• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

5. Pasar eceran

2.7 Konsep Integrasi Pasar

Integrasi pasar dapat dipahami melalui dua sisi. Pertama, integrasi pasar merujuk pada integrasi vertikal dan integrasi horizontal. Integrasi vertikal berhubungan dengan kealamiannya usaha, sementara integrasi horizontal lebih berurusan dengan integrasi pasar spasial. Kedua, integrasi meliputi integrasi pasar spasial, integrasi pasar temporal, integrasi lintas bentuk harga dan integrasi lintas bentuk produk.

Integrasi, atau keterpaduan pasar merupakan suatu indikator dari efisiensi pemasaran, khususnya efisiensi harga. Integrasi didefinisikan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh perubahan harga yang terjadi pada pasar acuan (pasar di tingkat lebih tinggi, misalnya di tingkat pedagang eceran) akan menyebabkan terjadi perubahan pada pasar pengikutnya (misalnya, pasar di tingkat petani). Dengan demikian analisis integrasi pasar erat kaitannya dengan analisis struktur pasar.

Dua (2) pasar dikatakan terpadu, apabila perubahan harga dari salah satu pasar disalurkan, atau ditransfer ke pasar lain. Dalam struktur pasar persaingan sempurna, perubahan harga dari pasar acuan (misalnya, pasar sentral, atau pasar induk) diteruskan secara sempurna ke pasar pengikut. Keterpaduan pasar dapat terjadi apabila terdapat informasi pasar yang memadai dan informasi ini disalurkan dengan cepat ke pasar lain. Dengan demikian agar terjadi keterpaduan pasar, partisipan yang terlibat di antara pasar (pasar acuan dengan pasar pengikut) memiliki informasi sama. Ukuran dari integrasi pasar dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu (a) pendekatan dengan metode korelasi (r), (b) pendekatan dengan regresi sederhana (Ordinary Least Square, OLS) yang akan menghasilkan elastisitas ataupun fleksibilitas transmisi dan (c) pendekatan hubungan lag bersebaran autoregresif (autoregressive distribute lag) antara harga pasar acuan

dengan pasar pengikut (Ravallion, Heytens, Simatupang dan Situmorang serta Hutabarat diacu dalam Asmarantaka 2009).

Ukuran integrasi pasar untuk butir (a) dan (b) ini dilakukan pada analisis harga di tingkat pasar yang satu dengan pasar lainnya terjadi pada waktu yang bersamaan (concurrent method). Sedangkan pada analisis (c) data yang dipakai merupakan the time lag method. Cara yang pertama menggunakan metode korelasi, cara yang kedua mempergunakan regresi sederhana (OLS) dan cara yang ketiga dengan pendekatan vektor autoregresi.

2.7.1 Integrasi Pasar Spasial dan Faktor Penyebab

Analisis harga spasial pada mulanya didefinisikan sebagai „pergerakan bersama‟ harga di sejumlah lokasi pasar yang berbeda (contohnya: ko-integrasi seperti pada Goodwin and Schroeder diacu dalam Vollarth and Hallahan 2006). Tahapan dimana pasar secara spasial disebut efisien memiliki implikasi penting terhadap liberalisasi pasar dan reformasi kebijakan lainnya. Dalam penelitiannya, Vollarth and Hallahan (2006) mengontrol beberapa faktor yang dianggap menjelaskan beberapa isu memengaruhi spasial harga seperti, keterlambatan penyerahan, biaya transaksi, siklus musiman dan kebijakan Pemerintah.

Integrasi pasar spasial mencerminkan pengaruh perubahan harga di satu pasar terhadap pasar lainnya. Secara teoritis, di bawah asumsi persaingan penuh, ketika terjadi perdagangan antara dua tempat, maka harga produk pada tempat dimana produk tersebut diimpor sama dengan harga ekspor produk tersebut ditambah dengan biaya transportasi. Oleh sebab itu, perubahan harga di daerah ekspor akan menyebabkan perubahan harga di daerah impor pada arah dan derajat yang sama. Pada kondisi seperti itu, kedua pasar disebut terintegrasi secara sempurna.

Integrasi pasar spasial meliputi integrasi pasar jangka panjang maupun pendek (Laping, 2001). Integrasi pasar jangka panjang merujuk kepada kondisi dimana terdapat suatu hubungan harga yang stabil antara dua pasar jangka panjang. Meskipun keseimbangan hubungan jangka panjang dapat terganggu pada suatu jangka pendek, namun pada akhirnya keseimbangan tersebut akan terpulihkan. Integrasi jangka pendek menunjukkan perubahan harga di suatu pasar

pada beberapa waktu akan segera membawa perubahan harga pada pasar lainnya. Hal ini mencerminkan penyebaran sensitivitas harga produk antar pasar-pasar tersebut.

Integrasi pasar mencerminkan keterkaitan harga, apabila terdapat perdagangan antara dua pasar, oleh sebab itu studi tentang integrasi pasar biasanya menganalisis harga-harga dari kedua pasar tersebut. Transportasi merupakan faktor terpenting yang memengaruhi integrasi pasar, selain penyebaran informasi pasar, musim, inflasi dan kebijakan Pemerintah. Intervensi Pemerintah melalui kebijakan terkadang dapat membawa pada pemblokiran pasar regional, sehingga dapat menurunkan derajat integrasi pasar dan memotong hubungan harga antar pasar secara menyeluruh. Namun pada sisi lain, intervensi Pemerintah dapat mengakibatkan perubahan harga yang sama pada pasar regional, sehingga derajat integrasi pasar kelihatan lebih besar. Faktor musim dan inflasi mempengaruhi integrasi pasar, terutama pada jangka panjang. Lebih lanjut, karakteristik produk, hadirnya kekuatan monopoli dan tercukupnya produksi juga dapat mengakibatkan integrasi pasar.

2.7.2 Analisis Integrasi Pasar

Para ekonom menggunakan definisi dan alat diagnosa yang berbeda untuk menganalisis integrasi pasar melalui waktu dan ruang. Untuk mengkonsepsikan keterpaduan pasar yang mecoba mengukur pengaruh pada harga-harga setempat oleh harga-harga di tempat lain, diterapkan model yang dikembangkan oleh Ravallion diacu dalam Hutabarat (1988). Model dimulai dengan membangun hubungan lag bersebaran autoregresif (autoregressive distributed lag) antara setiap harga mata dagangan suatu tempat dengan tingkat harga acuan yang tepat (mungkin harga nasional, atau harga pusat pasar setempat, atau harga beberapa tempat). Lebih terperinci model ditulis berikut :

……… ( β.5) Untuk αi= 1, β, …, k dan t = 1, β, …, n dimana Hit adalah harga produk di pasar i pada waktu t, HAt adalah harga produk di pasar acuan waktu t, X adalah vektor

musiman dan peubah lain yang relevan di pasar i pada waktu t (dengan koleksi

(L) dan i (L) menggambarkan polinomial dalam operator lag (LiHt = Ht-i) dibatasi

sebagai :

-αi (L) = 1 –αi1L - … - αin Ln i(L) = i0 + i1L + … + im Lm

i(L) = i0+ i1L + … + in Ln

Untuk digunakan dalam penelitian empirik, persamaan (2.5) perlu ditulis kembali sebagai perbedaan pertama dari harga setempat sebagai peubah tak bebas. Tetapi,

sebelumnya perlu dibatasi Δ sebagai operator perbedaan waktu (misalnya ΔHit =

Hit – Hit-1) dan Δi adalah perbedaan harga berdasar jarak (Δi = Hit – HAt). Pada

kasus n ≤ m, persamaan (β.5) dapat ditulis : Δit = ((

Δ ……… (β.6)

dapat diolah, sehingga perubahan harga pada periode saat ini merupakan suatu lag sebaran dari perbedaan harga berdasarkan tempat dan waktu dari waktu-waktu sebelumnya. Peubah-peubah harga ini dapat merupakan angka-angka mutlak, atau

logaritma, sehingga Δ ini dapat dianggap sebagai perubahan harga mutlak, atau persentase. Persamaan (2.6) agak sulit ditafsirkan, sehingga perlu disederhanakan dalam satu lag untuk setiap beda harga pasar setempat dan pasar acuan (n=m=1), sehingga menjadi :

ΔHit = (αi1 L-L)ΔiHt+ i0ΔHAt+ (αi1+ i0+ i1-1)HAt-1+ iX + μit ..….. (2.7) Apabila tanda Δ dibuang, maka persamaan tersebut menjadi :

(Hit-Hit-1)=(αi-1)(Hit-1-HAt-1)+ i0(HAt–HAt-1)+(αi+ i0+ i1-1)HAt-1+ iX+μit… (β.8)

Persamaan tersebut menyatakan bahwa perubahan harga di suatu tempat merupakan fungsi dari perubahan dalam selisih harga dengan pasar acuan waktu sebelumnya, perubahan harga pasar acuan pada waktu yang sama dan ciri-ciri pasar setempat.

Dengan mengolah persamaan di atas lebih lanjut, maka akan diperoleh indikator keterpaduan pasar yang lebih tepat dan umum. Seandainya koefisien dalam persamaan (2.8) dilambangkan sebagai berikut :

αi– 1 = b1, i0= b2, αi+ i0+ i1-1= b3 dan seterusnya, maka persamaan tersebut

(Hit-Hit-1)=b1(Hit-1-HAt-1)+b2(HAt–HAt-1)+b3HAt-1+b4X+μit ……… (β.9)

Yang kemudian dapat disusun kembali seperti :

(Hit)=(1 +b1)(Hit-1)+b2(HAt–HAt-1)+(b3 -b1) HAt-1+b4 X ………... (β.10) 2.8 Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT)

Analisis strengths, weaknesses, opportunities and threats (SWOT) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategik selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan organisasi (Rangkuti 2002).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kinerja organisasi dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal (Strengths dan Weaknesses) dan eksternal (Opportunities dan Threats). Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT (Gambar 6).

Kuadran 1 : merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Organisasi memiliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan agresif (Growth oriented strategy).

Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbagai ancaman, organisasi masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi.

Kuadran 3 : organisasi menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi organisasi ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal, sehingga dapat merebut peluang lebih baik.

Kuadran 4 : merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, karena organisasi menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.