• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Pemasaran Ikan Segar di Kawasan Maluku Tengah

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 Nelayan–Pedagang Pengumpul– CS –Pedagang Besar

5.5 Strategi Pengembangan Pemasaran Ikan Segar di Kawasan Maluku Tengah

Dalam menentukan strategi pengembangan pemasaran ikan segar di Kawasan Maluku Tengah, dilakukan pemberian bobot (nilai) terhadap setiap unsur SWOT berdasarkan tingkat kepentingan dan kondisi pemasaran. Bobot atau nilai yang diberikan berkisar antara 1 (paling penting) hingga 0 (tidak penting) dan nilai rating diberi skala 4 hingga 1. Untuk faktor internal, apabila peluangnya besar, rating 4 dan jika peluangnya kecil, rating 1. Sebaliknya rating kelemahan akan bernilai -1 apabila kelemahannya besar dan bernilai -4 jika kelemahannya kecil. Untuk faktor eksternal, bobotnya sama dengan internal, 1 (paling penting) hingga 0 (tidak penting) dengan nilai rating 4 hingga 1. Semakin besar peluang, rating 4 dan semakin kecil, rating 1. Nilai rating untuk ancaman merupakan kebalikan dari peluang. Jika ancamannya besar, rating -1, sebaliknya jika nilai ancamannya kecil, rating -4 (Rangkuti, 2002).

Tabel 28 Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Uraian Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Bobot Rating Skor

Kekuatan

1 Potensi SDI tinggi

2 Pulau yang banyak, memungkinkan ikan ada setiap saat

3 Transportasi cukup lancar

4 Penetapan Provinsi Maluku sebagai lumbung ikan nasional

5 Penetapan Kota Ambon sebagai Kawasan Minapolitan

6 Penetapan Provinsi Maluku sebagai salah satu koridor

percepatan pembangunan kawasan ekonomi Indonesia Timur 7 Cold Storage tersedia

Kelemahan

1 Kesadaran nelayan mempertahankan mutu ikan rendah

2 Keterbatasan modal yang dimiliki

3 Posisi tawar nelayan rendah

4 Daerah produsen menyebar dan jauh dari daerah konsumsi

5 TPI hanya berada di Kota Ambon dan tidak berfungsi

6 Fasilitas pemasaran terbatas

7 Biaya pemasaran tinggi

8 Fluktuasi harga ikan tinggi

9 Struktur pasar oligopoli

10 Integrasi pasar rendah

11 Jaringan dan informasi pasar lemah

12 Alternatif diversifikasi produk olahan sedikit

0.10 0.07 0.05 0.10 0.10 0.10 0.05 0.05 0.04 0.04 0.03 0.03 0.04 0.02 0.04 0.05 0.05 0.02 0.02 3 2 2 3 3 3 2 -1 -1 -1 -2 -3 -2 -3 -2 -1 -1 -4 -3 0.30 0.14 0.10 0.30 0.30 0.30 0.10 -0.05 -0.04 -0.04 -0.06 -0.09 -0.08 -0.06 -0.08 -0.05 -0.05 -0.08 -0.06

Total skor kekuatan-kelemahan 1.00 0.80

Peluang

1 Populasi penduduk di Maluku meningkat

2 Kesadaran masyarakat untuk makan ikan meningkat

3 Potensi pasar di luar Maluku

4 Peningkatan pendapatan per kapita dan daya beli

5 Perhatian Pemerintah yang besar terhadap nelayan

Ancaman

1 Illegal, Unrepported and Unregulated Fishing di Maluku 2 Patroli laut yang tidak rutin

3 Peredaran ikan impor yang tidak terkontrol

0.10 0.10 0.20 0.10 0.20 0.10 0.10 0.10 3 3 4 3 4 -1 -2 -1 0.30 0.30 0.80 0.30 0.80 -0.10 -0.20 -0.10

Total skor peluang-ancaman 1.00 2.10

Hasil perhitungan di atas, kemudian dimasukkan ke dalam bentuk diagram Grand Strategy. Berdasarkan hasil analisis SWOT, posisi kondisi sistem pemasaran ikan segar di Kawasan Maluku Tengah berada pada kuadran I pada titik (0.80; 2.10) yang berarti mendukung strategi agresif atau Growth Oriented Strategy (Rangkuti 2002) sehingga strategi yang diterapkan dalam kondisi ini haruslah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Gambar 15).

Gambar 15 Diagram Grand Strategy berdasarkan Kondisi Pemasaran Ikan Segar di Maluku Tengah.

Kebijakan pertumbuhan agresif, yaitu kebijakan pengembangan sistem pemasaran dari hulu hingga ke hilir. Kebijakan tersebut meliputi penyediaan sarana produksi, penanganan dan pengolahan produk, penguatan kapasitas nelayan dan pengembangan layanan pendukung pemasaran. Selanjutnya berdasarkan faktor-faktor eksternal dan internal yang ada, maka dibuatlah strategi- strategi dalam matriks SWOT kualitatif (Tabel 29).

a Strategi SO

Ketika sejumlah kekuatan (S) dipadukan dengan beberapa peluang (O) yang hadir sebagai akibat peningkatan ekonomi global dewasa ini, maka beberapa strategi SO yang dihasilkan adalah :

Pengembangan perikanan tangkap berwawasan lingkungan

Pengembangan integrasi sarana dan prasarana pemasaran dan pengolahan Peningkatan ketrampilan penanganan dan pengolahan ikan.

Kuadran II Kuadran IV Kuadran I Kuadran III (0.80;2.10) Kekuatan Internal Berbagai Peluang Kelemahan Internal Ancaman Eksternal

Tabel 29 Analisis SWOT kualitatif pemasaran ikan segar di Kawasan Maluku Tengah Lingkungan Internal

Lingkungan Eksternal

Strengths (S) Weaknesses (W)

1 Potensi SDI tinggi

2 Lokasi geografis memiliki pulau

banyak, memungkinkan ikan

tersedia setiap saat

3 Transportasi antar pulau cukup lancar

4 Penetapan Kota Ambon sebagai Kawasan Minapolitan dan Lumbung Ikan Nasional

5 Penetapan Provinsi Maluku sebagai salah satu pusat koridor percepatan pembangunan kawasan ekonomi Indonesia bagian timur.

6 Cold storage tersedia

1 Kesadaran nelayan untuk mempertahan-

kan mutu ikan rendah

2 Keterbatasan modal yang dimiliki

3 Posisi tawar nelayan rendah

4 Daerah produksi menyebar dan jauh dari daerah konsumen

5 TPI hanya berada di Kota Ambon dan

tidak berfungsi

6 Fasilitas pemasaran terbatas

7 Biaya pemasaran tinggi

8 Fluktuasi harga ikan tinggi 9 Struktur pasar oligopoli 10 Integrasi pasar rendah

11Jaringan dan informasi pasar lemah

12 Alternatif diversifikasi produk olahan sedikit Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO 1 Peningkatan populasi penduduk di Maluku 2 Peningkatan kesadaran

masyarakat untuk ma- kan ikan

3 Peluang pasar di luar

Maluku besar

4 Peningkatan pendapatan

per kapita dan daya beli

5 Perhatian Pemerintah

yang cukup terhadap

nelayan

a. Pengembangan perikanan tangkap

berwawasan lingkungan (S1,2,4; O1,2,3,4)

2 Pengembangan integrasi sarana dan prasarana pemasaran dan pengo- lahan (S1,2,3,4,5,6; O1,2,3, 4,5,6)

3 Peningkatan keterampilan pena-

nganan dan pengolahan ikan (S1,2, 3,4; O1,2,3,4,5,6)

1 Peningkatan kerjasama dengan lembaga keuangan dalam penyediaan modal usaha (W2,8;O1,2,3,4,5)

b. Peningkatan program-program keteram-

pilan penanganan dan pengolahan produk perikanan (W1,3,11,12; O1,2,3,4,5,6)

c. Peningkatan fungsi lembaga-lembaga

pemasaran (W4,5,6,7,9,10; O1,2,3,4,5)

d. Pembentukan lembaga yang memiliki

mandat untuk melaksanakan stabilisasi harga produk perikanan (W7; O1,2,3,4,5)

Threats (T) Strategi ST Strategi WT

1 Illegal,Unrepported and Unregulated (IUU) Fishing di Maluku

2 Peredaran ikan impor

yang tidak terkontrol 3 Patroli laut tidak rutin

1 Pengawasan terpadu dengan

melibatkan masyarakat lokal

(S1,3,4; T1,2)

2 Pelarangan ikan impor (S1, 2,4; T2) 3 Pengetatan mekanisme dan fungsi

pengawasan (S7,8,9, 10,11; T1,2) 4 Perbaikan distribusi bahan baku

(S1,2,3,4,5,7,8,9,10; T2)

1 Peningkatan kapasitas pengamanan laut

(W3;T1)

2 Pelarangan penjualan ikan impor (W2,3,10; T2)

3 Peningkatan sarana-prasarana produksi dan pemasaran produk perikanan (W1,2,3,4,5, 6,7,8,9,10,11,12; T1,2)

4 Pengetatan mekanisme dan fungsi

pengawasan (W1,2,3,5,6,7,8,9,10, 11; O1,2)

Meningkatnya populasi penduduk dan kesadaran untuk mengonsumsi ikan, meningkatnya pendapatan serta daya beli masyarakat merupakan tantangan tersendiri bagi produsen untuk memproduksi ikan sebanyak-banyaknya. Eksploitasi sumber daya ikan yang tidak memperhatikan keseimbangan antara pemanfaatan dan kemampuan (daya) reproduksi, atau daya pulihnya telah mengakibatkan sejumlah tempat di Maluku mengalami tekanan penangkapan. Kondisi aktual sumber daya perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP)

Laut Maluku pada tahun 2010, menunjukkan hampir semua jenis ikan sudah mengalami kondisi eksploitasi maksimum (fully exploited) dan hasil tangkap lebih (over fishing) (Purbayanto, 2011).

Esensi pengembangan perikanan tangkap berwawasan lingkungan adalah untuk mengelola sumber daya perikanan secara berkelanjutan dengan memperhatikan aspek kelestarian. Kontrol input melalui pembatasan terhadap upaya penangkapan yang diijinkan merupakan salah satu strategi pengelolaan yang dapat dilakukan, di samping regulasi selektivitas alat tangkap dan pembatasan waktu penangkapan (Purbayanto, 2011). Lebih lanjut Widodo dan Suadi (2006) menyatakan bahwa, prinsip pengaturan perikanan dapat didekati dengan dua metode, yaitu pengaturan input berupa pembatasan upaya melalui perijinan, pembatasan ukuran kapal, pembatasan ukuran alat tangkap dan pembatasan unit waktu, sedangkan pengaturan output penangkapan adalah penetapan jumlah tangkapan yang diperbolehkan, pembagian kuota individu menurut armada, perusahaan dan nelayan.

Walau sumber daya ikan di Maluku banyak, namun kemampuan nelayan sebagai produsen maupun pedagang ikan di pasar untuk mempertahankan mutu ikan sangat terbatas, maka harga ikan bisa sangat berfluktuasi, walaupun dalam sehari penjualan. Peningkatan keterampilan penanganan dan pengolahan ikan saat panen dan pasca panen, serta integrasi pengembangan sarana dan prasarana pemasaran dan pengolahan ikan diperlukan, agar sistem pemasaran yang memberikan share yang sebanding dengan usaha dapat tercapai. Keterampilan mengolah ikan juga perlu ditingkatkan agar alternatif ikan olahan yang terdapat di Maluku lebih beragam. Upaya peningkatan daya tahan, mutu dan standardisasi ikan dapat mengakibatkan ikan terdistribusi lebih jauh, sehingga terjadi peningkatan nilai tambah.

b Strategi WO

Strategi ini didapatkan dengan usaha menekan atau meminimalisasi kelemahan yang ditemukan dalam pemasaran produk perikanan di Kawasan Maluku Tengah untuk memanfaatkan peluang yang ada saat ini. Beberapa strategi tersebut adalah :

1) Peningkatan kerjasama dengan lembaga keuangan dalam penyediaan modal usaha.

2) Peningkatan program-program keterampilan penanganan dan pengolahan produk perikanan.

3) Peningkatan fungsi lembaga-lembaga pemasaran.

4) Pembentukan lembaga yang memiliki mandat untuk melaksanakan stabilisasi harga produk perikanan.

Keterbatasan modal merupakan masalah yang dihadapi pada hampir semua nelayan dari waktu ke waktu dan kondisi akan terus terjadi bila tidak ada bantuan dari pihak lain terutama Pemerintah. Maka strategi yang harus diusahakan adalah meningkatkan kerjasama dengan lembaga keuangan dalam menyediakan modal usaha dan memudahkan nelayan mengakses kredit untuk memperluas usahanya. Di samping itu, Pemerintah perlu pula membentuk lembaga yang memiliki mandat untuk melaksanakan stabilisasi harga produk perikanan, sehubungan dengan rentang fluktuasi harga produk perikanan di pasar. Lembaga yang nantinya diberikan mandat untuk melaksanakan stabilisasi harga produk perikanan ini akan memiliki tugas, peran dan fungsi yang kurang lebih sama dengan Badan Urusan Logistik (BULOG) yang bukan hanya menjalankan fungsi pemasaran, namun juga bertugas sebagai penjaga ketahanan pangan nasional dan berperan sebagai pengelola komoditas pangan milik pemerintah.

Program-program keterampilan penanganan dan pengolahan produk perikanan, serta fungsi lembaga-lembaga pemasaran harus lebih ditingkatkan, agar selain mutu hasil tangkapan nelayan dapat terpelihara, produk-produk perikanan ini juga dapat didistribusikan ke konsumen yang tinggal jauh dari daerah produksi. Dengan demikian pendapatan, serta taraf hidup nelayan dan keluarganya dapat lebih ditingkatkan.

c Strategi ST

Strategi ini didapatkan dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki dalam proses pemasaran produk perikanan di Kawasan Maluku Tengah dalam mengantisipasi ancaman yang ada. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, rumusan strategi yang harus dilakukan adalah :

2) Pelarangan ikan impor yang mengandung bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat.

3) Pengetatan mekanisme dan fungsi pengawasan. 4) Perbaikan distribusi bahan baku.

IUU Fishing yang marak dilakukan di Maluku mengakibatkan sumber daya ikan yang seharusnya tersedia bagi nelayan lokal, dieksploitasi secara tidak bertanggungjawab. Praktik perikanan IUU yang memang terorganisasi dengan baik dan menggunakan teknologi yang lebih maju membuat nelayan lokal terdesak. Nelayan yang menggunakan teknologi sederhana dan skala kecil ini terpaksa keluar dari sumber daya yang pada hakekatnya adalah miliknya sebagai warga negara. Akibatnya, nelayan lokal memperoleh pendapatan yang kecil dan rendah. Praktik perikanan IUU yang jauh masuk ke perairan dekat pantai juga dapat mengganggu sistem pengelolaan sumber daya perikanan lokal berdasarkan hak ulayat dan sistem tradisional lainnya (Nikijuluw, 2008).

Maraknya praktik perikanan IUU ini juga merupakan salah satu penyebab negara Indonesia yang dahulunya dikenal sebagai negara pengekspor ikan ke banyak negara lain, sekarang menjadi salah satu negara pengimpor ikan dari banyak negara di dunia, antara lain Cina, India dan Pakistan. Pada dasarnya impor ikan dilakukan karena adanya masalah kelangkaan bahan baku industri pengolahan. Akan tetapi penyalahgunaan izin impor oleh para pengusaha dan lemahnya koordinasi pengawasan, atau pemantauan Pemerintah mengakibatkan peredaran ikan impor tidak terkontrol, sehingga telah terdistribusi hingga ke pelosok daerah. Padahal membanjirnya produk ikan impor tersebut telah sangat merugikan nelayan dan memukul daya saing perikanan nasional. Apalagi, ikan impor yang ditemukan sering mengandung formalin yang membahayakan kesehatan konsumen.

Evaluasi dan pengaturan impor, pendataan ulang kebutuhan bahan baku industri pengolahan serta kemampuan produksi nasional dalam memenuhi kebutuhan bahan baku industri (Kompas 2011) serta sistem buka-tutup (Kompas 2011) merupakan strategi yang dilakukan Pemerintah dalam menyelesaikan masalah ini. Strategi-strategi ini masih menimbulkan pro dan kontra, karena bagi sejumlah pihak, kebijakan Pemerintah untuk membuka impor ikan dinilai kurang

tepat dan dianggap hanya merupakan jalan pintas menghadapi kelangkaan bahan baku industri pengolahan. Padahal permasalahan utama pada kelangkaan bahan baku industri pengolahan adalah kesemrawutan distribusi bahan baku dari sentra produksi ke pengolahan ikan yang masih terabaikan (Kompas 2011). Oleh karena itu, Pemerintah harus memperbaiki distribusi bahan baku dengan cara menyediakan sarana prasarana produksi serta pemasaran produk perikanan, meningkatkan fungsi-fungsi lembaga pemasaran, mengetatkan mekanisme dan fungsi pengawasan, agar kehidupan nelayan tidak akan semakin terpuruk.

d Strategi WT

Strategi ini diperoleh melalui usaha meminimalisasi sejumlah kelemahan (W) yang dimiliki dan mengantisipasi ancaman (T) yang hadir, atau untuk menghadapi kemungkinan ancaman yang ada dari lingkungan eksternal pemasaran produk perikanan di Kawasan Maluku Tengah. Beberapa strategi yang muncul dari perpaduan unsur kelemahan dan ancaman adalah :

1) Peningkatan kapasitas pengamanan laut.

2) Pelarangan penjualan ikan impor yang mengandung bahan kimia.

3) Peningkatan sarana-prasarana produksi dan pemasaran produk perikanan. 4) Pengetatan mekanisme dan fungsi pengawasan.

Strategi-strategi ini muncul untuk mengatasi kelemahan seperti rendahnya kesadaran nelayan untuk mempertahankan mutu ikan, serta terbatasnya modal yang dimiliki nelayan sering menyebabkan rendahnya posisi tawar nelayan dalam pemasaran produk hasil tangkapannya. Hal tersebut diperparah lagi dengan daerah produksi yang menyebar dan jauh dari daerah konsumen, tidak berfungsinya Tempat Pelelangan Ikan (TPI), fasilitas pemasaran terbatas, yang juga sering menyebabkan tingginya biaya pemasaran dan tingginya rentang fluktuasi harga di pasar. Kelemahan-kelemahan tersebut mendorong munculnya kelemahan lain

Tantangan yang muncul dalam pemasaran produk perikanan di Kawasan Maluku Tengah adalah adanya perikanan IUU di Maluku dan tidak terkontrolnya peredaran ikan impor hingga ke pelosok pedesaan di Indonesia yang bukan hanya dapat menurunkan pendapatan nelayan namun membahayakan kesehatan masyarakat yang mengonsumsinya.

5.6 Model Pengembangan Sistem Pemasaran Ikan Segar di Kawasan