• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1 Kondisi Geografis

1.1 Latar Belakang

Sebagai salah satu provinsi kepulauan di Indonesia, Maluku memiliki 1 340 pulau dengan luas wilayah 712 479.65 km2 yang terdiri dari 666 139.85 km2 (93.5%) wilayah perairan dan 54 185 km2 (6.5%) wilayah daratan. Luas perairan Maluku yang 12.3 kali daratannya memiliki potensi sumber daya perikanan 1 640 160 ton/tahun sesuai dengan hasil kajian Badan Riset Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Oceanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2001. Potensi yang terdiri dari pelagis, demersal dan biota laut lainnya ini, sudah seharusnya dieksploitasi secara optimal bagi kesejahteraan rakyat Indonesia, khususnya masyarakat Maluku. Dilihat dari besarnya potensi yang tersedia, maka untuk tahun 2008 telah dimanfaatkan 315 405.1 ton (Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku 2009).

Eksistensi perairan laut di Maluku memposisikan sektor perikanan dan kelautan sejak dahulu sebagai leading sector dalam pembangunan daerah ini. Dengan demikian, sumber-sumber ekonomi baru di bidang perikanan dan kelautan dengan nilai tambah dan daya saing yang tinggi harus selalu dikembangkan, agar mampu bersaing di pasar domestik dan global. Sebagai salah satu aset daerah, sumber daya perikanan harus dimanfaatkan secara bijaksana bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya nelayan dan sekaligus menjaga kelestarian sumberdaya ikan dan lingkungannya sesuai amanat Undang Undang No. 45 tahun 2009 tentang Perikanan. Barani (2003) menyatakan bahwa amanat pemanfaatan tersebut telah diperluas dalam tujuan pengelolaan perikanan untuk meningkatkan kontribusi sub-sektor perikanan tangkap terhadap pembangunan perekonomian nasional, terutama untuk membantu mengatasi krisis ekonomi bangsa dalam bentuk penyediaan lapangan kerja, penerimaan devisa dan Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia dan kebutuhan akan bahan pangan dan gizi yang lebih baik, permintaan ikan terus meningkat dari

tahun ke tahun. Permintaan ikan yang meningkat tentunya memiliki makna positif bagi pengembangan usaha perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki perairan yang cukup luas, sehingga berpotensi baik untuk pengembangan perikanan tangkap maupun budidaya. Provinsi-provinsi kepulauan yang ada di Indonesiapun semakin berlomba untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi perikanan yang dimilikinya. Hal ini seiring dengan kebijakan Pemerintah di sektor kelautan dan perikanan yang ditujukan untuk pencapaian tujuan Pembangunan Nasional yang dipopulerkan melalui terminologi Pro Job, Pro Poor, Pro Growth dan Pro Environment.

Kawasan Maluku Tengah merupakan bagian dari Provinsi Maluku, yang meliputi lima kabupaten, Kabupaten Maluku Tengah dengan ibukota Masohi, Kabupaten Seram Bagian Barat dengan ibukota Piru, Kabupaten Seram Bagian Timur dengan ibukota Bula, Kabupaten Buru dengan ibukota Namlea dan Kabupaten Buru Selatan dengan ibukota Namrole. Pada awalnya empat kabupaten terakhir berada pada Kabupaten Maluku Tengah, yang kemudian dimekarkan secara berturut-turut sebagai berikut, Kabupaten Buru berdasarkan Undang- Undang No. 46 tahun 1999 yang kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang No. 6 tahun 2000, Kabupaten Seram Bagian Barat dan Seram Bagian Timur berdasarkan Undang-Undang No. 40 tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003 dan Kabupaten Buru Selatan berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2008 tanggal 21 Juli 2008. Dimekarkannya daerah-daerah ini, berdampak pada kebutuhan informasi tentang daerah-daerah tersebut yang harus dianalisis secara mendalam dan terintegrasi agar dihasilkan suatu kajian yang validitas dan reliabilitasnya tertanggungjawab, sehingga pemanfaatan sumber daya dapat dilakukan secara bijaksana bagi generasi sekarang dan mendatang.

Sebagai suatu Kawasan yang dekat dengan kota Ambon, Kawasan Maluku Tengah merupakan salah satu daerah pemasok ikan segar dan produk perikanan lainnya bagi masyarakat kota Ambon. Leihitu dan Salahutu adalah dua kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah yang secara geografis terletak di Pulau Ambon dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, sedangkan Kabupaten Maluku Tengah sendiri terletak di Pulau Seram. Kedua kecamatan ini juga sangat dikenal sebagai daerah produsen ikan segar di kota Ambon.

Produksi perikanan dan kelautan di Kawasan Maluku Tengah yang merupakan agregat dari kelima kabupaten di atas pada tahun 2009 adalah 123 610.8 ton atau 31.10 % dari total produksi perikanan di Provinsi Maluku dan meningkat menjadi 153 061.8 ton atau 20.38 % pada tahun 2010 (Tabel 1). Produksi perikanan pada tahun 2010 di Provinsi Maluku meningkat hampir dua kali dibandingkan tahun 2009, sementara peningkatan produksi perikanan di masing-masing Kabupaten yang ada di Kawasan Maluku Tengah beragam.

Nilai produksi perikanan dan kelautanpun meningkat dari Rp348 210 787 pada tahun 2009 menjadi Rp428 442 770 di tahun 2010 (Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku, 2010). Produk perikanan tersebut biasanya dijual selain dalam bentuk segar dan beku, juga dalam bentuk olahan seperti ikan asap, abon, ikan asin, bakasang dan lainnya, serta dipasarkan ke pasar lokal, pasar sentral di kota Ambon dan antar pulau (Papua dan Surabaya).

Tabel 1 Produksi perikanan dan kelautan di Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku

No Kabupaten/

Kota

Produksi Perikanan (Ton)

2007 (%) 2008 (%) 2009 (%) 2010 (%) 1 Ambon 77 397.2 11.81 38 304.0 10.85 70 021.2 17.62 100 942.0 13.44 2 Maluku Tengah 91 551.9 13.97 100 746.1 28.55 73 521.5 18.50 84 566.5 11.26 3 Seram Bagian Barat 164 712.0 25.13 20 658.3 5.85 20 906.0 5.26 37 181.6 4.95 4 Seram Bagian Timur 7 842.7 1.20 9 159.3 2.60 9 739.4 2.45 10 829.7 1.44 5 Maluku Tenggara 253 939.2 38.74 89 489.8 25.36 92 781.8 23.34 101 624.8 13.53 6 Maluku Tenggara Barat 15 282.3 2.33 49 025.8 13.89 27 459.9 6.91 185 101.8 24.65 7 Buru 33 765.1 5.15 34 020.2 9.64 19 345.0 4.87 20 484.0 2.73 8 Kepulauan Aru 10 962.9 1.67 11 485.0 3.25 76 886.2 19.34 142 439.5 18.97 9 Maluku Barat Daya * * * * 6 550.0 1.65 52 661.0 7.01 10 Tual ** ** ** ** 154.1 0.04 15 103.1 2.01 11 Buru Selatan *** *** *** *** 98.9 0.02 *** *** Total 655 453.3 100 352 888.5 100 397 464.0 100 750 934.0 100

Sumber : BPS Maluku (2008); Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku (2008, 2009, 2010).

*) Tergabung dengan Kab. Maluku Tenggara Barat **) Tergabung dengan Kab. Maluku Tenggara ***) Tergabung dengan Kab. Buru

Jumlah penduduk di Kawasan Maluku Tengah pada tahun 2009 adalah 766 282 jiwa dan mengalami peningkatan menjadi 787 535 jiwa pada tahun 2010 (BPS 2010). Walau jumlah penduduk di Kabupaten Maluku Tengah merupakan yang tertinggi di antara seluruh kabupaten/kota yang ada di Provinsi Maluku (Tabel 2), namun kapasitas pasar lokal di Kawasan Maluku Tengah yang merupakan agregat dari kelima kabupaten, sangatlah kecil bila dibandingkan dengan data produksi yang tersedia.

Tabel 2 Penduduk Provinsi Maluku dirinci menurut Kabupaten/Kota

No Kabupaten/ Kota TAHUN 2007 % 2008 % 2009 % 2010 % 1 Maluku Tenggara Barat 162 634 11.21 93 621 6.50 94 370 6.48 105 341 6.87 2 Maluku Barat Daya * * 69 612 4.83 70 412 4.83 70 714 4.61 3 Maluku Tenggara 153 198 10.56 102 991 7.15 105 081 7.21 96 442 6.29 4 Maluku Tengah 398 136 27.45 368 874 25.62 370 931 25.46 361 698 23.59 5 Buru 143 310 9.88 94 116 6.54 95 974 6.59 108 445 7.07 6 Buru Selatan ** ** 51 754 3.59 52 950 3.63 53 671 3.50 7 Kepulauan Aru 79 865 5.51 80 140 5.57 81 712 5.61 84 138 5.49 8 Seram Bagian Barat 158 619 10.94 158 937 11.04 159 718 10.96 164 656 10.74 9 Seram Bagian Timur 82 699 5.70 85 353 5.93 86 709 5.95 99 065 6.46 10 Ambon 271 972 18.75 281 293 19.53 284 809 19.55 331 254 21.60 11 Tual *** *** 53 323 3.70 54 404 3.73 58 082 3.79 Total 1 450 433 100 1 440 014 100 1 457 070 100 1 533 506 100 Sumber : BPS Maluku (2009, 2010, 2011). *) Tergabung dengan Kab. Maluku Tenggara Barat **) Tergabung dengan Kab. Buru

***) Tergabung dengan Kab. Maluku Tenggara

Data yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia (2009) menunjukkan bahwa tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia pada tahun 2008 adalah 28.71 kg/kapita. Konsumsi ikan terbanyak dilakukan oleh masyarakat Maluku, yaitu 51.41 kg/kapita atau 140.85 gr/kapita/hari. Jumlah ini meningkat dari 31.26 kg/kapita atau 85.64 gr/kapita/hari pada tahun 2007. Dengan jumlah penduduk seperti pada Tabel 2, maka kemampuan serap pasar lokal akan produk perikanan pada masing-masing kabupaten yang ada di Kawasan Maluku Tengah pada tahun 2010 adalah Kabupaten Maluku Tengah 18 594.89 ton,

Kabupaten Seram Bagian Barat 8 464.96 ton, Kabupaten Seram Bagian Timur 5 092.93 ton dan Kabupaten Buru 5 575.16 ton dan Buru Selatan 2 759.23 ton. Total konsumsi ikan pada masyarakat di Kawasan Maluku Tengah pada tahun 2010 sebanyak 40 487.17 ton, sementara total produksi perikanan di kawasan ini pada tahun yang sama adalah 153 061.8 ton. Tidak sebandingnya produksi dengan konsumsi ikan oleh masyarakat di Kawasan Maluku Tengah mengakibatkan perlu dipikirkan suatu sistem pemasaran produk perikanan yang lebih baik dan adil, di dalam, ataupun keluar Kawasan tersebut.

Dalam konsep pemasaran dewasa ini, pasar tidak lagi ditempatkan pada urutan akhir melainkan terdepan, berarti tujuan akhir dari suatu kegiatan perikanan adalah pasar, atau konsumen. Agar kegiatan ini berkembang dengan baik, dibutuhkan berbagai persyaratan yang di antaranya adalah kegiatan tersebut harus efisien dan produk yang dihasilkan bermutu, serta mampu memanfaatkan peluang pasar yang ada.

Sifat dan ciri khas produk perikanan yang musiman, mengakibatkan harga ikan jatuh ketika pada musim ikan dan sebaliknya. Kondisi ini diperparah dengan sifatnya yang juga cepat, atau mudah rusak, sehingga membutuhkan usaha, atau perawatan khusus guna mempertahankan mutu selama proses pemasaran, yang sudah pasti memerlukan biaya tambahan dan pada akhirnya meninggikan biaya pemasaran. Dalam operasi penangkapan ikan, banyak nelayan di Kawasan Maluku Tengah tidak mengaplikasikan rantai dingin, karena tidak tersedianya pabrik es di Kawasan tersebut dan andaikan tersedia es, harganya pasti mahal. Padahal, agar memperoleh harga yang sepadan dengan risiko yang dihadapi dalam pekerjaannya, nelayan harus menerapkan rantai dingin dalam melakukan operasi penangkapan di laut.

Kawasan Maluku Tengah memiliki 169 pulau yang terbagi di lima (5) Kabupaten, yaitu Kabupaten Buru (termasuk Kabupaten Buru Selatan) 30 pulau, Maluku Tengah 42 pulau, Seram Bagian Barat 52 pulau dan Seram Bagian Timur 45 pulau (Pemerintah Provinsi Maluku 2007). Letak pulau-pulau yang menyebar dengan sarana dan prasarana yang tidak memadai, seringkali mengakibatkan transportasi dari dan ke tempat tersebut rawan bencana. Kondisi seperti ini juga turut memengaruhi proses pemasaran produk perikanan tangkapan nelayan

Kawasan Maluku Tengah, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya inefisiensi usaha dan berujung pada rendahnya tingkat penerimaan nelayan.

Sebagai ibukota Provinsi Maluku, kota Ambon selain merupakan pusat administrasi Pemerintahan Daerah, juga adalah pusat perekonomian Provinsi. Letaknya di Pulau Ambon dan dengan adanya pelabuhan laut, maupun udara mengakibatkan kota Ambon dianggap strategik menghubungkan Kabupaten- Kabupaten lain di Provinsi Maluku maupun Provinsi Maluku dengan Provinsi- Provinsi lainnya di Indonesia. Jumlah penduduk yang banyak dengan daya beli yang tinggi menyebabkan Ambon merupakan pasar potensial di Provinsi Maluku. Harga-harga produk di pasar Mardika yang adalah pasar sentral di Kota Ambonpun sering digunakan sebagai acuan dalam penetapan harga produk yang sama di Kota dan Kabupaten lainnya yang ada di Provinsi Maluku. Oleh sebab itu, selain dilakukan di Kawasan Maluku Tengah, penelitian ini juga dilakukan di Kota Ambon untuk melihat seberapa besar derajat integrasi antara pasar ikan di Kota Ambon dengan pasar-pasar lainnya di Kawasan Maluku Tengah.