KEDUDUKAN HUKUM INDUK PERUSAHAAN DAN ANAK PERUSAHAAN DALAM PERUSAHAAN GRUP
A. Konsep Hukum Tentang Hubungan Induk Dan Anak Perusahaan 1. Pengertian Induk dan Anak Perusahaan
3. Prinsip Singel Economic Entity dalam hubungan induk dan anak perusahaan
Perekonomian Indonesia di dasarkan pada asas demokrasi ekonomi, dimana demokrasi ekonomi menghendaki adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam proses produksi dan pemasaran barang dan/ atau jasa. Partisipasi warga negara sebagai wujud dari pengembangan dunia usaha dalam pembangunan harus dihindarkan dari terjadinya pemusatan ekonomi dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat, sehingga perlu diciptakan iklim yang kondusif guna mendorong kesempatan tersebut. Hal ini berarti harus ada persaingan usaha yang sehat diantara para pelaku usaha.123 Salah satu usaha untuk menjamin adanya iklim persaingan usaha yang sehat diantara para pelaku usaha yaitu dengan diberlakukannya Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut Undang-Undang Persaingan Usaha). Substansi Undang-Undang Persaingan Usaha ini mengatur tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, menjabarkan perbuatan-perbuatan yang dapat merusak persaingan usaha melalui monopoli, monopsoni, kartel, oligopoli, oligopsoni, persekongkolan,serta menjabarkan suatu komisi independen yang disebut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Selain itu, Undang
122Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Jakarta : Alumni, 2004), hlm. 148.
123Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2004), hlm. 7.
Undang Persaingan Usaha juga mengatur sanksi dan prosedur penegakan hukum.Tujuan dari Undang-undang bukan hanya untuk melindungi konsumen atau pelaku usaha, tetapi dalam jangka panjang justru memelihara persaingan itu sendiri. Undang-Undang Persaingan Usaha diharapkan memberikan level playing field yang relatif sama bagi semua pelaku usaha.
Keterbatasan tanggung jawab pada PT disebabkan oleh adanya Doktrin Corporate Separate Legal Entity yang esensinya bahwa suatu perusahaan, dalam hal ini PT, mempunyai personalitas atau kepribadian yang berbeda dari orang yang menciptakannya, sehingga perseroan merupakan kesatuan hukum yang terpisah dari subjek hukum pribadi yang menjadi pendiri atau pemegang saham dari perseroan tersebut. Ada pemisah antara perseroan sebagai suatu legal entity dengan para pemegang saham dari perseroan tersebut. Pemegang saham PT itu dapat berupa orang perorangan maupun badan hukum. Adanya kepemilikan saham oleh badan hukum ini dapat membentuk sebuah PT menjadi holding company (kelompok usaha). Menurut Munir Fuady mengartikan holding company adalah suatu perusahaan yang bertujuan untuk memiliki saham dalam satu atau lebih perusahaan lain dan/atau mengatur satu atau lebih perusahaan lain tersebut.124 Perusahaan holdingcompany ini tersusun atas perusahaan induk dan anak perusahaan yang merupakan badan hukum mandiri yang saling terkait.
Konstruksi perusahaan induk dengan anak perusahaan dalam UUPT menggunakan prinsip hukum mengenai kemandirian badan hukum induk dan anak perusahaan untuk bertindak sebagai subjek hukum mandiri dan berhak
124Munir Fuady, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, (Bandung, Citra AdityaBakti, 1999), hlm. 84
melakukan perbuatan hukum sendiri. Hal ini disebabkan UUPT tidak secara tegas menyebutkan tentang adanya perusahaan holding company di Indonesia.
Sejak penggunaannya pertama kali tersebut, pendekatan melalui kesatuan ekonomi ini terus berkembang dalam dunia hukum persaingan usaha,sehingga dalam hukum persaingan usaha pendekatan dengan kesatuan ekonomi untuk menentukan pelaku pelanggaran persaingan usaha agar dapat memperluas yurisdiksinya dikenal dengan Doktrin Single Economic Entity. Putusan KPPU Perkara Nomor 07/KPPU-L/2007 tentang kasus kepemilikan silang oleh kelompok usaha Temasek merupakan preseden baru bagi penegakan hukum persaingan usaha di Indonesia. KPPU untuk pertama kalinya secara eksplisit mengaplikasikan doktrin Single Economic Entity. KPPU dalam putusannya mengadopsi doktrin tersebut untuk menjerat pelaku usaha asing yang berada diluar yuridiksi Indonesia. Dengan diterapkkanya doktrinSingle Economic Entity maka terdapat perluasan subjek dari hukum persaingan usaha, keberadaan suatu pelaku usaha tidak harus secara faktual didirikan dan berkedudukan di Indoneisa.
Tidak secara tegas disebutkannya kelompok usaha di dalam UUPT.dianutnya subjek hukum mandiri pada PT, dan tidak adanya penggunaanDoktrin Single Economic Entity dalam Undang-undang Persaingan Usahamenyebabkan halangan bagi KPPU untuk mengungkap adanya pelakupelanggaran dalam hukum persaingan usaha karena faktanya di era globalisasiini banyak pelaku usaha yang membentuk holding company baik yang terdiridari beberapa badan hukum dalam negeri sampai dengan badan hukum di luarnegeri yang dapat menyebabkan praktek monopoli dan persaingan usaha
tidaksehat.Oleh karena itu untuk membuktikan adanya pelanggaran dalam hukumpersaingan usaha yang dilakukan oleh perusahaan holding company, pihakKPPU mengadopsi doktrin dari luar negeri yang sering digunakan dalamhukum persaingan usaha Amerika, Uni Eropa dan beberapa negara lainnyayang mengakui adanya holding company.
Doktrin ini merupakan doktrin yang dapat melihat hubungan antara indukperusahan dan anak perusahaan yang saling terikat melalui kesatuan entitas ekonomi, maka dari itu nama doktrin ini adalah Doktrin Single EconomicEntity.
Dalam doktrin ini anak perusahaan tidak memiliki independensiterhadap induk perusahaan untuk menentukan arah kebijakan perusahaansebagai satu kesatuan entitas ekonomi.125Doktrin ini dapat menjadikan hukumpersaingan usaha bersifat ekstrateritorial karena pelaku usaha dapat dimintapertanggungjawaban atas tindakan yang dilakukan oleh pelaku usaha laindalam satu kesatuan ekonomi, meskipun pelaku usaha yang pertamaberoperasi di luar yurisdiksi hukum persaingan usaha suatu negara.Selain KPPU mengahadapi halangan prinsip kemandirian badan hukumdan tidak tegasnya diakui holding company dalam UUPT, penggunaan doktrinyang dapat menjadikan hukum persaingan usaha bersifat ekstrateritorial inijuga terhalang dengan Undang-Undang Persaingan Usaha yang tidakmenganut prinsip ekstrateritorial. Adanya halangan ini tidak membuat KPPUterhenti langkahnya dalam menegakkan hukum persaingan usaha.
125Alison jones and Brenda Sufrin, EC Competition Law, Text, Cases, and Materials,New York:Oxford University Press, 2004 dalam Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Akuisisi Saham olehPerusahaan Terafiliasi dalam Perspektif Hukum Persaingan Usaha dalam Jurnal Persaingan Usaha,Edisi 5, Jakarta, 2011, hlm. 22
B. Pengendalian Induk Terhadap Anak Perusahaan