄ hingga 04°15΄ Lintang Selatan dan 121°15΄ hingga 123°30΄ Bujur Timur. Kabupaten Konawe berada di daratan Pulau Sulawesi.

Luas wilayah daratan sekitar 6.666,52 Km² atau 24,24 persen dari luas wilayah daratan Sulawesi Tenggara. Wilayah Kabupaten Konawe meliputi 30 Wilayah Kecamatan yang terdiri atas 338 desa/kelurahan.

Karakteristik wilayah Kabupaten Konawe yang bergunung dan berbukit dan diapit daratan rendah sangat potensial untuk pengembangan sektor pertanian. Beberapa sungai besar yang berada di wilayah Kabupaten Konawe, yaitu sungai Konaweha dan sungai Lahumbuti, sangat potensial dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian, irigasi, pembangkit tenaga listrik dan budidaya ikan air tawar. Sungai Konaweeha memiliki debit air ± 200 M³ dan telah dibangun bendungan air Wawotobi yang dimanfaatkan untuk mengairi ± 18.000 hektar sawah. Selain Sungai-sungai besar tersebut, terdapat pula rawa Aopa yang sangat potensial untuk mengembangkan perikanan darat.

Keadaan iklim Kabupaten Konawe pada umumnya hampir sama dengan wilayah lain di Sulawesi yang mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan suhu udara berkisar 20°C - 33°C. Musim hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember dan Maret, pada bulan-bulan tersebut angin barat yang bertiup dari Asia dan Samudra Pasifik mengandung banyak uap air. Sedang musim kemarau terjadi mulai bulan Mei sampai bulan Oktober, pada bulan-bulan ini angin timur yang bertiup dari Australia kurang mengandung uap air.

Topografi

Kondisi topografi yang terdapat pada lokasi penelitian pada umumnya didominasi oleh topografi berbukit dan bergunung yang diapit dataran rendah yang sangat potensial untuk pengembangan sektor pertanian. Berdasarkan garis ketinggian menurut hasil penelitian pada areal seluas 1.556.160 ha, wilayah Kabupaten Konawe dapat dibedakan atas 5 kelas. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Luas Daratan Menurut Ketinggian di Atas Permukaan Air Laut (Kab. Konawe dalam Angka Tahun 2013)

Tinggi di Atas Permukaan Laut (dpl) Luas Daratan (ha) Persentase (%) 0 – 25 492.022 8,11 25 – 100 312.861 31,62 100 – 500 126.157 39,38 500 – 1000 212.620 13,66 >1000 112.500 7,23 Jumlah 1.556.160 100,00

Batas administrasi wilayah Kabupaten Konawe disajikan pada Gambar 17.

Kondisi topografi pada lokasi penelitian didominasi oleh kelerengan dari 3- 15 % dengan luas sekitar 507.496 ha atau 32,61% dari total wilayah. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini;

Tabel 10 Kondisi Topografi Kabupaten Konawe (Kab. Konawe dalam Angka Tahun 2006) Kelas Lereng (%) Kemiringan ( o ) Luas (ha) Persen (%) 0 – 2 0,0 – 1,8 474.897 30.52 3 – 15 1,8 – 13,5 507.496 32,61 16 – 40 13,5 – 36,0 425.310 27,33 >40 36,0 – 90,0 148.460 9,54 Jumlah 1.556.163 100 Kondisi Iklim

Seperti daerah-daerah lain di Indonesia, di Kabupaten Konawe dikenal dua musim yaitu musim Kemarau dan musim Penghujan. Keadaan musim banyak dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup diatas wilayahnya. Pada bulan Nopember sampai sampai dengan Maret, angin banyak mengandung uap air yang berasal dari benua Asia dan samudera Pasifik, setelah sebelumnya melewati beberapa lautan. Pada bulan-bulan tersebut terjadi musim Penghujan. Sekitar bulan April, arus angin

selalu tidak menentu dengan curah hujan kadang-kadang kurang dan kadang-kadang lebih. Musim ini oleh para pelaut setempat dikenal dengan musim

Pancaroba. Sedangkan pada bulan Mei sampai dengan Agustus, angin bertiup dari arah Timur yang berasal dari benua Australia kurang mengandung uap air. Hal ini mengakibatkan minimnya curah hujan di daerah ini. Pada bulan Agustus sampai dengan Oktober terjadi musim kemarau. Sebagai akibat perubahan kondisi alam yang sering tidak menentu, keadaan musim juga sering menyimpang dari kebiasaan.

Curah Hujan

Curah hujan di Kabupaten Konawe tahun 2010 mencapai 3.285 mm dalam 162 hari hujan atau lebih tinggi dari tahun 2009 dengan curah hujan 1.166 mm dalam 87 hari hujan. Curah hujan di Kabupaten Konawe dapat dibagi atas tiga bagian yaitu :

a. Pola curah hujan tahunan antara 0 – 1.500 mm terdapat di bagian selatan dan sedikit di bagian tengah yang meliputi sebagian Kecamatan Unaaha.

b. Pola curah hujan tahunan antara 1.500 – 1.900 mm terdapat di bagian tengah dan sedikit di bagian utara, meliputi Kecamatan Lambuya, Soropia, Sampara, Wawotobi, dan Unaaha.

Pola curah hujan lebih dari 1.900 mm terdapat di bagian tengah yaitu di Kecamatan Unaaha. Untuk lebih rincinya distribusi curah hujan dalam kurun waktu 6 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 11 dan Gambar 18 di bawah ini;

Tabel 11 Rata-rata Curah Hujan dalam kurun waktu 7 tahun di Stasiun Abuki Kabupaten Konawe (PUSAIR Bandung)

No. Bulan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 CH CH CH CH CH CH CH (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) 1 Januari 117 186 139 139 123 266 93 2 Februari 146 90 209 220 197 153 48 3 Maret 260 200 237 312 236 0 109 4 April 169 247 60 170 206 0 79 5 Mei 112 314 144 314 233 123 165 6 Juni 235 239 65 785 106 263 145 7 Juli 148 112 0 188 220 269 674 8 Agustus 121 121 108 290 36 75 39 9 September 6 169 15 118 50 43 28 10 Oktober 24 164 0 432 10 11 38 11 November 173 242 10 153 123 63 101 12 Desember 90 228 179 164 192 128 94 Jumlah 1601 2312 1166 3285 1732 1394 1612 Rata-rata 133.42 192.67 97.17 273.75 144.33 116.17 134.30

Gambar 18 Diagram Rata-rata Curah Hujan di Kabupaten Konawe dari tahun 2006 - 2013 pada Stasiun Abuki Kab. Konawe (Pusair Bandung)

Suhu Udara

Suhu Udara dipengaruhi oleh berbagai faktor. Perbedaan ketinggian dari permukaan laut mengakibatkan perbedaan suhu untuk masing-masing tempat dalam suatu wilayah. Secara keseluruhan, Kabupaten Konawe merupakan daerah bersuhu tropis. Menurut data yang diperoleh dari Pangkalan Udara Haluoleo Kendari, selama tahun 2010 suhu udara maksimum 33,8 oC dan minimum 15,4 oC atau dengan rata-rata 32,8 oC dan 19,1 oC. Tekanan udara rata-rata 1.009,0 milibar dengan kelembaban udara rata-rata 87,2 persen. Kecepatan angin pada umumnya berjalan normal yaitu disekitar 3,58 M/det.

Hidrogeologi

Pembahasan kondisi hidrogeologi (perilaku air tanah ditinjau dari sudut geologi) di kabupaten Konawe ini, bersumber dari hasil penelitian lapangan yang dikompilasikan dengan laporan penyelidikan hidrogeologi Kabupaten Kendari oleh Direktorat Jenderal Geologi Tata Lingkungan.

Wilayah Air Tanah

Penyebaran dan cara keterdapatan air tanah di kabupaten Konawe dipengaruhi oleh keadaan topografi, jenis batuan, porositas batuan, rekahan/celah batuan, struktur geologi dan faktor curah hujan. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka sistem wilayah air tanah di kabupaten Konawe dapat dibagi menjadi 2 kategori wilayah, yaitu :

a. Berdasarkan Komposisi Batuan dan Kelulusannya, terdiri atas : 1) Aluvium

Kelulusan sedang hingga tinggi pada material kasar. Kelulusan rendah hingga sangat rendah pada material lempungan. Meliputi daerah dibagian timur kabupaten Konawe yaitu di sekitar pantai timur dan di sekitar daerah aliran sungai seperti S. Konaweeha, S. Sampara dan S. Lahumbuti.

2) Konglomerat dan Batupasir lepas hingga setengah padu

Kelulusan umumnya rendah hingga sedang. Meliputi daerah di kecamatan Abuki dan Routa.

3) Batugamping Terumbu

Kelulusan rendah – sedang, tergantung pada banyaknya rekahan. Meliputi daerah di bagian tenggara wilayah Kabupaten Konawe tepatnya di Kecamatan Sampara, Bondoala dan Soropia.

4) Konglomerat, batupasir dan batulempung

Kelulusan rendah hingga sedang. Meliputi daerah di bagian tenggara daerah penelitian yaitu di Kecamatan Bondoala, Meluhu, Amonggedo, Wonggeduku, Besulutu dan sebagian Pondidaha.

5) Pualam batugamping meta dan batuan metamorf

Kelulusan umumnya rendah hingga sangat rendah. Meliputi daerah di bagian barat wilayah Kabupaten Konawe tepatnya di Kecamatan Tongauna, Abuki dan Latoma.

6) Komplek Ultramafik

Kelulusan umumnya rendah hingga sangat rendah. Meliputi daerah di bagian utara dan timur laut daerah Kabupaten Konawe tepatnya di Routa.

b. Berdasarkan Keterdapatan Air Tanah dan Produktivitas Akuifer, terdiri atas : 1) Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir

 Akuifer dengan produktifitas sedang, penyebaran luas.

Akuifer dengan keterusan sedang, muka air tanah bebas beragam antara 0,2 sampai 6 m di bawah permukaan tanah, debit sumur umumnya kurang dari 5 ltr/detik. Meliputi daerah di sekitar daerah aliran sungai dan di sekitar muara sungai seperti S. Lahumbuti dan S. Sampara tepatnya di kecamatan Unaaha, Wawotobi, Wonggeduku, Tongauna, Uepai, Meluhu, Sampara dan Pondidaha.

 Setempat akuifer produktif

Akuifer tidak menerus, tipis dan rendah keterusannya, muka air tanah umumnya dangkal, debit sumur kurang dari 5 ltr/dtk. Meliputi daerah di sekitar daerah aliran S. Konaweeha tepatnya di kecamatan Abuki, Latoma, Lambuya, dan Wonggeduku.

2) Akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan dan saluran  Akuifer dengan produktifitas sedang

Aliran air tanah terbatas pada zona celahan, rekahan dan saluran pelarutan, debit sumur diperkirakan kurang dari 5 liter/det. Meliputi daerah yang tersusun oleh litologi batugamping dan batugamping terumbu seperti di kecamatan Soropia.

3) Akuifer (bercelah atau sarang), produktifitas kecil  Akuifer dengan produktifitas kecil, setempat berarti

Umumnya keterusan sangat rendah, setempat air tanah dangkal dalam jumlah terbatas dapat diperoleh pada zona pelapukan batuan padu. Meliputi daerah yang tersusun oleh batuan sarang atau batuan berpori, baik oleh pori-pori primer atau pori-pori sekunder seperti batugamping dan batuan sedimen klastik.

· Daerah air tanah langka atau tak berarti, meliputi daerah di hampir seluruh wilayah kabupaten Konawe yang tersusun oleh batuan kristalin seperti batuan beku dan batuan metamorf yang sifatnya tidak lulus air.

Penyebaran Air Tanah

Penyebaran air tanah di kabupaten Konawe secara umum dapat dikelompokkan atas : wilayah air tanah pantai, wilayah air tanah cekungan, wilayah air tanah perbukitan dan wilayah air tanah antar perbukitan.

a. Wilayah Air Tanah Pantai

Wilayah ini menempati daerah sekitar utara, serta sekitar pantai timur kabupaten Konawe. Wilayah ini berada pada ketinggian tidak lebih dari 25 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan relatif datar, yaitu sekitar 0o

– 3o. Air tanah bebas di wilayah ini umumnya tidak lebih dari 7 meter di bawah permukaan, kecuali di beberapa tempat di daerah ini (sebagian Soropia), telah terjadi penyusupan air laut. Penyusupan air laut bervariasi, tergantung dari batuan penyusun, struktur, topografi dan luas daerah rawa, di daerah ini penyusupan berkisar 1 km dari garis pantai. Kedudukan muka air tanah bebas berkisar 1 – 5 meter di bawah permukaan tanah, di daerah inipun banyak dijumpai mata air (springs).

b. Wilayah Air Tanah Cekungan

Penyebaran wilayah air tanah ini, berada pada bagian selatan daerah penelitian dengan ketinggian tidak lebih dari 25 meter di atas permukaan laut, dengan bentuk medan hampir datar. Di daerah penyelidikan, wilayah air tanah cekungan berupa tanah persawahan, ladang, di beberapa tempat membentuk rawa. Kedudukan muka air tanah bebas di wilayah air tanah ini berkisar antara 1 – 2,5 m di bawah permukaan tanah. Penyebaran wilayah air tanah cekungan ini dapat dijumpai di daerah Lambuya, Puriala, Wawotobi, Unaaha, Anggaberi dan Tongauna.

c. Wilayah Air Tanah Perbukitan

Wilayah air tanah ini tersebar luas di daerah penyelidikan, yaitu di bagian utara di kecamatan Routa. Di bagian selatan meliputi daerah di kecamatan Lambuya, Pondidaha. Wilayah air tanah ini berada pada ketinggian 25 – 400 meter di atas permukaan laut, dengan bentang alam perbukitan. Sungai-sungai yang mengalir di daerah ini umumnya merupakan hulu-hulu sungai yang alirannya mengarah ke wilayah air tanah pantai dan cekungan. Permukaan air tanah bebas di wilayah ini bervariasi sesuai dengan litologi dan topografinya, antara 5 – 15 meter di bawah permukaan tanah, namun di beberapa tempat banyak dijumpai mata air, meskipun dalam debit yang kecil.

d. Wilayah Air Tanah Antar Perbukitan

Wilayah air tanah antar perbukitan banyak dijumpai di daerah penelitian, meskipun hanya pada daerah-daerah sempit, yang meliputi daerah kecamatan Pondidaha dan Soropia.

Pemanfaatan Air Tanah

Sumberdaya air tanah yang ada di daerah penelitian baik air tanah bebas, air permukaan maupun air tanah dalam, secara umum telah dimanfaatkan. Air permukaan berupa sungai telah dimanfaatkan untuk bendungan dan atau pengairan bagi persawahan di sekitar kota Unaaha yaitu bendung Wawotobi yang dilakukan dengan membendung aliran air sungai Konaweha. Selain itu, sungai Sampara juga telah dimanfaatkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kota Kendari dan sekitarnya. Sedangkan Sungai Solomeronda dimanfaatkan oleh PDAM Kab. Konawe untuk kebutuhan air minum di kota Unaaha dan sekitarnya. Air tanah bebas sejauh ini hanya dipergunakan oleh masyarakat umum untuk keperluan sehari-hari, sedangkan air tanah dalam dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan dan kantor serta sarana umum lainnya melalui sumur bor.

Jenis Tanah

Adapun jenis tanah Kabupaten Konawe meliputi tanah Latosol dengan luas 363.380 ha atau 23,35 persen, tanah Podzolik dengan luas 438.110 ha atau 28,15 persen, tanah Organosol seluas 73.316 ha atau 4,71 persen, tanah Mediteran seluas 52.888 ha atau 3,39 persen, tanah Aluvial seluas 74.708 ha atau 4,80 persen, dan tanah Campuran seluas 553.838 ha atau 35,59 persen. Jenis tanah pada Kabupaten Konawe disajikan pada Gambar 19 dan Tabel 12.

Tabel 12 Jenis tanah pada Kabupaten Konawe (Peta Tanah Tinjau tahun 1967)

No. Jenis tanah Luas (ha)

(Ha) Persentase (%) 1. Latosol 363.380 23.35 2. Podzolik 438.110 28.15 3. Organosol 73.316 4.71 4. Mediteran 52.808 3.39 5. Aluvial 74.708 4.80 6. Intisol 553.838 35.59 Jumlah 1.556.160 100 Hidrologi

Kabupaten Konawe mempunyai beberapa sungai besar yang cukup potensial untuk pengembangan pertanian, irigasi dan pembangkit tenaga listrik seperti: Sungai Lahumbuti dan Sungai Konaweha. Sungai Konaweha mempunyai debit air ± 200 m3 per detik. Dari sana telah dibangun Bendung Wawotobi yang mampu mengairi sawah seluas ± 18.000 hektar. Selain sungai-sungai yang telah disebutkan diatas terdapat pula Rawa Aopa yang sangat potensial untuk pengembangan usaha perikanan darat. Salah satu fokus penelitian ini adalah Sub DAS Konaweha yang merupakan sumber air baku PDAM Kabupaten Konawe.

1. Air Permukaan

Air permukaan adalah air yang muncul atau mengalir di permukaan, seperti mata air, danau, sungai, dan rawa. Pada data air permukaan ini masing- masing jenis sumber air tersebut hendaknya diikuti besaran atau debitnya sehingga dapat terlihat potensi air permukaan secara umum. Khusus untuk sungai, disajikan lengkap dengan Wilayah Sungai (WS) serta Daerah Aliran Sungai (DAS) karena masing-masing WS umumnya mempunyai karakteristik berbeda. Demikian juga dengan DAS yang diharapkan dapat memberikan gambaran potensi sungai sampai orde yang terkecil.

Data sungai ini juga dilengkapi dengan pola aliran, arah aliran air permukaan pada masing-masing DAS, dan kerapatan sungai yang secara tidak langsung akan memperlihatkan aktivitas sungai tersebut baik pengaliran maupun pengikisannya.

2. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Sungai adalah sistem pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi pada kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. Daerah Pengaliran Sungai adalah suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah, dimana air meresap dan/atau mengalir melalui sungai dan anak-anak sungai yang bersangkutan. Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Konawe disajikan pada Gambar 20.

Daerah Aliran Sungai yang melalui Kabupaten Konawe adalah Wilayah Sungai Lasolo-Konaweha dengan sub wilayah sungai terdiri dari SWS Konaweha dan SWS S. Lahumbuti. SWS Lasolo-Konaweha mempunyai 63 DPS dengan jumlah total luas DPS 14.979,6 km2 dan total panjang sungainya 847,2 km.

3. Air Tanah

Air tanah terdiri atas air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal adalah air tanah yang umum digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air bersih berupa sumur-sumur, sehingga untuk mengetahui potensi air tanah bebas ini perlu diketahui kedalaman sumur-sumur penduduk dan kemudian dikaitkan dengan sifat fisik tanah/batunya dalam kaitannya sebagai pembawa air. Selain besarannya air tanah ini, perlu diketahui mutunya secara umum dan jika memungkinkan hasil pengujian mutu air dari laboratorium. Sedangkan air tanah dalam adalah air tanah yang memerlukan teknologi tambahan untuk pengadaannya. Secara umum dapat diketahui dari kondisi geologinya yang tentunya juga memerlukan pengamatan struktur geologi yang cermat.

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Kabupaten Konawe dibedakan menjadi: lahan sawah, lahan untuk bangunan dan halaman sekitarnya, tegal/kebun/ladang/ huma, padang rumput, tambak/kolam/empang, lahan untuk tanaman kayu-kayuan rakyat, hutan negara, perkebunan, lahan yang sementara tidak diusahakan, rawa yang tidak ditanami dan lain sebagainya. Pada tahun 2010, luas wilayah di daratan Kabupaten Konawe adalah 679.245 hektar dengan presentase tertinggi digunakan sebagai hutan negara yaitu sekitar 50,79 persen atau sekitar 344.989 hektar, sedangkan untuk tanah sawah mencapai 42.114 hektar atau sekitar 6,20 persen. Data selengkapnya disajikan pada Gambar 21.

Sumber: BPS Kab. Konawe (2011)

Data pada Gambar 22 menunjukkan bahwa penggunaan lahan di Kabupaten Konawe pada tahun 2010 didominasi oleh kawasan hutan yaitu hutan negara yakni 51 persen. Kemudian menyusul perkebunan sekitar 9 persen. Selain itu penggunaan lahan juga ditujukan untuk usaha-usaha ekonomi produktif seperti tegal atau kebun 5 persen, dan ladang 3 persen.

Kependudukan

Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Konawe sebanyak 241.982 jiwa, atau diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 6.057 jiwa selama periode 2000-2010. Kenaikan yang relatif sedikit ini disebabkan oleh pemekaran Kabupaten Konawe Selatan pada tahun 2002 dan pemekaran Kabupaten Konawe Utara pada tahun 2007.

Berdasarkan data tersebut, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Konawe sebesar 1,93 persen per tahun, atau lebih rendah dari pertumbuhan penduduk dalam dasawarsa 1990-2000 sekitar 2,47 persen; juga lebih rendah dibanding pertumbuhan penduduk Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu yang sama sebesar 2,31 persen. Data selengkapnya disajikan pada Gambar 22.

Gambar 22 Perkembangan Jumlah Penduduk Kab. Konawe Tahun 2000-2010 Secara umum kepadatan penduduk Kabupaten Konawe mengalami peningkatan dari 35,0 jiwa per kilometer persegi tahun 2009 menjadi 35,6 jiwa pada tahun 2010. Konsentrasi penduduk yang tidak merata masih merupakan ciri yang paling menonjol dari penduduk Kabupaten Konawe. Hal ini ditandai dengan besarnya perbedaan kepadatan antara kecamatan satu dengan yang lainnya. Kecamatan Unaaha, Kecamatan Soropia, dan Kecamatan Lalonggasumeeto merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan jauh diatas rata-rata, masing-masing 200,5 jiwa, 179,4 jiwa, dan 106,9 jiwa per kilometer persegi. Sementara Kecamatan Routa, Asinua, dan Latoma memiliki tingkat kepadatan masing-masing 3,1 jiwa, 6,1 jiwa per kilometer persegi dan 6,6 jiwa per kilometer persegi.

Tabel 13 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2010

Sumber: BPS Kab. Konawe, Sensus Penduduk Tahun 2010

Kondisi Infrastruktur Permukiman

Kecenderungan perkembangan permukiman sangat dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut: 1). Aksesibilitas atau pencapaian lahan, 2). Pengelompokan permukiman dengan aktivitas yang ada, dan 3). Batasan fisik dasar.

Berdasarkan pemanfaatan lahan kota, perkembangan dominan permukiman mengarah pada kawasan yang mudah dijangkau oleh transportasi dan memiliki aksesibilitas terhadap fasilitas-fasilitas pelayanan seperti perkantoran dan perdagangan. Sehingga nampak bahwa perkembangan permukiman terjadi di daerah pusat kota, sub pusat kota dan di sepanjang jalur jalan.

Perkembangan permukiman akibat pengelompokan dengan aktivitas, mendorong terjadinya kawasan dengan fungsi campuran. Keadaan ini dapat kita lihat pada kawasan pusat kota Unaaha yang berfungsi sebagai pusat perkantoran, perdagangan dan jasa, serta pada kawasan kelurahan Wawotobi yang menjadi sub pusat kota dengan fungsi perdagangan dan jasa dimana di sekitar kawasan tersebut permukiman juga tumbuh dengan cepat.

Oleh karena kondisi fisik dasar kota Unaaha yang memiliki daerah dengan topografi yang relatif datar serta tersedianya jaringan jalan yang luas ke berbagai wilayah kota, maka di beberapa wilayah terjadi titik-titik pertumbuhan kota. Hal ini dapat kita lihat di kelurahan Sendang Mulyasari, Wawonggole, Unaasi dan Sanggona. Namun akibatnya adalah bahwa persebaran permukiman juga menjadi sangat luas sehingga akan menimbulkan permasalahan pada pemenuhan prasarana dasar seperti listrik dan air bersih.

Di daerah pusat kota dan sub pusat kota, kondisi kepadatan bangunan cukup tinggi, drainase lingkungan yang hampir tidak ada serta semakin terbatasnya lahan resapan dari air limbah. Hal ini menyebabkan seringkali terjadinya genangan di lingkungan permukiman padat pada saat terjadi hujan. Adapun peta permukiman Kab. Konawe seperti yang terlihat pada Gambar 23.

Kondisi Infrastruktur Air Bersih Kabupaten Konawe

Air merupakan kebutuhan primer bagi kehidupan manusia sehari-hari, maka pemenuhan kebutuhan air bersih mutlak diperlukan. Pada dasarnya setiap rumah harus disediakan air minum yang cukup dan memenuhi persyaratan. Berkenaan dengan itu, air yang akan digunakan untuk air minum, selayaknya mendapatkan rekomendasi dari PDAM atau instansi yag berwenang.

Untuk menentukan banyaknya kebutuhan air bersih suatu lingkungan permukiman terdapat ketentuan bahwa besarnya debit air untuk orang dalam satu hari adalah sebesar 150 liter (LPMB, 1970). Untuk penggunaan sumber air bersih dari sumur gali, sesuai dengan pedoman teknik pembangunan rumah sederhana, jarak aman antara sumur dengan septic tank adalah minimal 10 m, sedangkan jarak aman dengan beerput adalah minimal 15 meter.

Kebutuhan air bersih masyarakat kota Unaaha diperoleh melalui PDAM, sumur gali, dan sumur dalam (artesis). Secara umum, masyarakat kota Unaaha menggunakan sumur gali dalam pemenuhan air bersih. Untuk pelayanan air bersih, PDAM kota Unaaha memiliki intake yang berasal dari sungai Konaweha dengan kapasitas I adalah 10 liter/detik dan kapasitas II sebesar 20 liter/detik. Sehingga kapasitas keseluruhan adalah 30 liter/detik atau 2.592.000 liter/hari.

Tabel 15 Jumlah Produksi dan Pelanggan PDAM Kab. Konawe Tahun 2010

Jenis Penggunaan Banyaknya Pelanggan (Unit) Volume air disalurkan (m3) Nilai Penjualan (Rp)

Rumah tempat tinggal 1.574 122.980 680.552.848

Tempat peribadatan 35 2.995 17.615.961

Toko, perusahaan industri 21 3.457 33.373.716

Umum 2 24 600.914

Instansi Pemerintah 48 8.898 42.429.664

Jumlah 2010 1.681 138.354 774.573.103

Jumlah 2009 1.164 17.477 61.595.196

Jumlah 2008 1.651 261.040 338.556.140

Sumber : BPS Kab. Konawe (2010)

Berdasarkan data pada Tabel 15 di atas, jumlah volume air yang disalurkan PDAM setiap harinya adalah 205,2 m3 atau 205.200 liter/hari. Bila kita bandingkan dengan kapasitas air bersih PDAM sebesar 2.592.000 liter/hari maka kapasitas air yang disalurkan hanya sebesar 7,92%. Jaringan distribusi PDAM saat ini, umumnya berada di pusat kota dan sepanjang jalan primer serta ke fungsi utama kota seperti