• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

4.1. Potensi Umum

4.1.1. Sekilas Tentang Desa Muara

Desa Muara adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan Wanasalam, kabupaten Lebak, provinsi Banten. Desa ini merupakan desa pesisir dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagi nelayan. Jarak dari desa tersebut ke ibu kota kecamatan adalah 9 Km, dengan waktu tempuh + 1 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor. Sedangkan jarak ke ibu kota kabupaten adalah 100 Km, dengan waktu tempuh + 5 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor.

Desa tersebut juga merupakan pusat kegiatan jual beli hasil nelayan karena di wilayah tersebut terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Pada awalnya, TPI berjumlah dua. Satu berada di desa Muara, kecamatan Wanasalam, kabupaten Lebak, dan satu lagi berada di desa Binuangen, kecamatan Cikeusik, kabupaten Pandeglang. Kedua tempat pelelangan ini dipisahkan oleh sungai yang juga menjadi pembatas dua kabupaten yaitu kabupaten Lebak dan kabupaten Pandeglang. Karena sesuatu hal dan untuk efisiensi transaksi jual beli nelayan, akhirnya TPI yang berada di desa Binuangen di non-aktifkan dan dipusatkan di desa Muara. Sehingga dari TPI tersebut berkembanglah sebuah pasar yang tidak hanya sebagai tempat penjualan ikan saja. Tetapi juga menjadi tempat jual beli berbagai kebutuhan rumah tangga lainnya.

67 Pasar tersebut merupakan suatu bentuk eksternalisasi positif dari adanya TPI. Sehingga secara ekonomi, pendapatan masyarakat meningkat dan proses pemasaran ikan menjadi lebih mudah. Dari pasar ini juga, berkembanglah jenis-jenis usaha lain masyarakat diluar sebagai nelayan yaitu sebagai pedagang, tukang ojek, sopir angkot, usaha kerajinan tangan dari kulit kerang atau terumbu karang, jasa, pertanian dan sebagainya.

Sebagian besar dari luas wilayah desa Muara, dipergunakan untuk pemukiman masyarakat dan pekarangan rumah. Bentuk pemukiman masyarakat sekitar pantai, polanya tidak beraturan dan berkerumun pada wilayah-wilayah tertentu. Dimana wilayah-wilayah tersebut dekat dengan pantai dan merupakan wilayah yang ramai. Sementara masyarakat yang aksesnya dekat ke jalan raya, pola perkampungannya tersebar disepanjang pinggiran jalan raya.

Di dalam perkembangannya, desa tersebut saat ini berkembang menjadi desa wisata pantai. Desa Muara menyajikan berbagai wisata pantai dengan karakteristik tempat wisata yang bermacam-macam. Sehingga tidak heran jika liburan tiba, pantai-pantai tersebut dipenuhi oleh pengunjung. Tempat-tempat wisata pantai tersebut antara lain, wisata pantai Kembang Ranjang, pantai Karang Malang, pantai Sawah Kabayan, dan pantai Panto. Tempat-tempat ini memiliki keunikan masing-masing dan memiliki historys yang berbeda-beda. Misalnya pantai Karang Malang yang memiliki bentuk pesisir karang yang seolah lurus dan menghalangi debut ombak di pantai. Sehingga pada saat ombak datang, terlihat indah ketika menghantam karang. Sedangkan pantai Karang Sawah Kabayan memiliki keunikan bentuk karangnya yang menyerupai petakan sawah dimana jika kita turun untuk melihtnya lebih dekat, petakan tersebut tampak indah karena

68 terdapat banyak ikan hias liar dan berbagai tumbuhan laut (seperti akuarium alami). Berbeda dengan pantai Panto, masyarakat sekitar percaya bahwa disekitar pantai Panto tersebut terdapat buaya. Konon buaya ini sering naik kedarat pada saat musim hujan atau terjadi banjir dari laut. Sepentias menyeramkan, tetapi pantai ini sangat sejuk karena di sekitar pantai ini ditumbuhi pohon kelapa dan di pantainya sendiri banyak terlihat perahu dan bagang.

Objek wisata pantai ini juga telah menyumbang banyak pendapatan baik bagi masyarakat sekitar maupun Pemda setempat. Sayangnya, sejauh ini pengelolaan terhadap objek wisata tersebut belum berjalan secara maksimal. Hal ini terbukti dari pengelolaannya yang kurang terorganisir dengan baik dan hanya berjalan pada saat musim liburan saja. Akibatnya adalah selain kurangnya perawatan terhadap pantai, juga keuntungan dari tempat hiburan tersebut sering dinikmati oleh oknum-oknum tertentu saja.

Gambar 4.1. Tempat wisata di desa Muara-Binuangeun.  

69 4.1.2. Batas Wilayah

Desa Muara sering disebut sebagai Binuangen. Padahal, Binuangen merupakan desa lain yang berbatasan langsung dengan desa Muara. Di sebelah utara, desa tersebut berbatasan dengan desa Cipedang, kecamatan Wanasalam. Sedangkan sebelah selatannya berbatasan dengan samudera Indonesia. Disebelah timur desa, berbatasan dengan desa Wanasalam, kecamatan Wanasalam, dan sebelah barat berbatasan dengan desa Binuangen, kecamatan Cikeusik, kabupaten Pandeglang. Penetapan batas-batas desa ini diatur dalam Peraturan Desa (Perdes) setempat.

4.1.3. Luas Wilayah

Desa Muara memiliki luas wilayah + 3.546 Ha. Sebagian besar dari luas wilayah tersebut dipergunakan sebagai pemukiman (+ 1.210 Ha) dan pekarangan rumah (+ 1.100 Ha). Sementara sisanya digunakan untuk sarana umum (413,5 Ha), Perkantoran (312 Ha), taman (300 Ha), perkebunan (187 Ha), Persawahan (16 Ha) dan lahan yang digunakan untuk pekuburan umum (7,5 Ha).

Berdasarkan data diatas, terlihat jelas bahwa areal pertanian sawah sangat kecil. Seperti telah dijelaskan diawal bahwa usaha di bidang pertanian kurang begitu diminati oleh masyarakat. Masyarakat lebih tertarik untuk menjadi seorang nelayan. Di sisi lain, terlihat bahwa luas pekarangan jauh lebih luas daripada areal pertanian. Artinya adalah masyarakat sekitar masih memiliki lahan yang belum termanfaatkan secara maksimal. Hal ini terlihat bahwa ditempat sekitar pekerangan rumah penduduk selain sebagai tempat menjemur pakian, pekarangan tersebut dibiarkan kosong begitu saja. Sehingga memungkinkan jika diadakannya

70 upaya penyuluhan terhadap masyarakat, lahan tersebut bisa dimanfaatkan untuk lahan usaha ternak, tanaman di dalam pot dan sebagainya. sehingga dapat menambah produktifitas nelayan sekitar.

4.1.4. Pertanian dan Perkebunan Masyarakat

Berdasarkan iklimnya, desa Muara memiliki curah hujan + 260 mm dengan jumlah bulan untuk terjadinya hujan sebanyak 4 bulan. Sehingga dapat dikatakan curah hujan di desa tersebut cukup layak untuk pertanian. Akan tetapi berdasarkan tekstur tanahnya yang merupakan tanah pasir, maka bentuk pertanian untuk padi sawah kurang begitu baik. Sehingga tidaklah mengherankan jika data yang di peroleh menunjukan bahwa, hasil pertanian masyarakat desa Muara tidak memiliki angka yang sangat besar. Data dari pemerintah desa setempat untuk tahun 2008-2009 saja memperlihatkan bahwa 3 Ha dari luas keseluruhan lahan pertanian digunakan untuk tanaman ubi kayu. Sementara sisanya tidak diketahui apakah lahan tersebut dimanfaatkan untuk pertanian atau tidak.

Sementara untuk perkebunan sendiri, komoditas utamanya adalah kelapa. Berdasarkan data desa Muara, luas wilayah untuk perkebunan kelapa sebayak 15 Ha. Dari setiap hektarnya, menghasilkan produksi rata-rata sebanyak 26.300 kwintal setiap tahunnya. Sehingga kelapa banyak menyumbang pendapatan untuk masyarakat. Seluruh perkebunan kelapa ini merupakan milik pribadi masyrakat sekitar.

71 4.1.5. Peternakan dan Perikanan Masyarakat

4.1.5.1. Peternakan

Melihat keadaan tanah yang kurang baik dan kurang produktif untuk usaha pertanian, maka masyarakat lebih tertarik untuk melakukan usaha di bidang peternakan. Usaha-usaha ternak yang diupayakan masyarakat diantaranya adalah usaha ternak Sapi, Kerbau, Ayam Kampung, Bebek, Kambing dan Angsa. Hasil ternak masyarakat ini dijual langsung ke konsumen. Sedangkan untuk hewan kecil seperti ayam, pada umumnya hanya dapat mencukupi kebutuhan peternaknya saja. Berikut ini adalah tabel data jenis populasi ternak masyarakat desa Muara sampai dengan tahun 2009 :

Tabel 4.1. Data usaha peternakan masyarakat di desa Muara sampai Tahun 2009.

No .

Jenis Ternak Jumlah Pemilik (orang) Perkiraan Jumlah Populasi (ekor) 1. Sapi 9 66 2. Kerbau 11 95 3. Ayam kampung 1.570 3.955 4. Bebek 8 340 5. Kambing 4 870 6. Angsa 1 5 4.1.5.2. Perikanan

Karena wilayahnya yang terletak di pantai, maka jenis perikanan yang paling utama dihasilkan oleh masyarakat adalah ikan dari laut. Akan tetapi ada juga jenis ikan air tawar yang di budi dayakan penduduk yaitu ikan mujair dan nila. Sejauh ini, alat-alat yang digunakan nelayan dalam menangkap ikan diantaranya adalah pukat sebanyak 17 unit dan jala sebanyak 21 unit (yang terdata oleh pemerintah desa tahun 2008). Hasil tangkapan

72 nelayan tersebut, ada yang dipasarkan langsung pada konsumen, ada yang di olah kembali menjadi ikan asin, dan ada juga yang langsung dijual pada tengkulak dan pengecer. Berikut ini adalah data jenis ikan yang ditangkap nelayan dan jumlah tangkapan setiap tahunnya.

Tabel 4.2. Data jenis ikan yang dihasilkan oleh masyarakat di desa Muara sampai Tahun 2009.

No. Jenis Ikan Hasil tangkapan (ton/tahun)

1. Tuna 2 2. Tongkol/ Cakalang 10 3. Hiu 2 4. Kakap 2 5. Tenggiri 1 6. Jambal 1 7. Pari 0,5 8. Kuwe 3 9. Blanak 4 10. Cumi 3 11. Sarden 4 12. Bawal 1 13. Kembung 2

14. Ikan ekor kuning 2

15. Kerapu / Sunuk 1 16. Teripang 0,5 17. Cucut 1 18. Layur 5 19. Udang/ Lobster 5 20. Tembang 2 21. Bandeng 3 22. Rajungan 0,2 23. Mujair 1 24. Nila 2 25. Rumput laut 5

73 4.1.6. Sumber Daya Air

Di desa Muara ini, terdapat satu sungai yang mengalir dari desa Cipedang sampai dengan ke desa Muara. Sungai ini bermuara di laut yang ada desa Muara. Sungai ini juga merupakan pembatas antara kabupaten Lebak dengan kabupaten Pandeglang. Nama ‘Muara’ sendiri di ambil dari sungai Cipedang yang bermuara di laut dekat desa tersebut. Debit aliran sungai ini cukup besar, bahkan pada saat musim penghujan datang terkadang air meluap dan menyebabkan banjir. Airnya sangat keruh dan tidak bisa digunakan untuk air minum.

Di dalam mencukupi kebutuhan air minum dan kebutuhan air rumah tangga, masyarakat sekitar membangun sumur gali dan sumur pompa secara pribadi. Sampai dengan saat ini, sumur gali terdapat 1.870 unit, dengan jumah pengguna sebanyak 2.521 Kepala Keluarga (KK). Sementara sumur pompa terdapat 7 unit dengan jumlah pengguna sebanyak 11 KK. Untuk memperoleh kemudahan dalam memenuhi kebutuhan air minum, di desa ini terdapat 5 unit depot isi ulang air mineral, dengan jumlah pengguna sampai dengan saat ini sebanyak 2.415 KK.