• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Kerangka Teori

2. Konsep Emas dalam Islam

Ketika jual beli menggunakan uang mulai dikenal masyarakat sekitar 2.500 tahun lalu, sejak saat itu uang menjadi solusi yang luar biasa dari masalah-masalah yang dihadapi di ekonomi yang sebelumnya berbasis barter. Uang menjadi prime mover ( penggerak utama ) bagi ekonomi hingga zaman modern kini. Hanya saja perkembangan uang (kertas) setengah abad terakhir mulai menimbulkan masalah besar, yang bisa jadi lebih besar dari masalah yang diatasi oleh uang itu.6

Dalam sejarah komoditi uang sebagai standar, terdapat dua standar yang umum digunakan yaitu standar emas (gold currency standards) dan standar perak (silver currency standards). Meski demikian, secara umum dapat didefinisikan sebagai satuan moneter dari emas dengan ukuran tertentu terhadap satu satuan mata uang (termasuk perak) dan mendapat ijin penuh dalam mengkonversi antara emas dengan uang dan antara uang dengan emas. Hubungan mekanis emas dan satuan moneter jelas akan mendorong keyakinan akan nilai unit moneter. Hal inilah yang menjamin stabilitas terhadap sistem moneter.7

Emas (bahasa sansekerta jval; Anglo-Saxon gold; L. aurum: gold) bernilai sangat tinggi sejak awal pertama kali ditemukan, emas ditemukan di alam sebagai logam bebas ataupun sebagai telluriders; tersebar secara sangat luas dipermukaan bumi dan hampir selalu terasosiasi dengan quartz atau pyrite. Emas digunakan dalam bentuk koin sebagai standard untuk sistem moneter di banyak Negara (dahulu). Juga digunakan secara luas sebagai bahan perhiasan, dekorasi, gigi dan

5 Wati Susiawati, Jual Beli dan Dalam Konteks Kekinian, Jurnal Ekonomi Islam Volume 8, Nomor 2, November 2017, hal. 180-181

6 Muhaimin Iqbal, Sharia Economics 2.0 Ekonomi Syariah untuk Kita,(Jakarta: Republika), 2013, hal. 109

7 Arif Pujiyono, “Dinar dan Sistem Standar Tunggal Emas Ditinjau Menurut Sistem

pelapisan berbagai benda. Emas juga digunakan sebagai bahan pelapis satelit luar angkasa karena sifat pemantul inframerahnya yang baik.8

Dapat kita katakan bahwa emas dan perak mempunyai keunggulan dan keistimewaan seperti berikut.

a. Emas dan perak adalah logam yang berharga. Nilainya tidak tergantung pada negara manapun, bahkan tidak tergantung dengan sistem ekonomimanapun.

b. Didasarkan pada praktek di zaman Rasulullah di mana emas digunakan sebagai bahan pembentuk uang. Dengan mata uang yang berasal dari emas ini, maka nilai mata uang adalah berhubungan langsung dengan emas itu sendiri. Jika mata uang tersebut tidak lagi dikehendaki, maka pemegang uang tersebut dapat langsung melebur uang tersebut dan kemudian menyimpan atau menjualnya dalam bentuk emas yang masih memiliki nilai emas. Keadaan seperti ini di percayai dapat menjaga kestabilan mata uang.

c. Berdasarkan kenyataan di atas, uang emas juga akan mudah dalam pengendalian inflasi, karena harga emas mempunyai harga relatif stabil terhadap barang lain. Kenaikan harga-harga barang umum akan di ikuti juga dengan naiknya harga emas. Hingga jika barang tersebut di ukur dengan harga emas (the price of commodities in

term of gold) maka, harga sebenamya adalah tetap atau tidak

berubah.

d. Nilai emas dan perak mempunyai instrinsik menyebabkan emas dan perak dapat dipercaya.

e. Emas dan perak mudah dibawa dan harganya mahal, walaupun bentuk dan ukuranya kecil dan ringan dalam bentuk timbangan. f. Emas dan perak selamat daripada kerusakan, karena emas dan perak

tidaklah berkarat.

8 Muhaimin Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham, (Jakarta: Spiritual Learning Centre - Dinar Club), 2007, hal. 212

g. Emas dan perak dapat di pecah-pecahkan dan dibagi-bagi kepada unit yang lebih kecil tanpa mengurangkan harga setiap bagian dan pecahannya, baik dalam keadaan terpisah ataupun bersama dengan bagian yang lain. Ini berbeda dengan mata uang kertas jika kita robek, maka hilanglah harga uang tersebut.

h. Homogen di antara potongan-potongan atau kepingan emas dan perak yang telah dituang (dijadikan syiling). Pada umumnya, biji gandum Audsa adalah berbeda mutunya dengan biji gandum yang berasal dari California, dan bulu biri-biri dari Australia berbeda kualitasnya dari kulit biri-biri negara Mexico. Akan tetapi, seorang pakar yang sangat berpengalaman tidak akan mampu membedakan antara emas keluaran Australia dengan emas yang dikeluarkan oleh Mexico. Ini sebabnya, perdagangan dengan mengunakan emas dan perak itu disemua negara dan tempat dilakukan dengan mengikuti satu kebijakan saja.

i. Kepingan-kepingan emas dan perak yang sudah dituang sebagai mata uang adalah sukar dipalsukan karena beberapa keistimewaan yang ada pada kedua bahan logam yang berharga itu, yaitu dari segi warna, dengung bunyi, dan kerasnya. Oleh sebab itu, kedua-duanya susah untuk ditipu.

j. Kestabilan dan kemantapan harga kedua bahan itu berbanding dengan harga logam-logam lain. Emas dan perak bukanlah barang yang dapat dimakan dan dihasilkan semula setiap tahun dan menyebabkan pengeluarannya yang terakhir mengalami banyak masalah tentang harga seperti biji-bijian, kapas, kopi dan lainnya. Emas dan perak yang telah dikeluarkan sejak zaman purba sekalipun tidak rusak karena digunakan, kecuali hilang dengan sebab pemborosan atau takdir Allah.9

9 Deny Setiawan, dkk., “Kekuatan Emas dan Perak Sebagai Mata Uang Dunia Suatu

Di belahan dunia lainnya di Dunia Islam, uang emas dan perak yang dikenal dengan Dinar dan Dirham juga digunakan sejak awal Islam baik untuk kegiatan muamalah maupun ibadah seperti zakat dan ziyat sampai berakhirnya Kekhalifahan Usmaniah di Turki tahun 1924. Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW, “Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah,

dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud).

Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 645 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham. Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya.10

Keuntungan dari investasi emas ini adalah adanya perbedaan harga atau kenaikan harga emas, yakni adanya perbedaaan atau kenaikan antara harga beli dengan harga jual emas itu sendiri. Contoh dalam 2 sampai 10 hari saja, apabila sudah terjadi kenaikan harga emas maka pasti akan mendapatkan keuntungan. Inilah yang menjadi keuntungan investasi dengan emas, dengan harga yang selalu naik dari hari-hari sebelumnya. Di samping itu, emas berguna untuk menjaga nilai agar tidak merosot terkena inflasi.

Adapun keuntungan bagi bank sendiri adalah adanya biaya atau ujrah atas emas yang digadaikan dan disimpan di bank syariah. Jika kita meninjau ulang terhadap pola keuntungan dari investasi emas di mana keuntungan investasi ini berupa jangka pendek yakni adanya selisih antara harga beli dengan harga jual. Di sini ada keleluasaan nasabah untuk menggoreng harga emas, kapan nasabah membeli emas, dan kapan nasabah menjualnya.

10

Muhaimin Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham, (Jakarta: Spiritual Learning Centre - Dinar Club), 2007, hal. 18-19

Dengan ini kiranya jelas pola investasi emas ini bermain pada ranah spekulatif, karena hanya dengan keuntungan yang diperoleh dari selisih harga beli dengan harga jual lah nasabah mendapatkan keuntungan dengan sendirinya. Begitu pula jika saat emas dinanti kenaikannya, sedangkan harga emas semakin lesu maka mau tidak mau, nasabah tetap menggadaikan emasnya di perbankan sampai harga emas menjulang tinggi, kecuali pada saat-saat tertentu yang mengharuskan nasabah untuk menjual emas yang digadaikannya.11

Konsep seperti di atas lebih dikenal dengan sebutan spekulatif atau maysir, yang secara umum menggambarkan adanya keuntungan tanpa adanya usaha riil untuk mendapatkan keuntungan tersebut. Memang pada hakikatnya pola investasi adalah suatu pola bisnis yang ingin mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Tidak salah jika investasi lebih menginginkan adanya keuntungan di masa depan, tetapi tentunya kesemuanya ini diiringi dengan usaha riil yang jelas, bukan hanya mengharapkan adanya kenaikan dari harga emas. Dalam prinsip ekonomi islam berkenaan dengan konsep investasi emas yakni tidak adanya larangan berupa pola investasi emas apabila hal itu tetap mengacu pada prinsip islam. Akan tetapi jika hal itu telah melampaui batasan yang diberikan oleh prinsip islam, maka hal itu harus ditinggalkan.

Adapun unsur-unsur yang dilarang dalam transaksi di antaranya: perniagaan barang-barang yang haram, bunga atau riba‟, perjudian atau spekulasi yang disengaja dan ketidak jelasan serta manipulatif (gharar). Dengan adanya batasan dalam prinsip ekonomi islam diatas kiranya jelas sekali pola investasi yang mengandung unsur spekulatif merupakan sesuatu yang dilarang dalam islam. Dalam basic kebijakan ekonomi islam pun dijelaskan secara tegas akan larangan riba,

11

Anggoro Sugeng , “Analisis Prinsip Ekonomi Islam Terhadap Operasional Produk

Investasi Emas Pada Perbankan Syariah X”, La Riba : Jurnal Ekonomi Islam Volume VI, No. 2,

pelarangan gharar, barang-barang yang haram dan pentingnya pelembagaan zakat dalam kebijakan yang diberikan oleh ekonomi islam.

Jika menilik sejenak tentang konsep maqasid syariah berkenaan dengan konsep investasi yang spekulatif akan menyebabkan adanya ketidak adilan, serta terjadinya gap atau kesenjangan pihak investasi spekulatif dengan para pekerja sektor riil. Hal ini jelas mengakibatkan ketidakadilan dimana seorang investor dengan mudahnya memperoleh uang sedangkan pihak yang semangat bekerja hanya mendapatkan uang yang kurang sepadan dengan apa yang dilakukan. Jika melihat lebih dalam lagi dari nilai-nilai dasar ekonomi islam yang terdapat konsep adil dalam formulasi nilai-nilai dasar ekonomi islam. Adapun keadilan yang dimaksud di sini berupa nilai turunan yang berasal darinya, salah satunya adalah persamaan kompensasi.

Persamaan kompensasi adalah pengertian adil yang paling umum, yaitu bahwa seseorang harus memberikan kompensasi yang sepadan kepada pihak lain sesuai dengan pengorbanan yang dilakukan. Pengorbanan yang telah dilakukan inilah yang menimbulkan hak pada seseorang yang telah melakukan pengorbanan untuk memperoleh balasan yang seimbang dengan pengorbanannya.12

3. Perlindungan Konsumen dalam Perspektif UU No. 8 Tahun 1999