• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.2. Kearifan Lokal

2.1.2.1 Konsep Kearifan Lokal

2.1.2. Kearifan Lokal

2.1.2.1 Konsep Kearifan Lokal

Konsep kearifan lokal terlahir atau berakar dari pengetahuan tradisional dan sistem pengelolaan sumber daya secara tradisional oleh masyarakat lokal. Kearifan lokal itu sendiri berasal dari dua suku kata dalam bahasa inggris yaitu local (lokal) dan wisdom (kearifan). Jadi kearifan lokal (local wisdom), adalah suatu kebijaksanaan atau gagasan-gagasan setempat yang dianggap atau memiliki nilai baik untuk dilaksanakan, bersifat tradisional, bijaksana dan penuh kearifan serta memperhatikan aspek-aspek ekologi masyarakat lokal dalam pelaksanaannya yang tertanam dan diikuti oleh seluruh anggota masyarakatnya. Sementara itu, beberapa sumber menyebutkan istilah-istilah lain untuk kearifan lokal misalnya kearifan tradisional, indigeneous knowledge, indegeneous technical knowledge, Ethnoecology, folk knowledge, people’s science, dan sebagainya. Akan tetapi istilah yang paling populer dan sering digunakan sampai dengan saat ini adalah “kearifan lokal”. Sedangkan orang-orang dari dunia barat menyebutnya dengan sebutan “indegeneous knowledge” (Bahan kuliah Ekologi Manusia, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, 2007). Konsep kearifan lokal adalah suatu system pengetahuan yang dimiliki oleh suatu masyarakat tertentu atau budaya tertentu yang berkembang dalam jangka waktu yang lama sebagai suatu hasil dari proses

21 hubungan timbal balik antara masyarakat tersebut dengan lingkungannya (Marzali dalam Mumfangati, 2004). 3

Konsep inilah yang kemudian menjadi ciri khas masyarakat tertentu. Karena konsep kearifan lokal ini menjadi suatu norma yang memiliki nilai-nilai tertentu yang harus dikembangkan untuk selanjutnya diwariskan oleh masyarakat pemiliknya secara turun-temurun. Sesuai dengan pernyataan Gadgil dkk, yang dikutip oleh Mitchell (2007: 298), bahwa pengetahuan lokal masyarakat yang terakumulasi sepanjang sejarah hidup mereka memiliki peran yang sangat besar dimana pandangan bahwa manusia merupakan bagian dari alam dan sistem kepercayaan yang menekankan penghormatan pada alam merupakan nilai yang sangat positif untuk pembangunan yang berkelanjutan. Kedekatan masyarakat lokal dengan lingkungannya inilah kemudian melahirkan suatu pola pemanfaatan sumberdaya melalui “uji coba” telah mengembangkan pemahaman terhadap sistem ekologi yang mereka kelola dan manfaatkan tersebut (Mitchell, 2007: 299).

Keraf (2002), dalam Aprianto (2008: 10) mendefinisikan kearifan tradisional / kearifan lokal sebagai suatu bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun prilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Dengan demikian kearifan tradisional ini bukan hanya menyangkut pengetahuan dan pemahaman masyarakat lokal tentang manusia dan bagaimana relasi yang baik antara manusia, melainkan juga menyangkut pengetahuan, pemahaman adat dan kebiasaan tentang              

3Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Pertanian Lahan Rawa Lebak, dalam

http://aluhlangkar.blogspot.com/2008/08/kearifan-lokal-dalam-pengelolaan.html untuk judul Monday, August 11, 2008. (Diakses tanggal 2 Desember 2009 Jam 11:24 WIB).

22 manusia, alam dan bagaimana relasi diantara semua penghuni komunitas ekologis ini harus di bangun. Definisi ini memberikan suatu penekanan tentang bagaimana adaptasi harus dilakukan oleh manusia dengan alam berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.

Ruddle (2000) dalam Satria (2009: 17), melakukan identifikasi karakteristik pengetahuan lokal atau kearifan lokal pada masyarakat. Berdasarkan hasil identifikasinya ini menunjukan bahwa karakteristik pengetahuan lokal terdiri dari :

“ 1. Bersifat jangka panjang, empiris, berbasis observasi lokal, yang disesuaikan dengan kondisi lokal dan mampu mencakup sejumlah variasi lokal, serta bersifat rinci.

2. Berorientasi pada hal-hal praktis dan menyangkut prilaku, serta fokus pada tipe-tipe sumber daya dan spesies.

3. Terstruktur sehingga sebenarnya kompatibel dengan konsep biologi dan ekologi barat, khususnya terkait dengan kesadaran akan keterkaitan ekologis dan pentingnya konservasi Sumber Daya Perairan.

4. Bersifat dinamis.”

Sementara Berkes (1999) dalam Satria (2009: 17), berdasarkan hasil identifikasinya terhadap karakteristik dari pengetahuan lokal masyarakat menunjukan bahwa :

1. Pengetahuan lokal masyarakat melekat pada budaya lokal yang ada pada masyarakat bersangkutan.

2. Memiliki ruang dan waktu dalam proses perkembangannya.

3. Sangat kurang memisahkan antara alam dan budaya, serta antara subyek dengan obyek. Atau dengan kata lain bahwa pengetahuan lokal memandang bahwa alam dan budaya maupun subyek dan obyek merupakan satu kesatuan yang memiliki hubungan timbal balik.

23 4. Terdapat suatu komitmen yang memandang bahwa lingkungan lokal bersifat

unik dan merupakan tempat yang tidak dapat berpindah-pindah. 5. Di dalam memahai alam, tidak digunakan pendekatan instrumental.

Kearifan lokal telah mengajarkan pada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan terhadap sumber daya alam dengan memperhatikan aspek-aspek ekologi yang berkesinambungan. Dengan demikian, masyarakat lokal tertentu akan cenderung lebih memahami benar daerahnya dan memiliki kemampuan lebih berdasarkan pengetahuan lokal hasil percobaan sebelumnya dalam memanfaatkan sumberdaya dilingkungannya. Sehingga umumnya mereka tidak akan melakukan kesalahan yang sama dalam memanfaatkan sumber daya tersebut. Menurut Mitchell (2007: 300), menyebutkan bahwa pemahaman masyarakat lokal tentang lingkungannya yang terakumulasi biasanya akan diwariskan secara lisan, serta tidak dapat dijelaskan melalui istilah-istilah ilmiah. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor dimana secara umum kearifan lokal pada suatu masyarakat tertentu berbeda-beda, bersifat permanen, dan merupakan ciri khas yang membedakannya dengan masyarakat lain.

Prof. Nyoman Sirtha dalam “ Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali” (http://www.balipos.co.id) dalam Sartini (2005: 112), menjelaskan bahwa bentuk-bentuk kearifan lokal yang ada dalam masyarakat dapat berupa : nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus. Bentuk yang bermacam-macam ini mengakibatkan fungsi kearifan lokal menjadi bermacam-macam pula. Balipos yang diterbitkan pada tanggal 4 September 2003 dengan judul tulisan “Pola Prilaku Orang Bali Merujuk Unsur Tradisi” dalam

24 Sartini, (2005: 112-113), memberikan gambaran fungsi dari kearifan lokal. Fungsi tersebut antara lain adalah :

1. Kearifan lokal berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam. 2. Kearifan lokal berfungsi untuk mengembangkan sumber daya manusia,

misalnya berkaitan dengan upacara daur hidup konsep kanda pat rate. 3. Berfungsi sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan. 4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.

2.1.2.2. Kasus-Kasus Aplikasi Kearifan Lokal Masyarakat Nelayan di