BAB 11 Analisis Kelayakan Aspek Keuangan
A. Konsep Dasar Analisis Keuangan
1. Pengertian Analisis Keuangan
Perhitungan keuangan berperan penting dalam studi kelayakan bisnis, terutama menghitung seluruh dana yang dibutuhkan untuk investasi ataupun untuk modal kerja, hitungan penjualan, biaya produksi, biaya penjualan, biaya administrasi, dan tingkat keuntungan dan kerugian yang akan ditanggung.
Analisis keuangan merupakan suatu analisis yang membandingkan biaya dan manfaat untuk menentukan bisnis menguntungkan selamanya dan memperhitungkan kemungkinan menanggung kerugian.1
Menurut Djamin,2 analisis finansial memerhatikan aspek cash-flow, yaitu perbandingan antara hasil penerimaan atau penjualan kotor (gross-sales) dan jumlah biaya (total cost), yang dinyatakan dalam nilai sekarang untuk mengetahui kriteria kelayakan atau keuntungan suatu proyek. Hasil finansial disebut private returns.
1 S. Husnan dan S. Muhammad, Studi Kelayakan Proyek, Yogyakarta: UUP STIM YKPN, 2000, hlm. 53.
2 Zulkarnaen Djamin, Perencanaan dan Analisa Proyek, Edisi Ketiga, Jakarta: LP FE-UI, 2003, hlm. 55.
2. Tujuan dan Manfaat Analisis Keuangan
Analisis keuangan bertujuan mengetahui perkiraan pendanaan dan aliran kas sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya bisnis yang dijalankan.3
Tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan bisnis adalah menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal awal, kemampuan untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan, dan menilai apakah perusahaan akan dapat berkembang terus.
Adapun tujuan khusus analisis keuangan adalah menilai kinerja perusahaan dalam konteks tujuan awal dan strategi.
Sehubungan dengan itu, tujuan analisis keuangan, antara lain sebagai berikut.4
a. Investasi pada saham. Analisis digunakan untuk mengetahui saham perusahaan tersebut layak dibeli atau tidak. Hal ini dilakukan karena para investor ingin memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi dari perusahaan yang sahamnya layak untuk dibeli.
b. Pemberian kredit. Dalam analisis ini, tujuan pokok adalah menilai perusahaan untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan beserta bunga yang berkaitan dengan pinjaman.
c. Kesehatan pemasok (supplier). Dengan kemungkinan kerja sama yang akan dijalin, analis dari pihak perusahaan akan berusaha menganalisis profitabilitas perusahaan pemasok, kondisi keuangan, kemampuan untuk menghasilkan kas untuk memenuhi operasi sehari-harinya, dan kemampuan membayar kewajibannya. Pengetahuan kondisi keuangan supplier juga bermanfaat bagi perusahaan dalam melakukan negosiasi dengan supplier.
d. Kesehatan pelanggan (customer). Analisis digunakan untuk mengetahui informasi mengenai kemampuan pelanggan memenuhi jangka pendeknya.
e. Kesehatan pelanggan ditinjau dari karyawan. Analisis dilakukan untuk memastikan apakah perusahaan atau perusahaan yang akan dimasuki mempunyai prospek keuangan yang bagus.
f. Pemerintah, pemerintah dapat menganalisis keuangan perusahaan untuk menentukan besarnya pajak yang dibayarkan, atau menentukan tingkat keuntungan yang wajar bagi suatu industri (biasanya dengan menambahkan sejumlah persentase tertentu di atas biaya modalnya).
g. Analisis internal. Analisis digunakan untuk menentukan perkembangan perusahaan, agar pihak internal perusahaan (seperti pihak manajemen) dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan untuk perencanaan atau untuk mengevaluasi perubahan strategi.
h. Analisis pesaing. Kondisi keuangan pesaing dapat dianalisis oleh perusahaan untuk menentukan kekuatan keuangan pesaing. Informasi ini dapat dijadikan sebagai penentuan strategi perusahaan. i. Penilaian kerusakan. Analisis digunakan untuk menentukan
besarnya kerusakan yang dialami oleh perusahaan.
Manfaat yang diharapkan dalam studi kelayakan bisnis dari menganalisis aspek keuangan adalah memudahkan penentuan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal awal, kemampuan untuk membayar kembali dana dalam waktu yang telah ditentukan, dan menilai perusahaan akan dapat berkembang terus atau tidak.
3. Lingkup Kajian Analisis Keuangan
Analisis finansial/keuangan mengkaji beberapa analisis kelayakan finansial yang digunakan, yaitu sebagai berikut.5
a. Net present value (NPV)
Net present value (NPV) adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih (manfaat neto tambahan) yang akan diperoleh pada masa
3 Loc. Cit., Husnan dan Muhammad, Studi Kelayakan..., 2000, hlm. 55.
4 Mahmud M Hanafi dan Abdul Halim, Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta:UPP YKPN, 2007, hlm. 6.
5 J. Price Gittinger, Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian, Penerjemah Slamet, Jakarta: Penerbit: UI Press, 1986, hlm. 101.
mendatang. NPV merupakan selisih antara nilai sekarang arus manfaat dikurangi dengan nilai sekarang arus biaya.
Kriteria penilaian untuk net present value (NPV) adalah sebagai berikut.
1) Jika NPV > 0, usaha yang dijalankan layak untuk dilaksanakan. 2) Jika NPV < 0, usaha yang dijalankan tidak layak untuk
dilaksanakan.
3) Jika NPV = 0, usaha yang dijalankan tidak rugi dan tidak untung.
b. Internal rate of return (IRR)
Internal rate of return (IRR) adalah tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh bisnis untuk sumber daya yang digunakan karena bisnis kembali membutuhkan dana untuk pembiayaan operasi dan investasi, serta bisnis baru hingga pada tingkat pulang modal.6
Menurut Umar, internal rate of return (IRR) digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan pada masa datang atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal.7
Apabila IRR sama dengan tingkat discount, usaha tidak men-dapatkan untung atau rugi, tetapi jika IRR < tingkat discount rate, usaha tersebut tidak layak diusahakan. Adapun IRR > tingkat discount rate, usaha tersebut layak untuk diusahakan.
c. Net benefit cost ratio (Net B/C Ratio)
Net benefit cost ratio (Net B/C Ratio) adalah perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif (Kadariah,1986). Jika Net B/C ratio > 1, proyek tersebut layak untuk diusahakan karena setiap pengeluaran sebanyak Rp1 akan menghasilkan manfaat sebanyak Rp1. Jika Net B/C < 1, proyek tersebut tidak layak untuk diusahakan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari pengeluaran.
d. Payback period (PP)
Payback period (PP) digunakan dengan tujuan menghitung jangka waktu pengembalian modal investasi yang digunakan untuk membiayai bisnis. Payback period adalah suatu periode yang menunjukkan lamanya modal yang ditanamkan dalam bisnis dapat dikembalikan.
e. Analisis laba rugi
Analisis laba rugi adalah laporan berisi total penerimaan pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun produksi.
Laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam mencapai tujuannya selama periode tertentu. Laporan laba rugi mengandung sebuah informasi yang penting tentang suatu usaha, yaitu laba atau rugi bersih.
1) Penghasilan
Penghasilan perusahaan dapat diperoleh dari penjualan total terhadap produk yang dihasilkan selama periode tertentu. Penjualan merupakan sumber penghasilan utama bagi perusahaan. Penjualan bersih diperoleh dari penjualan kotor dikurangi penjualan yang dikembalikan (return).
2) Biaya
Biaya mencakup semua pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan. Secara garis besar, macam-macam biaya yang termasuk di dalamnya, yaitu biaya tetap, biaya variabel, pajak, rugi yang diakibatkan penjualan aktiva tetap dan penyusutan barang investasi.
3) Laba atau rugi bersih
Laba bersih dapat diperoleh dari seluruh penghasilan dikurangi seluruh biaya. Jika nilai selisih tersebut adalah positif, nilai tersebut dianggap sebagai keuntungan perusahaan, sedangkan nilai yang negatif menandakan kerugian perusahaan. Besarnya laba bersih yang dapat dicapai akan menjadi ukuran sukses bagi perusahaan.
6 Op. Cit., hlm. 105.
7 Husein Umar, Study Kelayakan Bisnis, Edisi 3 Revisi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001, hlm. 55.
f. Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah analisis untuk melihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Pada bidang pertanian, bisnis sensitif berubah-ubah akibat empat masalah utama, yaitu: 1) perubahan harga jual produk;
2) keterlambatan pelaksanaan usaha; 3) kenaikan biaya;
4) perubahan volume produksi.
Dalam analisis sensitivitas dicari beberapa nilai pengganti pada komponen biaya dan manfaat yang terjadi, yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi atau masih mendapatkan keuntungan normal. Keuntungan normal terjadi apabila nilai NPV sama dengan nol (NPV = 0). NPV sama dengan 0 akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net B/C sama dengan 1 (cateris paribus). Artinya, sampai tingkat berapa usaha yang akan dijalankan menoleransi peningkatan harga atau penurunan input dan penurunan harga atau jumlah output.
Parameter harga jual produk, jumlah penjualan, dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya (cateris paribus). Namun, dalam keadaan nyata, ketiga parameter dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Oleh karena itu, analisis sensitivitas perlu dilakukan untuk melihat hingga berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria kelayakan investasi dari layak menjadi tidak layak.
Batas-batas maksimal perubahan parameter ini memengaruhi layak atau tidaknya usaha dijalankan. Semakin besar persentase yang diperoleh, misalnya persentase kenaikan harga pakan dan DOC, semakin menunjukkan usaha tersebut tidak peka atau tidak sensitif terhadap perubahan parameter yang terjadi.