• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERSPEKTIF TEORITIS

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Anak Berbakat Istimewa

2.1.1.2. Konsep-Konsep Keberbakatan Istimewa

Gagné (2003) dengan modelnya Gagne’s Differentiated Model of Giftedness and Talent atau dapat disebut sebagai DMGT membedakan keberbakatan menjadi Giftedness dan Talent. Giftedness dihubungkan dengan kecakapan atau potensi yang di atas rata-rata dalam satu domain bakat manusia, diantaranya adalah intelektual, kreatif, sosio-afektif, dan sensorimotorik. Talent berhubungan dengan bakat yang sudah berkembang secara sistematis yang menghasilkan aktualisasi penampilan (performance) yang berbeda di atas rata-rata dalam satu atau lebih bidang aktivitas manusia, salah satunya adalah seni. Giftedness dapat diidentifikasi melalui tes psikologis, sedangkan talent dapat diidentifikasi melalu kinerja dan performa yang dimunculkan.

Model ini menitikberatkan pada konsep keberbakatan istimewa sebagai hasil interaksi antara faktor keturunan (genetik), faktor dalam diri (intrapersonal) dan faktor luar (lingkungan). Dalam model ini dijelaskan bahwa Giftedness dapat menjadi talent dengan proses pengembangan, yaitu dengan belajar, berlatih dan mempraktekkannya.

Proses pengembangan tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : a) Faktor Intrapersonal (Interpersonal Catalys)

Faktor intrapersonal adalah faktor pengaruh yang berasal dari dalam diri, yaitu kondisi fisik, kemampuan mengelola emosi, motivasi dan temperamen/kepribadian. Kondisi fisik dapat berupa kesehatan atau

adanya penyakit tertentu. Kemampuan mengelola emosi dapat berupa

coping stress. Motivasi dapat berupa insiatif, minat, kebutuhan dan ketekunan untuk melakukan proses pengembangan tersebut. Sedangkan kepribadian yang berpengaruh dapat berupa adaptabilitas, daya saing, penghargaan terhadap diri dan nilai-nilai yang dianut. b) Faktor Lingkungan (Environment Catalys)

Faktor lingkungan adalah faktor pengaruh yang berasal dari luar diri, yaitu budaya, orang sekitar, upaya dan kejadian. Budaya dapat berupa budaya yang ada di lingkungan tempat tinggal. Orang sekitar dapat berupa orang tua beserta dukungan, stimulasi dan fasilitasi yang didapat dari mereka. Upaya dapat berupa sekolah atau kursus yang diikuti bertujuan untuk mengembangkan bakatnya. Kejadian dapat berupa penghargaan dan kecelakaan yang terjadi yang dapat berpengaruh terhadap pengembangan bakat tersebut.

c) Peluang (Chance)

Peluang yang dimaksud oleh Gagne adalah kemungkinan genetika, bahwa ada propabilitas keberbakatan istimewa anak muncul karena faktor keturunan dari orang tuanya.

Gambar 1. Differentiated Model of Giftedness and Talent

Peluang Giftedness

Talents

Intrapesonal

2) Renzulli

Renzulli (2005) dalam “The Three Rings Model”nya menyatakan

keberbakatan adalah irisan antara tiga kluster komponen pokok dan harus ditunjukkan dalam prestasi, yaitu:

a) Kemampuan umum (kapasitas intelektual) dan/atau kemampuan khusus di atas rata-rata

Terdiri dari kemampuan umum dan kemampuan spesifik. Kemampuan umum adalah kemampuan unutk memproses informasi, mengintegrasikan pengalaman dan kemampuan berpikir abstrak. Contoh kemampuan umum adalah kemampuan verbal dan logika hitungan, hitungan spasial, kelancaran kata, dan daya ingat. Kemampuan umum ini bisa diukur melalui tes inteligensi, prestasi, bakat, kemampuan, mental primer dan kekreatifan.

Kemampuan spesifik adalah kemampuan untuk menampilakan satu atau lebih bidang aktivitas yang khusus dan terbatas. Misalnya kemampuan pada bidang bahasa, kimia, balet, musik dan fotografi. Kemampuan tersebut dapat dispesifikkan lagi pada bidang-bidang khusus. Misalnya kemampuan pada musik dapat berupa kemampuan bermain alat musik, bernyanyi atau menciptakan musik. Kemampuan khusus ini dapat diketahui dari tes prestasi, ters bakat atau assesmen terkait bidang tersebut.

b) Kreativitas tinggi

Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, memberikan gagasan baru untuk memecahkan masalah, dan

kemampuan untuk menemukan pola dari unsur yang sudah ada. Dalam bidang seni, kreativitas dapat digunakan diantaranya untuk mencari ide baru, menciptakan musik dan mencari inspirasi untuk berkreasi

c) Komitmen terhadap tugas tinggi

Komitmen terhadap tugas adalah bentuk halus motivasi. Kearena motivasi diartikan sebagai proses energi umum yang merupakan faktor pemicu untuk bertanggung jawab, tekun, bekerja keras, latihan terus-menerus, percaya diri dan memiliki keyakinan untuk menyelesaikan tugas.

Gambar 2. The Three Rings Model

3) Renzulli dan Monks

Renzulli lalu mengembangkan modelnya dengan Monks hingga pada

tahun 1995 terciptalah “Triadich Interdependentie Model” dimana selain

tiga cincin yang disebutkan Renzulli tadi ada tiga faktor eksternal yang mempengaruhi, yaitu: a) Keluarga b) Sekolah c) Lingkungan sebaya Kreativitas tinggi Komitmen thd tugas tinggi Kemampuan di atas rata-rata Keberbakatan Istimewa

Peranan lingkungan ekstenal tersebut sangat penting dalam perkembangan anak berbakat, karena dapat memberikan umpan balik yang penting. Contohnya adalah beberapa tingkah laku seperti dorongan, larangan, penolakan, serta stimulasi oleh orang tua.

Gambar 3. Triadich Interdependentie Model

4) Heller dkk.

Heller dkk (2004) mengembangkan model Triadic Interdependence

dan teori Multiple Intelligences dari Howard Gardner menjadi The Munich Model of Giftedness. Melalui hasil studi longitudinal yang dilaksanakannya, Heller menghasilkan model multidimensional ini. Heller memandang konsep keberbakatan berdasarkan empat dimensi multifaktor yang saling terkait satu sama lain. Faktor-faktor tersebut adalah faktor:

a) Talenta yang relatif mandiri

Faktor bakat atau talenta adalah prediktor yang apabila dikembangkan oleh moderator dapat menghasilkan kinerja. Contoh bakat atau talenta

Sebaya Keluarga Sekolah Kreativitas tinggi Komitmen thd tugas tinggi Kemampuan di atas rata-rata Keberbakatan Istimewa

tersebut adalah kemampuan kreatif, kemampuan sosial, kemampuan artistik dan kemampuan musikalitas

b) Kinerja (performance)

Kinerja adalah bidang performance yang merupakan hasil faktor bakat yang telah dikembangkan oleh moderator. Salah satunya adalah seni. c) Kepribadian

Faktor kepribadian yang dimaksud adalah faktor kepribadian non kognitif yang bekerja sebagai moderator untuk mengembangkan bakat menjadi kinerja. Contohnya adalah kemampuan menghadapi stress, motivasi, dan ketekunan

d) Lingkungan

Kondisi lingkungan merumakan moderator pengembangan bakat menjadi kinerja. Contohnya adalah lingkungan berlatih yang nyaman, iklim dalam keluarga, dukungan dan stimulasi dari orang tua.

Gambar 4. The Munich Model of Giftedness Karakteristik Kepribadin non-kognitif (moderator) Wilayah Kinerja (kriteria) Faktor Bakat (prediktor) Kondisi Lingkungan (moderator)

5) Christian Fischer

Fischer (2006) mengembangkan Integratif Model of Giftedness. Model tersebut menjelaskan keberbakatan mempunyai faktor kemampuan dan faktor-faktor prestasi. Faktor-faktor kemampuan merupakan potensi yang apabila diasah melalui proses belajar dan proses perkembangan maka akan menjadi faktor-faktor prestasi berupa kinerja. Proses belajar dan perkembangan sendiri dapat berupa faktor kepribadian dan lingkungan yang sama-sama bisa berdampak positif maupun negatif. Faktor kemampuan salah satunya adalah kemampuan musikal-artistik yang apabila dikembangkan dapat menghasilkan kinerja berupa prestasi seni, baik musik, drama, puisi ataupun lukis.

Gambar 5. Integratif Model of Giftedness

2.1.1.3. Anak Berbakat Istimewa

2.1.1.3.1. Pengertian Anak Berbakat Istimewa

Para ilmuwan menggunakan banyak istilah yang berbeda untuk menyebut anak berbakat istimewa. Guy M. Whipple merupakan orang pertama yang menggunakan istilah gifted yang disebutkannya dalam

Potensi Faktor-faktor kemampuan Kinerja Faktor-faktor prestasi Belajar dan Perkembangan

Kepribadian

Lingkungan

+ -

Monroe’s Encyclopedia of Education yang dipakai untuk menunjukkan anak-anak dengan kemampuan supernormal. (Passow, 1985). Newland (1976) menggunakan istilah academic talented. Galton dalam Marsetyonirum (2014) lebih memilih menggunakan istilah eminence untuk menggambarkan keberbakatan yang merupakan suatu pencapaian, dimana intelligensi hanya salah satu faktor yang dibutuhkan.

2.1.1.3.2. Karakteristik Anak Berbakat Istimewa 1) Ellen Winner

Winner (1996) memberikan tiga karakteristik anak berbakat istimewa, yaitu:

a) Precocity

Anak berbakat belajar lebih cepat dari anak seumurannya. Baik dalam hal memulai ataupun kemajuan yang terjadi dalam proses belajar. Namun setiap anak memiliki domain tertentu yang menjadi potensi atau bakat mereka. Misalnya adalah anak yang memiliki domain bakat seni musik maka akan belajar musik lebih mudah daripada anak lain seumurannya.

b) March Their Own Drummer

Anak berbakat suka menemukan hal-hal baru sendiri. Sering menemukan pemecahan masalah sendiri tanpa mengikuti langkah-langkah yang biasanya digunakan. Umumnya mereka membutuhkan bantuan minimum dari orang lain.

c) Rage to Master

Anak berbakat memiliki ketertarikan yang kuat terhadap domain bakat atau potensi yang mereka miliki. Dapat memiliki tingkat fokus yang tinggi apabila sedang mengerjakan kegiatan yang termasuk dalam domain potensi tersebut. Misalnya adalah anak yang memiliki domain bakat seni lukis akan memiliki tingkat konsenterasi yang tinggi ketika melukis.

2) Renzulli

Renzulli (2005) mengemukakan dua jenis keberbakatan, yaitu:

a) Schoolhouse giftedness. Memiliki karakteristik diperoleh dari proses belajar dan dapat diukur melalui tes kognitif seperti tes IQ

b) Creative productive giftedness. Memiliki karakteristik dapat diketahui dari kemampuan kreativitas individu dalam menciptakan pemikiran baru dan menyelesaikan masalah. Kreativitas ini dapat digunakan salah satunya untuk menghasilkan karya seni oleh anak yang memiliki

talent dalam bidang seni.

3) Stenberg dan Zhang

Stenberg dan Zhang ( (Sternberg & Zhang, 2004)) dalam teorinya

The Pentagonal Implicit Theory of Giftedness” menyatakan bahwa

keberbakatan didefinisikan oleh kensensus dalam suatu kelompok budaya berdasarkan kriteria:

Seseorang harus menonjol (superior) dari kelompok sebayanya dalam satu atau lebih dimensi atau performa khusus. Artinya, seseorang disebut berbakat apabila dia benar-benar bagus dalam melakukan suatu hal. Untuk mengetahuinya adalah dengan membandingkan dengan teman sebayanya melihat apakah dia menunjukkan performa yang jauh di atas mereka.

“Performa yang jauh di atas mereka” adalah relatif, namun anak dengan

keberbakatan istimewa dapat dirasakan memiliki kemampuan berlimpah pada hal yang dikuasainya.

b) Rarity

Hanya ada sedikit orang dari suatu kelompok sebayanya yang menunjukkan karakteristik tersebut. Jadi meskipun performa itu dianggap sebagai tingkatan tinggi, namun apabila banyak teman sebayanya yang dapat melakukannya maka anak tersebut tidak bisa dikatakan sebagai berbakat istimewa.

c) Demonstrability

Seseorang harus mampu menunjukkan secara nyata kemampuan tersebut melalui assesmen yang valid. Hasil assesmen akan menunjukkan apakah individu itu memiliki kemampuan atau prestasi sebagai individu dengan bakat istimewa. Untuk talent, kemampuan dapat ditunjukkan dengan

performance yang sesuai, misalnya anak dengan talent melukis dapat menghasilkan karya lukis yang diakui.

d) Productivity

Performa tersebut harus mengarah atau berpotensi mengarah pada produksi tertentu. Pada saat kecil anak dapat dikatakan sebagai berbakat tanpa harus memproduksi sesuatu, hanya dengan melihat potensi yang dimilikinya. Namun semakin dewasa, penekanan produktivitas pada keberbakatan istimewa semakin besar. Orang yang memiliki potensi namun tidak menunjukkan produktivitas sebenarnya masih bisa dikatakan sebagai individu berbakat istimewa, namun dengan kualifikasi tersendiri. Mereka dapat disebut sebagai individu berbakat istimewa yang gagal untuk mematerialisasi keberbakatannya.

e) Value

Performa tersebut dinilai positif oleh masyarakat. Jadi apabila performa tersebut tidak dianggap benar oleh masyarakat maka individu tersebut tidak dapat dilabeli sebagai orang berbakat istimewa. Individu yang menggunakan potensinya untuk kriminalitas tidak akan dilabeli berbakat istimewa meskipun memenuhi 4 kriteria yang lain.

Gambar 6. The Pentagonal Implicit Theory of Giftedness Pentagonal Implicit Theory of Giftedness Excellence Productivity Demonstrability Value Rarity

2.1.1.3.3. Penggolongan Anak Berbakat Istimewa

Betts dan Neihart (2010) menggolongkan anak-anak berbakat istimewa menjadi 6 tipe berdasarkan perbedaan perasaan dan sikap, perilaku, kebutuhan, persepsi orang lain, identifikasi, dukungan keluarga yang dibutuhkan dan dukungan sekolah. Identifikasi tersebut adalah: Tipe 1 (The Successful), tipe 2 (The Creative), tipe 3 (The Underground), tipe 4 (The At-Risk), tipe 5 (Twice/Multi Exceptional), dan tipe 6 (Autonomous Learner).

Anak talented termasuk pada anak dengan kreativitas tinggi atau disebut dengan Tipe 2: the Creative. Betts dan Neihart (2010) menjelaskan anak berbakat tipe 2 sebagai berikut.

1. Perasaan dan Sikap

Sangat kreatif, mudah bosan dan frustasi, penghargaan terhadap diri sendiri rendah, tidak sabaran, sangat senditif, tidak pasti dalam peran sosial, rentan secara psikologis, punya keinginan kuat untuk mengikuti dorongan hati, toleransi tinggi terhadap abiguitas dan energi tinggi

2. Perilaku

Mengekspresikan emosi, menantang guru, tidak langsung menerima aturan, namun mempertanyakannya terlebih dahulu, jujur dan langsung, labil secara emosi, kontrol diri rendah, kreatif, tekun pada bidang yang dia minati, memiliki pendirian kuat dan kadang berkonflik dengan temannya 3. Kebutuhan

Untuk berinteraksi dengan orang lain, belajar taktik, fleksibilitas, kewaspadaan diri dan kontrol diri, dukungan akan kreativitasnya, sistem, tidak dituntut untuk sama dengan anak lain, dan kemampuan untuk tegas pada orang lain

4. Persepsi Orang Lain

Tidak disukai oleh guru, dianggap sebagai pemberontak, suka membuat kegaduhan, dianggap kreatif, dianggap tidak bisa disiplin, ingin diubah, tidak dianggap sebagai anak cerdas, meremehkan kesuksesannya di masa depan dan ingin anak untuk mersikap sama dengan anak lain

5. Identifikasi

Mempertanyakan bagaimana kekreatifan anak, memakai pengukuran yang spesifik terkait bidang kekreatifan anak, dan fokus pada potensi kreatif daripada prestasi yang telah dicapai.

6. Dukungan Keluarga

Mendukung tujuan anak, dapat mentoleransi penyimpangan yang lebih dari anak lain, mengijinkan mereka untuk menjalani bidang yang menjadi minatnya, menjadi contoh yang baik untuk anak, menyatakan bahwa bangga pada kemampuan anak dan harus menyadari kerentanan psikologis anak yang berbeda dengan anak lain.

7. Dukungan Sekolah

Toleransi, memberi reward pada pemikirannya yang kreatif, diajari oleh guru yang bisa mengimbanginya, komunikasi yang jelas, memberi

pelatihan khusus, memperbolehkan untuk tidak seragam dengan anak lain, diberi mentor, instruksi langsung dalam hubungan interpersonal dan diberi tahu untuk rajin berlatih.

Dari pengertian-pengertian dan konsep-konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa anak berbakat istimewa merupakan anak yang memiliki kemampuan atas satu atau lebih bidang tertentu, yang lebih tinggi dari anak seusianya. Kemampuan tersebut perlu dioptimalkan sehingga dapat menjadi performa, dan dalam pengoptimalan tersebut terdapat dua faktor yang mempengaruhi, yaitu faktor dari diri anak sendiri dan faktor luar diri anak.

2.1.2.Potensi Seni Anak Berbakat Istimewa

Dokumen terkait