BAB 6 Analisis Kelayakan Usaha
A. Konsep Dasar Analisis Kelayakan Usaha
1. Pengertian Analisis Kelayakan Usaha
Studi kelayakan usaha adalah pengkajian layak-tidaknya bisnis yang dilaksanakan. Studi ini membahas berbagai konsep dasar yang berkaitan dengan keputusan dan proses pemilihan proyek bisnis agar memberikan manfaat ekonomi dan sosial.1 Studi kelayakan bisnis atau studi kelayakan proyek adalah penelitian dapat-tidaknya proyek dilaksanakan dengan berhasil.
Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam, bertujuan menentukan kemanfaatan atau tidaknya usaha yang akan dijalankan. Kelayakan berarti usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan nonfinansial sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Layak karena memberikan keuntungan bagi perusahaan yang menjalankannya, bagi investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat.2
Investasi yang akan ditanamkan dinyatakan telah layak untuk dikelola karena akan memberikan manfaat. Untuk menentukan layak atau tidaknya usaha diperlukan perhitungan dan asumsi-asumsi dari
1 Yasin Sulchan, Kamus Pintar Bahasa Indonesia dengan EYD dan Konstanta Baru, Surabaya: Amanah, 1995, hlm. 137.
segi keuangan perusahaan, sumber daya manusia, dan mekanisme pasar. Oleh sebab itu, proyek diadakan supaya dapat memberikan keuntungan ataupun manfaat berdasarkan perencanaan proyek dan pelbagai pertimbangan yang telah dikaji secara rasional dan komprehensif.
2. Tujuan dan Manfaat Hasil Studi Kelayakan Usaha
a. Tujuan studi kelayakan usaha
Tujuan studi kelayakan usaha, yaitu sebagai berikut.3
1) Menghindari risiko kerugian; studi kelayakan bertujuan untuk menghindari risiko kerugian pada masa yang akan datang, yang penuh ketidakpastian. Kondisi ini yang dapat diramalkan akan terjadi atau terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam hal ini, fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalkan risiko yang diinginkan, baik risiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.
2) Memudahkan perencanaan; ramalan yang terjadi pada masa yang akan datang dapat mempermudah kita dalam melakukan perencanaan. Perencanaan meliputi:
a) Berapa jumlah dana yang diperlukan? b) Kapan usaha akan dijalankan?
c) Di mana lokasi usaha akan dibangun? d) Siapa yang akan melaksanakannya? e) Bagaimana cara menjalankannya?
f) Berapa besar keuntungan yang akan diperoleh?
g) Bagaimana mengawasinya jika terjadi penyimpangan? 3) Memudahkan pelaksanaan pekerjaan; berbagai rencana yang sudah
disusun sangat memudahkan pelaksanaan usaha. Pengerjaan usaha dapat dilakukan secara sistematik sehingga tepat sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah disusun. Rencana yang sudah disusun dijadikan acuan dalam mengerjakan setiap tahap yang sudah direncanakan.
4) Memudahkan pengawasan; pelaksanaan usaha atau proyek yang sesuai dengan rencana akan memudahkan perusahaan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan dari rencana yang telah disusun. Dengan adanya pengawasan, pelaksana usaha dapat sungguh-sungguh melakukan pekerjaannya karena merasa ada pihak yang mengawasi sehingga tidak terlambat oleh hal-hal yang tidak perlu.
5) Memudahkan pengendalian; pengawasan dalam pelaksanaan pekerjaan dapat mendeteksi terjadinya suatu penyimpangan sehingga dapat dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian adalah mengendalikan pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang sehingga tujuan perusahaan akan tercapai.
b. Manfaat hasil studi kelayakan usaha
Menurut Suryana (2006), hasil studi kelayakan usaha pada prinsipnya bisa digunakan untuk:4
1) merintis usaha baru, misalnya membuka toko, membangun pabrik, mendirikan perusahaan jasa, dan membuka usaha dagang; 2) mengembangkan usaha yang sudah ada, misalnya untuk
menambah kapasitas pabrik, memperluas skala usaha, mengganti peralatan/mesin, menambah mesin baru, dan memperluas cakupan usaha;
3) memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling menguntungkan, misalnya pilihan usaha dagang, pilihan usaha barang atau jasa, pabrikasi atau perakitan, dan proyek A atau proyek B.
3. Proses Kelayakan Usaha
Menurut Abbas Sunarya dkk., kelayakan usaha dapat dilakukan melalui tahap-tahap berikut.5
a. Tahap penemuan ide atau perumusan gagasan
Pada tahap ini, wirausaha mendapatkan ide untuk merintis usaha baru. Ide tersebut kemudian dirumuskan dan diidentifikasi, misalnya
3 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Kencana, 2006, hlm. 7.
4 Suryana, Kewirausahaan, Jakarta: Salemba Empat, 2006, hlm. 184.
kemungkinan bisnis yang paling memberi peluang untuk dilakukan dan menguntungkan dalam jangka waktu panjang. Banyak kemungkinan, misalnya bisnis industri, perakitan, perdagangan, usaha jasa, atau jenis usaha lain yang dianggap layak.
b. Tahap formulasi tujuan
Tahap ini merupakan tahap perumusan visi dan misi bisnis, seperti visi dan misi bisnis yang akan dijalankan setelah bisnis diidentifikasi; misalnya, apakah untuk menciptakan barang dan jasa yang diperlukan masyarakat sepanjang waktu ataukah untuk menciptakan keuntungan yang langgeng; atau apakah visi dan misi bisnis yang akan dikembangkan menjadi kenyataan atau tidak? Semuanya dirumuskan dalam bentuk tujuan.
c. Tahap analisis
Tahap ini dilakukan proses sistematis untuk membuat suatu keputusan apakah bisnis tersebut layak dilaksanakan atau tidak. Tahap ini dilakukan seperti prosedur proses penelitian ilmiah yang lain, yaitu dimulai dengan mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menarik kesimpulan. Kesimpulan dalam studi kelayakan usaha hanya ada dua, yaitu dilaksanakan atau tidak dilaksanakan.
Aspek-aspek yang harus diamati dan dicermati dalam tahap analisis meliputi hal-hal berikut.
1) Pasar, meliputi produk yang akan dipasarkan, peluang, permintaan dan penawaran, harga, segmentasi, pasar sasaran, ukuran, perkembangan, dan struktur pasar serta strategi pesaing.
2) Teknik produksi atau operasi, meliputi lokasi, gedung bangunan, mesin dan peralatan, bahan baku dan bahan penolong, tenaga kerja, metode produksi, lokasi dan tata letak pabrik atau tempat usaha. 3) Manajemen atau pengelolaan, meliputi organisasi, aspek pengelolaan tenaga kerja, kepemilikan, yuridis, lingkungan, dan sebagainya. Aspek yuridis dan lingkungan perlu dianalisis karena perusahaan harus mendapatkan pengakuan dari berbagai pihak dan harus ramah lingkungan.
4) Finansial atau keuangan, meliputi sumber dana atau peng-gunaannya, proyeksi biaya, pendapatan, keuntungan, dan arus kas.
d. Tahap keputusan
Setelah dievaluasi, dipelajari, dianalisis, dan hasilnya meyakinkan, langkah berikutnya adalah tahap pengambilan keputusan, yaitu bisnis tersebut layak dilaksanakan atau tidak.
Karena menyangkut keperluan investasi yang mengandung risiko, keputusan bisnis biasanya didasarkan pada beberapa kriteria, seperti Periode Pembayaran Kembali (Pay Back Period, PBP), Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value, NPV), Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return, IRR), dan sebagainya. Untuk menganalisis suatu keputusan bisnis dilakukan pengkajian terhadap hal-hal berikut. 1) Aset dan kewajiban. Perlu diketahui daftar atau data secara akurat
tentang setiap harta dan semua kewajiban (liabilitas) yang akan diambil alih. Keakuratan data tersebut, jika memungkinkan, sebaiknya dinyatakan oleh akuntan public yang bersertifikat. 2) Piutang usaha. Sebelum membeli suatu bisnis, mintalah daftar
umur piutang usaha. Jika memungkinkan, termasuk masalah penagihan yang dihadapi oleh perusahaan selama ini. Mintalah juga bukti mengenai beberapa persen bisnis itu, apakah mampu ditagih dalam kurun waktu tertentu dan apakah piutang dapat ditagih sesuai nilai ekonomisnya.
3) Lokasi usaha. Apakah lokasi usaha yang akan dibeli cukup strategis. Jika tidak strategis, berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk memindahkannya ke lokasi lain yang lebih strategis, terutama dari sudut pasar, bahan baku, dan tenaga kerja. 4) Persyaratan istimewa. Apakah ada persyaratan istimewa, misalnya lisensi, izin khusus, dan persyaratan hukum yang lain untuk bisnis tersebut. Apakah persyaratan istimewa tersebut juga termasuk dalam pembelian bisnis. Dengan kata lain, apakah persyaratan istimewa tersebut juga dialihkan kepada pemilik baru.
5) Kontrak. Apakah bisnis tersebut terikat dengan kontrak-kontrak yang akan dialihkan kepada pemilik baru. Semua isi kontrak (secara legal dan praktis) yang akan diwarisi harus dipahami. Dapatkah semua kontrak itu dipindahtangankan kepada pemilik, terutama kontrak yang belum jatuh tempo.
4. Esensi Analisis Kelayakan Usaha
Analisis kelayakan (feasibility analysis) adalah proses menentukan ide bisnis yang layak diwujudkan. Jika ide tersebut lolos dari analisis kelayakan, langkah berikutnya ialah membangun rencana bisnis yang solid untuk mengeksploitasi ide tersebut. Menurut Zimmer dkk., studi kelayakan dapat memberikan peluang yang menjamin kesuksesan usaha karena dengan studi akan menambah kehati-hatian dalam mengambil kesimpulan usaha yang akan dijalankan dan meng-hindarkan diri dari kerugian usaha.6