BAB V LANGGAN SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT
5.3. Struktur Organisasi Bisnis dalam Langgan
Langgan merupakan suatu sistem kearifan lokal masyarakat nelayan di desa Muara-Binuangeun. Langgan menguasai sistem perdagangan bahkan perekonomian masyarakat nelayan. Mata pencaharian masyarakat pesisir di desa Muara yang umumnya sebagai nelayan hampir semuanya tidak lepas dari sistem Langgan. Langgan menjadi tempat masyarakat nelayan dalam memperoleh pinjaman modal. Kemudahan yang di tawarkan Langgan pada nelayan, telah dapat mengalahkan bahkan mematikan lembaga-lembaga lain yang memberi
94 pinjaman pada masyarakat seperti perbankan ataupun KUD di desa tersebut. Seorang nelayan Kursin (DNF), di desa tersebut menuturkan bahwa :
”Nelayan di desa ieu tiasa nambut modal ka Langgan dinten ieu, sareng modalna tiasa langsung di candak dinten eta keneh. Teu aya sarat nanaon, tapi upami hutangna teu tiasa di lunasan ka Langgan biasana parahu, atanapi naon bae gaduh nelayan di sita ku Langgan, (Nelayan yang ada di desa ini dapat meminjam modal pada Langgan hari ini dan dapat memperoleh modal tersebut hari ini juga. Tidak ada syarat apa-apa yang dapat memberatkan nelayan. Akan tetapi, jika uatng tersebut tidak dapat dilunasi pada Langgan oleh nelayan, biasanya perahu atau barang-barang berharga milik nelayan disita oleh Langgan).”
Nelayan yang membutuhkan modal saat ini dapat memperolehnya dari Langgan saat ini juga, tanpa syarat ataupun peraturan yang bermacam-macam. Akan tetapi jika nelayan tersebut tidak mampu membayar utangnya pada Langgan, maka Langgan akan mengambil barang-barang berharga milik nelayan seperti perahu, jaring dan sebagainya. Ini merupakan konsekuensi yang harus di terima oleh nelayan yang meminjam modal pada Langgan.
Sebagai suatu sistem yang sudah melembaga dalam kehidupan nelayan desa Muara, Langgan memiliki struktur keorganisasian, akan tetapi struktur ini tidak diakui secara hukum formal dan secara tertulis, melainkan struktur ini ada berdasarkan pengakuan masyarakat dan terbentuk dengan sendirinya. Tidak ada satu pun yang tahu (berdasarkan hasil penelitian), bagaimana struktur ini terbentuk pada mulanya masyarakat hanya tahu bahwa struktur ini ada sejalan dengan berkembangnya usaha mereka di sektor perikanan laut / nelayan. Beberapa nara sumber mengatakan bahwa Langgan dan struktur keorganisasian Langgan terbentuk pada saat usaha masyarakat di bidang perikanan laut (nelayan) dimulai. Adapun waktunya masyarakat juga tidak mengetahuinya secara pasti. Akan tetapi beberapa responden menyatakan bahwa Langgan kemungkinan besar bukan
95 berasal dari masyarakat setempat, akan tetapi di bawa oleh para pendatang dari luar yang mencari nafkah di wilayah tersebut sebagai nelayan. Hal ini di duga, karena di desa Muara ternyata sangat banyak masyarakat pendatang terutama dari daerah Jawa, Bugis dan Sunda (Jawa barat).
Struktur organisasi dalam Langgan terdiri dari Langgan itu sendiri sebagai orang yang memberikan modal dan memiliki kekuasaan tertinggi dalam struktur organisasi tersebut. Kemudian di bawahnya terdiri dari bagian pemasaran hasil tangkapan dan bagian produksi atau nelayan. Bagian pemasaran terdiri dari Bakul dan Pelele. Sedangkan bagian produksi terdiri dari Taweu dan Tekong / Juru Mudi / Kapten. Tekong sendiri berdasarkan alat tangkap dan waktu beroperasinya, secara garis besar di bagi empat yaitu Bolga, Kursin, Bagang dan Payang.
Gambar 5.3. Struktur organisasi bisnis pada Langgan di desa Muara-Binuangeun Lebak Banten. Langgan Bagian pemasaran Bagian produksi Taweu Tekong Bakul Pelele Bolga Kursin Bagang Payang
96 Langgan menempati posisi teratas dalam struktur organisasi bisnis. Langgan memberi modal berupa uang atau pun barang-barang yang di butuhkan oleh nelayan pada saat melaut. Dalam hal ini, Langgan memiliki kekuatan tertinggi dalam sistem pemasaran dan produksi hasil laut (hasil tangkapan nelayan). Bagian pemasaran yang bertugas memasarkan hasil nelayan adalah Bakul dan Pelele. Bakul adalah distributor atau penjual ikan di TPI yang membeli ikan tersebut langsung pada Langgan. Ikan yang di jual oleh Bakul, diperoleh / dibelinya dari Langgan. Bakul merupakan sekelompok orang yang menjual ikan di TPI. Di sebut Bakul karena menjual ikan dengan menggunakan Bakul yang terbuat dari anyaman bambu. Pemasar kedua adalah Pelele. Pelele adalah sekelompok orang yang membeli ikan dari Bakul atau langsung dari Langgan serta nelayan untuk di jual atau dipasarkan kembali pada masyarakat. Pelele biasanya beroperasi di luar TPI, Pelele memasarkan ikan / hasil tangkapan nelayan langsung pada masyarakat. Terkadang Pelele juga berposisi sebagai Langgan karena memberi modal pada nelayan sehingga Pelele memperoleh harga yang murah dari ikan yang akan dipasarkan. Harga ikan yang murah ini, dibelinya langsung dari nelayan yang meminjam modal padanya tanpa melalui perantara lain seperti Langgan atau pun Bakul.
Bagian kedua dalam struktur organisasi bisnis Langgan adalah bagian produksi. Bagian produksi ini terdiri dari nelayan pemilik kapal / perahu yang di sebut dengan Taweu dan nelayan yang menangkap ikan di laut. Taweu ini terkadang merangkap sebagai Langgan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dan untuk menguasai seluruh hasil tangkapan
97 nelayan. Sedangkan nelayan yang menangkap ikan di laut dipimpin oleh seorang Tekong.
Tekong atau biasa di sebut dengan Juru mudi atau di sebut juga kapten adalah orang yang bertugas menjadi pemimpin kapal / perahu dalam mencari ikan di laut. Tekong juga dapat di sebut sebagai nakhoda kapal. Sebutan Tekong biasanya digunakan untuk kapten yang memimpin kapal yang ukurannya kecil atau perahu. Berdasarkan perahu / alat tangkap yang di gunakan secara garis besar Tekong biasanya mengoperasikan / memimpin operasi pada Bolga, Kursin, Bagang dan Payang. Sedangkan berdasarkan waktu operasinya maka dapat dibedakan yaitu Kursin dan Bagang beroperasi pada malam hari, Payang beroperasi dari pagi sampai sore hari, dan Bolga beroperasi siang dan malam hari. Bolga adalah perahu besar yang singgah di tengah laut untuk menangkap ikan. Daya tampung / kapasitas Bolga dalam menampung ikan mencapai 200 sampai 300 ton ikan. Bolga biasanya beroperasi dalam waktu yang lama / biasanya berhari-hari. Nelayan desa Muara sendiri menuturkan bahwa di desa mereka tidak ada yang memiliki Bolga. Bolga berasal dari daerah lain (umumnya dari Makasar) yang singgah di wilayah penangkapan ikan desa Muara untuk mencari ikan. Kursin adalah alat tangkap ikan yang di pasang di tengah laut, menyerupai bentuk bangunan dimana di setiap pinggirnya memakai jaring yang berfungsi untuk menjebak ikan dan memakai penerangan untuk mengumpulkan ikan. Ikan yang tertangkap adalah berbagai jenis ikan yang mencari penerangan di malam hari. Sedangkan Bagang adalah alat tangkap ikan yang menyerupai Kursin hanya saja ukurannya lebih kecil dan jaring yang di pasang, di angkat dengan cara di kerek. Bagang pada awalnya dikembangkan oleh para nelayan dari Bugis. Kemudian di
98 adopsi oleh nelayan lokal di wilayah tersebut. Baik Kursin maupun Bagang beroperasi di malam hari. Berbeda halnya dengan Payang yang beroperasi pada pagi sampai sore hari. Payang adalah perahu nelayan yang beroperasi pada siang hari dan menggunakan alat tangkap ikan berupa jaring atau pancing. Jaring yang di gunakan biasanya adalah berupa jaring rampus, gilnet atau jaring kincang.
Gambar 5.4. Jaring Kursin (kiri) dan jaring rampus (kanan).
5.4. Jenis Langgan Berdasarkan Pengelolaan Hasil Tangkapan Nelayan