PENUTUP
8.1. Kesimpulan
Desa Muara-Binuangeun adalah salah satu desa pesisir yang ada di kabupaten Lebak, provinsi Banten. Desa ini dibagi menjadi dua yaitu desa Muara I dan desa Muara II. Desa Muara I masuk kedalam areal kawasan kabupaten Lebak, sedangkan desa Muara II masuk kedalam areal kawasan kabupaten Pandeglang, Banten. Aktivitas nelayan lebih terfokus pada desa Muara I. Bahkan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang ada di desa Muara II menjadi tidak aktif karena hampir semua kegiatan pelelangan terpusat di desa Muara I. Dari Tempat Pelelangan Ikan tersebut, kini berkembang menjadi pasar tempat masyarakat bertransaksi dalam jual beli kebutuhan hidup. Bukan hanya ikan yang diperdagangkan, tetapi kebutuhan lain seperti kebutuhan rumah tangga dan sebagainya.
Kearifan lokal yang berkembang pada masyarakat nelayan di desa Muara-Binuangeun ini memiliki karakteristik yang disesuaikan dengan lingkungan masyarakat ditempat tersebut dan sangat berkaitan dengan sistem mata pencaharian masyarakat yaitu sebagai nelayan. Profesi sebagai nelayan ini ternyata mempengaruhi pola aplikasi dan bentuk serta karakteristik pada kearifan lokal masyarakat. Misalnya saja, tata upacara ruwatan laut yang merupakan penghargaan bagi penguasa laut. Kearifan lokal ini merupakan suatu keyakinan masyarakat nelayan tentang alam yang telah memberi penghidupan pada mereka. Masyarakat percaya, jika di darat ada penghuninya, maka di laut pun ada
147 penghuninya yang memiliki karakteristik yang sama dengan makhluk yang ada di darat. Makhluk tersebut di sebut dengan “sileman”. Berdasarkan hal ini, karena masyarakat nelayan ikut mencari nafkah di tempat makhluk tadi, maka sudah sewajarnya diadakan upacara ruwatan sebagai bentuk penghargaan, rasa terimakasih, dan toleransi dengan makhluk yang ada di laut tadi. Masyarakat percaya, jika tidak melakukan upacara tersebut, maka akan terkena musibah seperti paceklik, ataupun kecelakaan di laut seperti kapal tenggelam dan sebagainya.
Kearifan lokal yang lainnya adalah kearifan lokal yang berkaitan dengan sistem sosial ekonomi masyarakat nelayan yaitu Langgan. Langgan adalah salah satu kearifan lokal yang berbentuk aturan-aturan khusus atau norma-norma, nilai-nilai yang mengatur mekanisme yang dijalankan didalamnya untuk mencapai tujuan kesejahteraan secara ekonomi masyarakat (tujuannya di awal) yang ditetapkan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam sistem tersebut. Di samping itu jika difahami lebih jauh, Langgan ini juga diartikan sebagai individu yang melakukan peminjaman modal pada nelayan untuk melaut. Artinya adalah, selain sebagai suatu sistem yang mengatur mekanisme hubungan antara Langgan dengan nelayan, Langgan juga difahami sebagai individu yang memberikan pinjaman modal pada nelayan. Langgan inilah yang kemudian menjadi fokus pada penelitian ini. Langgan memiliki karakteristik bentuk berupa aturan atau norma khusus ada sejak dulu yang merupakan konsensus antara pihak yang terlibat dalam sistem tersebut. Karakteristik lainnya bersesuaian dengan sistem mata pencaharian masyarakat dan lingkungan yang mempengaruhinya.
148 Langgan terlahir dari inisiatif masyarakat dalam memecahkan masalah sosial-ekonomi mereka. Pada saat kemiskinan terjadi pada masyarakat dan implikasinya adalah masyarakat tidak memiliki modal untuk melaut, pada saat itulah timbul inisiatif untuk membuat atau mencari alternatif dalam mencari pinjaman modal. Kemudian terbentuklah Langgan sebagai wujud inisasi masyarakat tadi. Langgan menjadi tempat bagi nelayan dalam memperoleh pinjaman modal untuk melaut. Layaknya lembaga pemberi modal lainnya, Langgan yang merupakan lembaga pemberi modal yang sifatnya tradisional, memiliki serangkaian tata aturan atau kesepakatan dalam proses atau mekanisme yang diterapkannya. Di dalam perkembangannya, sebagai kebudayaan masyarakat, Langgan tumbuh dan berkembang menjadi besar, kemudian mengalami kemunduran kembali. Berdasarkan hal ini, maka Langgan juga mengalami kemungkian untuk berubah seperti halnya kehidupan sosial masyarakat dan kebudayaan masyarakat.
Berdasarkan hasil studi di lapangan, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perubahan pada Langgan. Ketiga faktor tersebut diantaranya adalah :
1. Interfensi ulama melalui agama Islam, yang telah banyak membatasi bahkan mengharamkan praktek-praktek kearifan lokal yang dijalankan oleh masyarakat. Langgan di pandang sebagai suatu bentuk “riba”, karena praktek Langgan ini mengharuskan para nelayan untuk membayar bunga yang sangat besar dari materi yang dipinjam nelayan. Sehingga praktek Langgan, perlahan mulai tidak disukai dan mulai di tinggalkan oleh masyarakat.
149 2. Interfensi kebijakan pemerintah melalui TPI (Tempat Pelelangan Ikan),
dimana keberadaan TPI, telah merubah sistem atau mekanisme yang diterapkan oleh Langgan. Langgan yang semula menerima langsung hasil tangkapan dari nelayan, dengan adanya TPI kini harus melalui administrasi TPI terlebih dahulu. Keuntungan yang besar pun kini mulai dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah melalui TPI. Berdasarkan hal ini, TPI telah merubah / mencampuri kebijakan yang di terapkan oleh Langgan. TPI juga telah dapat mengisi alur mekanisme kerja Langgan dalam sistem kerja Langgan yang ada di Desa Muara Binuangeun.
3. Kemiskinan dan perpindahan profesi yang terjadi pada masyarakat, dimana pada saat mata pencaharian sebagai nelayan tidak lagi menjanjikan, maka banyak masyarakat beralih profesi dan meninggalkan pekerjaan sebagai nelayan. Perpindahan profesi ini juga di dorong oleh keinginan masyarakat yang besar untuk keluar dari masalah ekonomi. Hal inilah yang kemudian menjadi penyebab perubahan pada Langgan. Langgan yang semula dikhususkan hanya untuk masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan, ternyata secara diam-diam banyak nelayan yang mencoba usaha kecil-kecilan di luar mata pencahariannya sebagai nelayan. Inilah yang menyebabkan banyak Langgan yang gulung tikar. 8.2. Rekomendasi
Meskipun Langgan dipandang banyak merugikan masyarakat dengan dampak negatif yang ditimbulkannya, keberadaan Langgan harus tetap dipertahankan. Karena Langgan juga banyak memiliki dampak positif bagi masyarakat desa Muara, misalnya saja adalah Langgan telah membantu masyarakat dalam memperoleh modal, memasarkan hasil tangkapan nelayan, memiliki aturan yang berlandaskan modal sosial masyarakat dan sebagainya.
150 Sehingga perlu adanya pembenahan dalam sistem hubungan yang diterapkan oleh Langgan. Disinilah peran semua pihak harus benar-benar dilibatkan dalam rangka memperbaiki sistem yang telah ada dan telah terbangun sejak lama. Bukan Langgan-nya yang merugikan masyarakat sebenarnya, akan tetapi mekanisme dan tata-aturannya yang harus dirubah dan disesuaikan dengan kebutuhan semua pihak yang terlibat dalam sistem tersebut. Dengan demikian, diharapkan tidak akan ada pihak yang akan merasa dirugikan dari praktek Langgan ini.
Jika mekanismenya dijalankan dengan baik, maka tidak akan merugikan pihak manapun. Seperti tujuan adanya Langgan semula yaitu untuk membantu masyarakat keluar dari masalah sosial-ekonomi masyarakat, maka hendaknya Langgan dikembalikan pada tujuan semula tadi. Dengan demikian, Langgan akan menjadi sangat menguntungkan bagi masyarakat. Sebenarnya, keberadaan Langgan telah banyak membantu masyarakat dalam memperoleh modal. Dengan mekanisme yang mudah dalam proses peminjamannya, masyarakat nelayan dapat dengan cepat memperoleh modal untuk melaut. Kesalahan bukan hanya terjadi pada Langgan saja, akan tetapi masyarakat juga memiliki posisi yang sama seperti Langgan. Andai saja, sikap konsumtif nelayan dapat dihilangkan, maka mereka tidak akan kekurangan modal untuk melaut. Di sisi lain, pemerintah juga sama. Andai saja program pemerintah lebih melihat pada kearifan lokal yang berkembang pada masyarakat dan berangkat dari kebutuhan yang krusial pada masyarakat, maka kegagalan dalam pembangunan dapat dihilangkan atau paling tidak, diminimalisir. Berdasarkan hal ini, maka rekomendasi yang dapat diberikan antara lain :
151 1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang kearifan lokal masyarakat nelayan di desa Muara. Mengingat keterbatasan pengetahuan peneliti, masih banyak hal-hal lain yang masih belum tergali. Dengan diketahuinya kearifan lokal masyarakat yang lebih mendalam, maka diharapkan akan menjadi modal dalam menentukan bentuk pembangunan yang ideal untuk dijalankan dilokasi penelitian. Ini juga akan menjadi masukan bagi berbagai pihak dalam rangka kemajuan pembangunan.
2. Bagi masyarakat Desa Muara, hendaknya tidak selalu bergantung pada sesuatu hal saja (seperti pada Langgan misalnya), dan mencoba untuk menghilangkan kebiasaan buruk seperti prilaku konsumtif dan boros. Sehingga dapat keluar dari masalah-masalah sosial-ekonomi. Disamping itu, masyarakat juga hendaknya terus bersama-sama memupuk sikap dan tindakan kolektif dalam menjaga dan melestarikan kearifan lokal yang mereka miliki. Karena kearifan lokal tersebut merupakan ciri khas dan cerminan dari prilaku dan kebiasaan masyarakat yang diperlihatkan melalui modal sosial dan aplikasi dari kearifan lokal itu sendiri.
3. Bagi akademisi, diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya demi kemajuan bersama.
4. Bagi pemerintah, diharapkan akan menjadi bahan rujukan dan sebagai masukan untuk pembuatan kebijakan selanjutnya demi kemajuan bersama.
152
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Belitung Indonesia, Coral Reef Demonstration Site Information System, dalam http://www.selatnasik.org/demosite/kegiatan/legislation/. (Diakses tanggal 2 Desember 2009 Jam 11:34 WIB).
Anonim. 2009. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Pertanian Lahan Rawa Lebak, dalam
http://aluhlangkar.blogspot.com/2008/08/kearifan-lokal-dalam-pengelolaan.html untuk judul Monday, August 11, 2008. (Diakses
tanggal 2 Desember 2009 Jam 11:24 WIB).
Aprianto, Afif. 2008. Komparasi Kearifan Tradisional Masyarakat Adat Kasepuhan Cibedug Dengan Aturan Formal Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Skripsi : Program Studi Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, IPB.
Biasane, Achmad Nasir. 2004. Konstruksi Kearifan Tradisional Dalam Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan. Jurnal. Bogor : IPB.
Bungin, Burhan. 2006. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Djohan, Robby. 2007. Leaders and Social Capital: Lead to Togetherness. Jakarta: FUND ASIA EDUCATION.
Irsan, Bartoven Vivit N. 2009. Kearifan Lokal Untuk Kesejahteraan Rakyat, (Sabtu 25 April 2009). (Kepala pusat studi budaya Lampung, Lembaga Penelitian Unila. Sumber : Lampung Pos), dalam
http://budayalampung.blogspot.com/2009/04/kearifan-lokal-untuk-kesejahteraan.html. (Diakses tanggal 2 Desember 2009 Jam 11:43 WIB). Kusnadi. 2007a. Jaminan Sosial Nelayan. Yogyakarta : PT. LKiS Pelangi Aksara. ________, ed. 2007b. Strategi Hidup Masyarakat Nelayan. Jember : Tim
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (PSKP).
Khuriyati, Siti Fikriyah. Nelayan Memegang Cangkul : Perubahan Pola Produksi Berbasis Laut Menjadi Berbasis Tanah ( Studi Kasus Tanah Timbul Segara Anakan ). Jurnal Pembaruan Desa Dan Agraria : 2005, Volume 11/ Tahun 2.
Laila, Najmu. 2009. Kemiskinan Struktural Masyarakat Nelayan, dalam http://mhs.blog.ui.ac.id/najmu.laila/archives/16. (Diakses tanggal 2 Desember 2009 Jam 11:38 WIB).
Lampe, Munsi, dkk. 1996. Penguasaan Wilayah Perikanan Dan Pemanfaatan Sumber Daya Hayati Laut Oleh Masyarakat Bugis Makasar. Sulawesi
153 selatan : Bagian Proyek Pengkajian Dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Sulawesi Selatan – Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI.
Masyhuri dan Mochammad Nadjib. 2000. Pemberdayaan Nelayan Tertinggal : Sebuah Uji Model Penanganan Kemiskinan. Jakarta : Puslitbang Ekonomi Dan Pembangunan – LIPI.
Mitchell, Bruce. 1997. Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan. Diterjemahkan oleh B. Stiawan dan Dwita Hadi Rahmi, 2007. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Salam, Aprianus. 2007. Prubahan Sosial Dan Pertanyaan Tentang Kearifan Lokal. Jurnal. Purwokwero : 2007 I Vol. 5 I No. 2 I P3M STAIN.
Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafat. Jurnal Filsafat : Agustus 2004, Jilid 37, Nomor 2.
Satria, Arif. 2009a. Ekologi Politik Nelayan. Yogyakarta : LKiS. _________. 2009b. Pesisir Dan Laut Untuk Rakyat. Bogor : IPB Press.
Silaen, Sofar. 2004. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Remaja Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : BPI-LIPI dan PT. Tugu Pratama Indonesia.
Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Grafindo Persada.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta. Sunito, Satiawan. et al. 2003. Diktat Sosiologi Umum. Bogor : IPB.
Suwartika, Rika. 2003. Struktur Modal Usaha Dan Fungsi Modal Sosial Dalam Strategi Bertahan Hidup Pekerja Migran Di Sektor Informal. Skripsi. Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Tripa, Sulaiman. 2009. Peran Dan Fungsi Panglima Laot Dalam Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan, dalam http://id.acehinstitute.org/index.php?view=article&catid. (Diakses tanggal 2 Desember 2009 Jam 11:29 WIB).
Wahyudin, Yudi. 2004. “Community Based Management (CBM)” Pengelolaan Berbasis Masyarakat (PBM).
154 BACAAN LAIN
1. Bahan Kuliah Ekologi Manusia, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, 2007.
2. Daftar Isian Data Profil Desa dan Kelurahan di Kecamatan Wanasalam, Desa Muara, Kabupaten Lebak, Banten. 2009. Departemen dalam Negeri, Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.
155
156 Lampiran 1. Data Narasumber Saat Penelitian
No. Inisial Jenis
kelamin Umur (Tahun) Pendidikan terakhir Alamat Keterangan 1. DMR Laki-laki 67 Tidak Tamat SD
Desa Muara II Mantan Nelayan
2. KYH Perempuan 59 Tidak
Tamat SD
Desa Muara II Mantan Nelayan
3. SRN Laki-laki 53 SD Desa Muara I Langgan
4. RSP Laki-laki 55 S2 Desa Jati Waras Guru/
Pengamat
5. HDA Laki-laki 47 SMA Desa Muara I Langgan
6. EJG Laki-laki 37 SMA Desa Muara I Tekong
7. ATS Laki-laki 33 SMA Desa Muara I Sekertaris
Kepala Desa Muara I
8. YGI Laki-laki 32 S1 Desa Muara I Pengamat
langgan/bek erja di TPI.
9. DNF Laki-laki 31 SMA Desa Muara I Nelayan
Kursin
10. HDI Laki-laki 26 SMA Desa Muara I Masyarakat
setempat/ Guru
11. RWN Laki-laki 23 SMA Desa Muara II Masyarakat
setempat.
12. RSI Laki-laki 23 SMA Desa Muara I Pernah kerja
di TPI dan Nelayan
13. RTA Perempuan 23 S1 Desa Muara I Warga
setempat/Ma hasiswi
14. SHN Perempuan 22 SMA Desa Muara I Warga
setempat/ped agang
15. VRP Perempuan 16 SMA Desa Cikiruh
Wetan
Pelajar
157
Lampiran II. Panduan Pertanyaan
I. Pertanyaan Pengarah pada Studi Pendahuluan (Berlaku untuk Semua Pihak)
1. Bagaimana kondisi sosial masyarakat (lokasi penelitian) ? 2. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat (lokasi penelitian) ? 3. Bagaimana kebudayaan masyarakat setempat ?
4. Bagaimana sistem mata pencaharian masyarakat ?
5. Adakah kearifan lokal yang mempengaruhi sistem mata pencaharian masyarakat ?
6. Adakah kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat ? 7. Apa saja bentuk dari kearifan lokal tersebut dan bagaimana karakteristiknya ? 8. Apa yang melatar belakangi adanya kearifan lokal tersebut ?
9. Sejak kapan kearifan lokal tersebut ada, tumbuh dan berkembang pada masyarakat ?
10. Mengapa kearifan lokal tersebut tumbuh dan berkembang pada masyarakat ? 11. Apa peran dan fungsi dari kearifan lokal tersebut ?
12. Apakah kearifan lokal tersebut merupakan budaya asli masyarakat atau budaya yang datang dari luar masyarakat dan di adopsi oleh masyarakat ? 13. Apakah modal sosial masyarakat menyertai tumbuh dan berkembangnya
kearifan lokal tersebut?
14. Secara ekonomi, sosial, budaya dan politik yang berkembang pada masyarakat, bagaimana makna kearifan lokal tersebut jika di lihat dari empat aspek tadi ?
15. Apakah kearifan lokal tersebut merupakan kebudayaan / bagian dari kebudayaan masyarakat ?
16. Adakah unsur mitos yang menyertai tumbuh dan berkembangnya kearifan lokal tersebut ?
17. Bagaimana aplikasi kearifan lokal tersebut, dan adakah perbedaan dalam pola pengaplikasiannya ?
18. Jika ada perubahan, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan pada kerifan lokal tersebut ?
158 19. Adakah aktor-aktor yang berkepentingan dalam aplikasi kearifan lokal
tersebut, dan siapa saja ?
20. Bagaimana peran dari masing-masing aktor dalam kearifan lokal tersebut ?
II. Pertanyaan Pengarah Setelah Fokus Penelitian Di Dapatkan 1. Pihak Masyarakat
• Bisakah anda menceritakan kearifan lokal yang berkembang di desa ini ? • Bagaimana awal mulanya kearifan lokal tersebut tumbuh dan berkembang
pada masyarakat ?
• Manfaat apa yang anda peroleh dari kearifan lokal yang berkembang tersebut ?
• Apakah anda terlibat dalam kearifan lokal tersebut ?
• Tahukah anda dari mana kearifan lokal tersebut berasal, ataukah kearifan lokal tersebut merupakan budaya asli daerah anda ?
• Bagaimana anda berperan dalam kearifan lokal tersebut ?
• Apa harapan anda terhadap kearifan lokal yang berkembang di tempat anda ?
• Siapa saja yang diuntungkan ?
• Adakah perubahan dalam pola pengaplikasian kearifan lokal tersebut ? • Bagaimana pola aplikasi kearifan lokal dahulu dan bagaimana pola
aplikasi kearifan lokal saat ini ?
• Mengapa kearifan lokal tersebut berubah ?
• Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kearifan lokal tersebut berubah ?
• Mengapa faktor-faktor tersebut mempengaruhi perubahan pada kearifan lokal ?
159 2. Pihak Pemerintah
• Bagaimana peran pemerintah dalam kearifan lokal yamh berkembang pada masyarakat setempat ?
• Manfaat apa yang diperoleh pemerintah dari kearifan lokal yang berkembang pada masyarakat di wilayahnya ?
• Adakah aturan hukum yang mengatur secara tegas mengenai aplikasi kearifan lokal masyarakat di wilayah tersebut ?
• Bagaimana hubungan pemerintah dengan para pelaksana kearifan lokal di wilayah tersebut ?
• Sejauh mana campur tangan pemerintah dalam kearifan lokal yang berkembang pada masyarakat ?
• Bagaimana pendapat anda tentang kearifan lokal tersebut ?
• Apa harapan anda untuk keberlangsungan aplikasi kearifan lokal tersebut oleh masyarakat ?
• Siapa saja yang diuntungkan ?
• Adakah perubahan dalam pola pengaplikasian kearifan lokal tersebut ? • Bagaimana pola aplikasi kearifan lokal dahulu dan bagaimana pola
aplikasi kearifan lokal saat ini ?
• Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kearifan lokal tersebut berubah ?
• Apa harapan anda untuk keberlangsungan aplikasi kearifan lokal tersebut ?
3. Pengamat
• Apa yang anda ketahui tentang kearifan lokal yang berkembang di desa Muara-Binuangeun ?
• Apa yang melatar belakangi terbentuknya kearifan lokal tersebut ? • Siapa saja yang terlibat dalam kearifan lokal tersebut ?
• Apa fungsi dan peran dari kearifan lokal tersebut ? • Bagaimana dampaknya pada masyarakat ?
• Siapa saja yang diuntungkan ?
160 • Bagaimana pola aplikasi kearifan lokal dahulu dan bagaimana pola
aplikasi kearifan lokal saat ini ?
• Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kearifan lokal tersebut berubah ?
• Apa harapan anda untuk keberlangsungan aplikasi kearifan lokal tersebut ?
4. Langgan
• Bagaimana mekanisme peminjaman modal pada Langgan ?
• Syarat atau ketentuan apa yang harus di penuhi nelayan saat melakukan peminjaman uang ?
• Apakah sering ditemui hambatan pada saat tertentu terkait peminjaman modal yang dilakukan nelayan pada Langgan ?
• Seandainya nelayan tidak mampu membayar modal yang dipinjamnya, bagaimana proses penyelesaian masalah tersebut ?
• Bagaimana interfensi pemerintah dalam sistem Langgan ?
• Adakah aturan formal dari pemerintah setempat sebagai payung hukum untuk kegiatan Langgan ?
• Siapa saja yang terlibat dalam sistem Langgan selain nelayan dan Langgan itu sendiri ?
• Bagaimana peran dan fungsi Langgan pada sistem sosial-ekonomi masyarakat ?
• Adakah perbedaan pola aplikasi Langgan antara dulu dengan saat ini ? • Jika ada, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan kearifan
lokal tersebut ?
• Apa harapan anda untuk keberlangsungan aplikasi Langgan ini pada masyarakat ?
161
LAMPIRAN III. JADWAL PENELITIAN
No. Kegiatan Jan 2010 Feb 2010 Bulan Mar 2010 Apr 2010
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1. Penyusunan proposal. √ √ √ √
2. Konsultasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3. Kolokium . √
4. Persiapan turun lapang pertama. √
5. Memasuki lapangan, grand tour dan
mini tour question, analisis domain
(analisis data reduction).
√ √ √
6. Menentukan focus, mini tourquestion,
analisis taksonomi (analisis data
display).
√ √ √
7. Tahap selection, structural question,
analisis komponensial (analisis data
verification).
√ √ √ √
8. Menentukan tema, judul, analisis tema. √ √ √ √
9. Uji keabsahan. √ √
10. Pembuatan draft laporan penelitian dan
revisi.
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
11. Sidang hasil / laporan penelitian
(Skripsi).
√