KONSEP HOLDING COMPANY DAN ANALISIS HUKUM TERHADAP PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY BUMN PERKEBUNAN
3. Konsep Pelaksanaan Dan Konsep Pengawasan
Konsep pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa Pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan.173
Faktor-faktor yang dapat menunjang konsep pelaksanaan adalah sebagai berikut:
173Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 70
a. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses penyampaian informasi, kejelasan informasidan konsistensi informasi yang disampaikan;
b. Resouces (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat komponen yaitu terpenuhinya jumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan guna pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup guna melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan;
c. Disposisi, sikap dan komitmen dari pada pelaksanaan terhadap program khususnya dari mereka yang menjadi implementasi program khususnya dari mereka yang menjadi implementer program;
d. Struktur Birokrasi, yaitu SOP (Standar Operating Procedures), yang mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak sulit dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian khusus tanpa pola yang baku.174
Konsep pelaksanan di dalam holding perkebunan dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dimana dalam pelaksanaannya PT.Perkebunan Nusantara III sebagai induk holding company perkebunan hanya menjalankan perintah sebagaimana yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yakni Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2014. Dimana sebagai induk perusahaan PT.Perkebunan Nusantara III sebagai Invesment holding dalam artian bahwa induk perusahaan tidak campur tangan dalam urusan anak perusahaan selama perbuatan hukum tersebut tidak merugikan induk perusahaan.
174Ibid.,
Konsep pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.
Ada tiga tipe dasar pengawasan, yaitu :
a. Pengawasan pendahuluan (feedforward control), dirancang untuk mengantisipasi masalahmasalah atau penyimpanganpenyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan. Jadi, pendekatan pengawasan ini lebih aktif dan agresif, dengan mendeteksi masalah-masalah dan mengambil tindakan yang diperlukan sebelum suatu masalah terjadi. Pengawasan ini akan lebih efektif hanya bila manajer mampu mendapatkan informasi akurat dan tepat pada waktunya tentang perubahan-perubahan dalam lingkungan atau tentang perkembangan terhadap tujuan yang diinginkan.
b. Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent control), pengawasan ini sering disebut “Ya-Tidak”, screening control atau “berhenti-terus”, dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung.
Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dengan dari
suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan, atau menjadi semacam peralatan
“double-check yang lebih menjamin ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan.
c. Pengawasan umpan balik (feedback control), dikenal juga sebagai past-action control, mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari rencana atau standar ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa dimasa yang akan datang. Pengawasan ini bersifat historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.175
Menurut Bapak Hendra Kusuma bagian hukum yang mengatur mengenai holding company untuk perusahaan PT.Perkebunan Nusantara III, konsep pengawasan yang dilakukan dalam perusahaan holding company PT.Perkebunan Nusantara III pengawasan umpan balik (feedback control). Konsep pelaksanaan dan konsep pengawasan telah dilakukan oleh direktur utama PTPN III holding, E Massa Manik dengan merampingka jumlah komisaris PTPN I-XIV dari sebelumnya 62 orang menjadi 41 orang. Perombakan jajaran Dewan Komisaris menitikberatkan pada penegakan tata kelola perusahaan (GCG) dengan menempatkan komisaris independen untuk lebih memperkuat efektivitas pengawasan perusahaan.
Dari 13 anggota komisaris yang baru diangkat, sebanyak tujuh orang di antaranya adalah komisaris independen, empat komisaris utama, dan dua anggota
175Suad Husnan, Manajemen Keuangan : Alat-alat Pengendalian dan Analisa Keuangan, (Yogyakarta :Penerbit Liberty,1982), hlm 50
komisaris.Sedangkan pada pengalihan tugas, dari 11 orang, sebanyak 6 orang anggota komisaris diubah tugasnya menjadi komisaris independen, 4 orang menjadi komisaris utama, dan 1 orang menjadi anggota komisaris.Komisaris independen baik yang baru diangkat maupun yang dialihtugaskan berjumlah 13 orang dari total 24 orang komisaris baik yang baru diangkat maupun pengalihan.Komisaris bertanggungjawab mendorong penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik di dalam perusahaan melalui pemberdayaan dewan komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada jajaran direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Komisaris independen yang baru diangkat adalah Rustam Efendy N (PTPN II), Osmar Tanjung (PTPN IV), Tonny Harisman Soetoro (PTPN VI), R Juniono Soehartjahjono S (PTPN VII), Antonius Harso Waluyo Witono (PTPN VIII), Arvan Rivaldy Raebion Siregar (PTPN X), dan Martinus Sembiring (PTPN XIII).Sementara itu, komisaris yang dialihkan tugasnya menjadi komisaris independen adalah Ari Maulana (PTPN I), Ari Dwipayana (PTPN V), Bambang Risyanto (PTPN IX), Nus Nuzulia Ishak (PTPN XII), dan Achmad Yahya (PTPN XIV), dan Fadhil Hasan (komisaris independen merangkap komisaris utama PTPN XI).Sedangkan komisaris utama yang baru adalah E Massa Manik (PTPN IV), Amrizal (PTPN V), Banun Harpini (PTPN VI), dan Agus Pakpahan (PTPN VII).Untuk komisaris yang dialihtugaskan menjadi komisaris utama adalah Karen Tambayong (PTPN VIII), Suharnomo (PTPN IX), Siswaluyo (PTPN XII), dan Ambo Ala (PTPN XIV).Holding PTPN III Holding (Persero) dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2014 tentang Penambahan
Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham PTPN III yang membawahi seluruh PTPN, mulai dari PTPN I hingga PTPN XIV.Komoditas utama yang dihasilkan adalah kelapa sawit, karet, teh, dan gula dengan total luas lahan mencapai 1,18 juta hektare, dengan total aset PTPN III Holding (Persero) per Juni 2016 mencapai Rp109 triliun.176
C. Analisis Hukum Pembentukan PT Perkebunan Nusantara III Holding 1. Pengendalian PT.Perkebunan Nusantara III terhadap PT.Perkebunan
Nusantara anggota Holding
Pengendalian induk terhadap anak perusahaan merupakan pusat perubahan dari pengakuan yuridis terhadap hal-hal baru terkait dengan praktik bisnis dan hukum perseroan. Pengendalian induk terhadap anak perusahaan ini berimplikasi kepada perubahan kedudukan anak perusahaan dari subjek pengendalian menjadi objek pengendalian. Suatu perseroan merupakan subjek pengendalian, ketika perseroan memiliki kemandirian yuridis untuk menjalankan kegiatan usaha sesuai dengan maksud dan tujuan yang termuat dalam anggaran dasar perseroan.
Perubahan suatu perseroan menjadi objek pengendalian ditandai dengan berakhirnya kerangka kerja kelembangaan dari perseroan yang dijalankan sebagai unit bisnis tunggal dan berubah fungsi menjadi instumen organisasi yang diciptakan dan dikelola menjadi jejaring multiunit, multifungsi, dan bisnis multinasional.
176PTPN III, Annual Report 2015, www.ptpn3.co.id/pdf_files/AR_2015.pdf, diakses 20 desember 2016
Kapasitas induk perusahaan untuk mensinergikan kegiatan usaha anak-anak perusahaan, dipengaruhi oleh kemampuan induk perusahaan dalam mengendalikan anak-anak perusahaan yang bersangkutan. Induk perusahaan merumuskan startegi perusahaan grup yang dijabarkan menjadi strategi bisnis, sebagaimana yang ditetapkan oleh induk perusahaan. Dalam perusahaan grup perkebunan pengendalian PT.Perkebunan Nusantara III terhadap anggota holding dilakukan berdasarkan keputusan yang diambilan dalam RUPS. Kuasa pengambilan keputusan pada perusahaan diambil melalui keseimbangan antara kemandirian dan pengendalian induk terhadap anak perusahaan ataupun pilihan atas derajat senteralisasi/desentralisai dalam perusahaan grup.
Dalam rangka penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) sebagaimana Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara, Perusahaan telah menetapkan Kebijakan Sistem Pengendalian Internal (Internal Control System). Pengendalian Internal adalah proses yang dirancang dan dijalankan oleh Dewan Komisaris, Direksi dan anggota manajemen lainnya, serta seluruh personil Perusahaan yang ditujukan untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Untuk mencapai tujuan pengendalian internal perusahaan, program dan tindakan yang dilakukan secara berkesinambungan, mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environmental)
Berupa penyesuaian kebijakan dan peraturan Perusahaan yang mempunyai pengaruh terhadap efektivitas pengendalian internal, yaitu :
a. Review implementasi Pedoman Perilaku Etika (code of conduct), melalui pemutakhiran Pedoman Perilaku Etika (code of conduct) dan penandatanganan Surat Pernyataan Kesediaan melaksanakan Pedoman Perilaku Etika (code of conduct).
b. Review implementasi kebijakan/peraturan perusahaan untu menyesuaikan dengan perubahan kondisi saat ini, seperti:
1) Kebijakan tentang Pedoman Pengelolaan Investasi;
2) Pedoman Pelaksanaan Kewajiban Penyampaian Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) bagi Pejabat Struktural di PT Perkebunan Nusantara III (Persero);
3) Pedoman Pelaksanaan Kerjasama Pengembangan Usaha PT Perkebunan Nusantara III (Persero);
c. Review implementasi kebijakan/peraturan perusahaan untuk menciptakan lingkungan pengendalian yang baik dan mendukung penegakan Pedoman Perilaku termasuk pelaporan atas pelanggaran
d. Penyesuaian struktur organisasi Satuan Pengawasan Intern (SPI) untuk mendukung pelaksanaan pengendalian internal Perusahaan, antara lain penambahan ruang lingkup tugas dan tanggungjawab SPI untuk melakukan evaluasi atas efektifitas pelaksanaan pengendalian intern, manajemen risiko, dan proses tata kelola perusahaan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kebijakan perusahaan sebagai bagian dari job description.
2. Penaksiran Risiko (Risk Assessment)Berupa pembuatan kebijakan dan prosedur formal yang berkaitan dengan pengelolaan risiko Perusahaan sebagai pedoman untuk melakukan penilaian risiko (risk assessment).
3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
a. Pembuatan pedoman pelaksanaan pengendalian internal operasional untuk setiap proses kerja berupa matriks pengendalian, flowchart dan dokumen lainnya termasuk penetapan penanggungjawab untuk setiap proses kerja;
b. Pengidentifikasian peraturan perundangan yang harus ditaati oleh Perusahaan dan hubungannya dengan setiap proses kerja, termasuk menentukan unit penanggungjawab untuk menjamin kepatuhan terhadap peraturan perundangan tersebut.
4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
a. Merancang dan mengimplementasikan whistleblowing programme sebagai sarana komunikasi bagi karyawan untuk melaporkan indikasi terjadinya pelanggaran (error) atau kecurangan (fraud), terutama yang berkaitan
dengan masalah pengendalian internal, operasional perusahaan maupun aktivitas audit;
b. Merancang dan mengimplementasikan mekanisme self-assessment sebagai sarana untuk memperoleh informasi atas pelaksanaan implementasi pengendalian internal dari masing-masing Unit Kerja;
c. Merancang dan mengimplementasikan program-program komunikasi berkenaan dengan aktivitas pengendalian internal yang mencakup antara lain, program implementasi dan sosialisasi Keputusan Direksi mengenai pengendalian internal.
5. Pemantauan (Monitoring)
a. Peningkatan peran manajemen dalam melakukan pemantauan secara terus menerus terhadap pelaksanaan pengendalian internal di Unit Kerjanya masing-masing dengan cara memastikan pemahaman seluruh personil atas aktivitas pengendalian internal dan menciptakan lingkungan pengendalian yang mendukung;
b. Peningkatan peran dan fungsi internal audit dalam melakukan pemantauan secara berkala terhadap pelaksanaan pengendalian internal;
c. Pemberian pelatihan dan melakukan rekrutasi untuk meningkatkan efektivitas fungsi internal auditor;
d. Menerapkan mekanisme untuk menjamin tindak lanjut manajemen atas temuan dan rekomendasi hasil audit baik dari internal maupun eksternal auditor.