KONSEP HOLDING COMPANY DAN ANALISIS HUKUM TERHADAP PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY BUMN PERKEBUNAN
2. Pertimbangan menetapkan PT.Perkebunan Nusantara III sebagai induk perusahaan Holding
Menghadapi kesenjangan antara tuntutan yang ada dengan kondisi BUMN saat ini, pemerintah tengah memantapkan strategi pengembangan BUMN melalui struktur holding BUMN yang diharapkan tidak hanya membangun sinergi antara BUMN sejenis, namun juga mengoptimalkan keterkaitan dengan berbagai sektor BUMN. Salah satu penyebab perlunya reorganisasi terhadap BUMN adalah rendahnya kinerja BUMN pada umumnya. BUMN juga dalam perjalanannya mengalami market share yang menunjukan kecendrungan menurun dari masing-masing produk BUMN akibat daya saing yang rendah dan makin meningkatnya persaingan di masing-masing bidang usaha.
Sesuai dengan Master Plan Kementrian Negara BUMN tahun 2004-2009, pemerintah kembali merencanakan membuat suatu wacana peningkatan nilai tambah dan efesiensi BUMN dengan melakukan pembentukan holding company antara lain pada perusahaan Perkebunan. Sektor perkebunan dianggap sebagai salah satu pilar kekuatan ekonomi nasional dan BUMN perkebunan diperkirakan mampu berperan dalam mengembalikan kejayaan masa lalu dimana Indonesia pernah menjadi negara nomor satu penghasil berbagai komoditas perkebunan.
Berdasarkan potensi tersebut maka diperlukan optimalisasi pemberdayaan atau sinergi antara BUMN perkebunan di berbagai bidang seperti produksi, operasi, pemasaran, keuangan, penelitian, organisasi dan sumber daya.
Menteri BUMN selaku pemegang saham terhadap BUMN perkebunan telah mengambil kebijakan untuk membentuk holding company terhadap 14 PTPN yaitu PTPN 1 s.d PTPN XIV, karena diyakini dengan memadukan aset dan potensi BUMN mampu mempercepat pertumbuhan dan penciptaan nilai BUMN Perkebunan, sehingga dapat meningkatkan kontribusinya bagi pertumbuhan ekonomi. Pola holding yang digunakan pada BUMN perkebunan merupakan alternative mengingat karakteristik bisnis perkebunan berupa pengendalian areal yang cukup luas. Kementerian BUMN dalam program restrukturisasi melalu pembentukan holding company telah memilih PT Perkebunan III sebagi kepala holding dari ke- 14 PTPN yang ada. PT Perkebunan III akan membawahi 13 PTPN yang selama ini beroperasi dan berjalan sendiri-sendiri. Sebanyak 13 PTPN akan menjadi anak usaha dari holding perkebunan tersebut. 163 Holding perkebunan menunjuk PT Perkebunan Nusantara III menjadi induk usaha (holding) BUMN perkebunan karena perusahaan ini memiliki kinerja dan performa yang baik. Data terakhir menyebutkan bahwa PT Perkebunan III mencatat pertumbuhan laba sebesar 44 persen menjadi 1 triliun di tahun 2010.164 PT Perkebunan III juga dalam perekembangannya melakukan penerapan Good
163Artikel PP Holding BUMN Perkebunan Diteken, Laba Bersih Bisa Tembus 21 Trilliun www.bumn.go.id/ptpn5/berita/12079/PP.Holding.BUMN.Perkebunan.Ditekan,.Laba.Bersih.Bisa.T embus.21.Trilliun, diakses 20 Desember 2016
164 Ditunjuk Holding Perkebunan, IPO PTPN III Makin Dekat, www.beritasatu.com/ekonomi/26477-ditunjuk-holding-perkebunan-ipo-ptpn-iii-makin-dekat.html, diakses 20 desember 2016
Corporate Governance yang mampu mendongkrak kinerja PT Perkebunan III meningkatkan laba secara signifikan.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2014 tanggal 17 September 2014, tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam modal saham PT Perkebunan Nusantara III (Persero), ditetapkan bahwa Negara Republik Indonesia melakukan penambahan penyertaan modal ke dalam modal saham PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sebesar 90%
yang berasal dari pengalihan saham milik Negara Republik Indonesia pada PT Perkebunan Nusantara lainnya. Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2014 pada tanggal 17 September 2014,maka:
1. Bentuk badan usaha PT Perkebunan Nusantara I (Persero), PT Perkebunan Nusantara II (Persero), PT Perkebunan Nusantara IV (Persero), PT Perkebunan Nusantara V (Persero), PT Perkebunan Nusantara VI (Persero), PT Perkebunan Nusantara VII (Persero), PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero), PT Perkebunan Nusantara IX (Persero), PT Perkebunan Nusantara X (Persero), PT Perkebunan Nusantara XI (Persero), PT Perkebunan Nusantara XII (Persero), PT Perkebunan Nusantara XIII (Persero) dan PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero) berubah menjadi Perseroan Terbatas yang tunduk sepenuhnya pada Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
2. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) menjadi Pemegang Saham PT Perkebunan Nusantara I, PT Perkebunan Nusantara II, PT Perkebunan Nusantara IV, PT Perkebunan Nusantara V, PT Perkebunan Nusantara VI ,
PT Perkebunan Nusantara VII, PT Perkebunan Nusantara VIII, PT Perkebunan Nusantara IX, PT Perkebunan Nusantara X, PT Perkebunan Nusantara XI, PT Perkebunan Nusantara XII, PT Perkebunan Nusantara XIII dan PT Perkebunan Nusantara XIV masing-masing sebesar 90%.
3. Kepemilikan saham milik Negara Republik Indonesia pada PT Perkebunan Nusantara I, PT Perkebunan Nusantara II, PT Perkebunan Nusantara IV, PT Perkebunan Nusantara V, PT Perkebunan Nusantara VI , PT Perkebunan Nusantara VII, PT Perkebunan Nusantara VIII, PT Perkebunan Nusantara IX, PT Perkebunan Nusantara X, PT Perkebunan Nusantara XI, PT Perkebunan Nusantara XII, PT Perkebunan Nusantara XIII dan PT Perkebunan Nusantara XIV masing-masing menjadi 10%.165
Nilai penambahan penyertaan modal Negara Republik Indonesia ke dalam modal saham PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sebesar Rp10.190.379.000.000 ditetapkan melalui Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
468/KMK.06/2014 tanggal 1 Oktober 2014.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.767/KMK.06/2015 tanggal 24 Juli 2015 ditetapkan bahwa nilai pertambahan penyertaan modal Negara Republik Indonesia ke dalam modal saham PT Perkebunan Nusantara III (Persero) menjadi sebesar Rp 27.588.578.194.542. Nilai tersebut merupakan nilai definitif penambahan penyertaan modal Negara Republik Indonesia ke dalam modal saham PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sesuai perhitungan nilai wajar saham per tanggal 30 September 2014
165Ibid.,
yang berasal dari pengalihan 90% saham milik Negara Republik Indonesia pada PT Perkebunan Nusantara I, PT Perkebunan Nusantara II, PT Perkebunan Nusantara IV, PT Perkebunan Nusantara V, PT Perkebunan Nusantara VI , PT Perkebunan Nusantara VII, PT Perkebunan Nusantara VIII, PT Perkebunan Nusantara IX, PT Perkebunan Nusantara X, PT Perkebunan Nusantara XI, PT Perkebunan Nusantara XII, PT Perkebunan Nusantara XIII dan PT Perkebunan Nusantara XIV. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 135 tahun 2015 tanggal 28 Desember 2015, Negara Republik Indonesia melakukan penambahan penambahan penyertaan modal ke dalam modal PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sebesar Rp3.150.000.000.000 yang diteruskan sebagai penambahan modal PT Perkebunan Nusantara III (Persero) kepada PT Perkebunan Nusantara VII, PT Perkebunan Nusantara IX, PT Perkebunan Nusantara X, PT Perkebunan Nusantara XI dan PT Perkebunan Nusantara XII masing-masing sebesar Rp157.500.000.000, Rp900.000.000.000, Rp877.500.000.000, Rp585.000.000.000 dan Rp630.000.000.000. Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, maksud dan tujuan Perusahaan adalah melakukan usaha di bidang agro bisnis dan agro industri serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perusahaan untuk menghasilkan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat.166
Berdasarkan anggaran Dasar Perusahaan, saham Perusahaan sebanyak 100% sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Rincian Nilai Penambahan
166Ibid.,
Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara III, sebagai berikut :167
1. PT Perkebunan Nusantara I Rp 268.820.748.900 2. PT Perkebunan Nusantara II Rp 199.415.700.000 3. PT Perkebunan Nusantara IV Rp 9.883.758.000.000 4. PT Perkebunan Nusantara V Rp 4.663.237.849.200 5. PT Perkebunan Nusantara VI Rp 1.023.824.700.000 6. PT Perkebunan Nusantara VII Rp 3.666.938.400.000 7. PT Perkebunan Nusantara VIII Rp 2.085.232.973.400 8. PT Perkebunan Nusantara IX Rp 1.508.500.800.000 9. PT Perkebunan Nusantara X Rp 2.557.118.700.000 10. PT Perkebunan Nusantara XI Rp 1.228.806.000.000 11. PT Perkebunan Nusantara XII Rp 1.519.782.924.942 12. PT Perkebunan Nusantara XIII Rp 1.574.034.694.200 13. PT Perkebunan Nusantara XIV Rp 559.106.703.900
Total Rp 30.738.578.194.542
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas, Perusahaan dapat melaksanakan kegiatan utama:
a. Pengusahaan budidaya tanaman meliputi pembukaan dan pengelolaan lahan, pembibitan, penanaman dan pemeliharaan dan pemungutan hasil tanaman serta melakukan kegiatankegiatan lain yang berhubungan dengan pengusahaan budidaya tanaman tersebut;
b. Produksi meliputi pengolahan hasil tanaman sendiri maupun dari pihak lain menjadi barang setengah jadi dan atau barang jadi serta produk turunannya;
167PTPN III, Annual Report 2014, www.ptpn3.co.id/pdf_files/AR_2014.pdf, diakses 20 desember 2016
c. Perdagangan meliputi penyelenggaraan kegiatan pemasaran berbagai macam hasil produksi serta melakukan kegiatan perdagangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan usaha Perusahaan; Pengembangan usaha bidang perkebunan, agrowisata, agrobisnis, dan agro industri;
d. Lain-lain dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki Perusahaan.168
B. Konsep Holding company PT. Perkebunan Nusantara III 1. Struktur Organisasi PT.Perkebunan Nusantara III Holding
Setiap perusahaan pada umumnya mempunyai struktur organisasi.
Penyusunan struktur organisasi merupakan langkah awal dalam memulai pelaksanaan kegiatan organisasi, dengan kata lain penyusunan struktur organisasi adalah langkah terencana dalam suatu perusahaan untuk melaksanakan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Struktur organisasi menjelaskan bagaimana tugas kerja akan dibagi, dikelompokkan dan dikoordinasikan secara formal. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan diantara fungsi, bagian atau posisi maupun orang-orang yang menunjukkan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Kerangka kerja organisasi tersebut disebut sebagai desain organisasi (organizational design) dan bentuk spesifik dari
168Ibid.,
kerangka kerja organisasi dinamakan dengan struktur organisasi (organizational structure).169
Pada umumnya perusahaan mempunyai struktur organisasi yang berbeda menurut kegiatan usahanya.Struktur organisasi merupakan kerangka atau bagian yang menggambarkan jaringan hubungan yang menunjukkan kedudukan, tugas dan tanggung jawab secara hirarki yang terdapat dalam perusahaan.Struktur organisasi yang baik jika dikaitkan dengan pengawasan adalah struktur organisasi yang menggambarkan secara tegas garis, wewenang dan tanggung jawab setiap bagian dalam organisasi. Tanggung jawab fungsional dalam organisasi didasarkan pada prinsipprinsip adanya pemisahan tugas dan sekaligus diperlukan untuk mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pengorganisasian juga akan menjadikan kegiatan dan tugas-tugas suatu perusahaan dapat dijalankan dengan baik dan teratur. Dengan kata lain organisasi berguna untuk menghindarkan terjadinya penyelewengan-penyelewengan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Dengan demikian struktur organisasi perusahaan merupakan gambaran yang memperlihatkan susunan, fungsi departemen atau posisi mereka dalam organisasi serta bagaimana hubungannya antara satu sama lainnya disamping menunjukkan garis perintah maupun jalur jalan komunikasi formal. Sehingga 14 dapat tercipta suatu tim kerja yang kompak dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan.
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT Perkebunan Nusantara III No.
3.08/SKPTS/15/2014 tanggal 26 Februari 2014 tentang perubahan struktur
169Ach Mohyi, Teori dan Perilaku Organisasi,(Malang: UMM Press,2012), hlm 35
organisasi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dalam rangka pelaksanaan pencapaian tujuan maka ditetapkanlah perubahaan struktur organisasi yang menyangkut fungsi, tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari masing-masing pengelola. Struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan adalah struktur organisasi garis dan staf.Struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dapat dilihat pada
Struktur organisasi dalam holding company PT Perkebunan III yakni :170
Susunan Komisaris
Komisaris Utama : Joefly J. Bahroeny Komisaris : 1. Dahlan Harahap
2. Deddy Yefri Sitorus
170PTPN III, Annual Report 2015, www.ptpn3.co.id/pdf_files/AR_2015.pdf, diakses 20 desember 2016
3. Deddy Fauzi Elhakim 4. Dielza Vierzon Susunan Direksi
Direktur Utama : Elia Massa Manik
Direktur Human Capital Management & Umum : Seger Budiarjo Direktur Keuangan dan Korporasi : Erwan Pelawi Direktur Pelaksana Operasional : Nurhidayat
SEVP Bidang Keuangan : Siwi Peni
SEVP Bidang Produksi : Alexander Maha
SEVP Bidang SDM & Umum : Ahmad Gusmar H 2. Jenis Holding yang ditetapkan
Badan Usaha Milik Negara merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi dalam perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi. Badan usaha milik negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, khususnya dalam perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara optimal. Sebagaimana termaksud dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003, BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagaian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Kekayaan negara yang dipisahkan adalah kekayaan negara yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk dijadikan penyertaan modal negara pada persero dan/atau perum serta perseroan
terbatas lainnya. Keadaan ekonomi-politik dalam skala global juga akan berkorelasi dengan konteks nasional.
Globalisasi adalah suatu tantangan terbesar bagi kemandirian perekonomian nasional, khususnya BUMN dalam fungsinya menyelenggarakan perekonomian guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kecendrungan ekonomi adalah semakin mantabnya posisi liberalisasi ekonomi yang ditandai dengan semakin tingginya ketimpangan sosial masyarakat. Hingga dirasa peran BUMN menjadi sangat krusial untuk melakukan suatu inovasi tidak hanya pada pertumbuhan ekonomi namun juga dalam pemerataan ekonomi nasional.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara PAN Nomor PER/15/M.PAN/7/208 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Menteri Negara PAN dan RB Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 serta Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2015, seluruh instansi/lembaga Pemerintah diwajibkan untuk melaksanakan reformasi birokrasi guna menciptakan tata kelola pemerintahan yang bersih (good governance). Reformasi Birokrasi dilakukan dengan menghasilkan beberapa output antara lain Standard Operating Procedur aktivitas kementrian BUMN, kode etik dan manajemen SDM. Khusus mengenai organisasi, kementrian BUMN merencanakan akan melakukan perampingan dalam rangka meningkatkan efesiensi kerja yang disesuaikan dengan rencana rightsizing BUMN
Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara PT Perkebunan Nusantara yang bergerak dalam bidang perkebunan maka pemerintah perlu melakukan pengembangan guna meningkatkan kinerja dari perusahaan tersebut. Dimana dalam perkembangannya PT Perkebunan Nusantara III telah melakukan program pemerintah yakni Restrukturisasi dan Privatisasi. Dalam program restrukturisasi PT Perkebunan Nusantara, pemerintah membentuk beberapa perusahaan holding.Holding-holding tersebut dibentuk dengan mempertimbangkan kesamaan karakteristik bisnis, skala usaha ataupun alasan-alasan keekonomian lainnya.
Dalam pembentukan holding company BUMN ada beberapa bentuk yang digunakan yakni:
1. Umbrella holding adalah pembentukan holding yang akan mengelolah suatu kelompok perusahaan yang berasal dari sektor yang berbeda misalnya Agrobisnis dan farmasi.
2. Focused holding yakni membentuk beberapa holding yang terdiri dari perusahaan yang berasal dari satu sektor yakni holding semen, holding pupuk dan holding perkebunan.
3. Roll-up adalah menggabungkan BUMN yang usahanya sama kedalam satu perusahaan.
4. Sedangkan status quo adalah tetap memelihara BUMN yang telah ada atas dasar stand alone karena tidak dapat digabungkan ke kelompok manapun.
Pengelolaan melalui sebuah holding company akan memberikan kesempatan untuk menentukan alokasi sumber daya manajemen yang diperlukan tiap perusahaan yang berada dalam pengelolaan holding company tersebut dengan
baik, dan ke depan dapat digunakan sebagai basis ekspansi bisnis Indonesia ke dalam dan luar negeri. Sejalan dengan tujuan pembentukan Holding BUMN Perkebunan, maka pembentukan holding pada BUMN Perkebunan diharapkan dapat memberikan perubahan yang positif dalam memajukan BUMN Perkebunan.
Sesuai dengan kajian awal yang telah dilakukan, beberapa manfaat dari holding company kepada Kementerian BUMN dan anak perusahaan dapat dijelaskan dari berbagai aspek, yaitu:
1. Aspek birokrasi
Adanya perubahan budaya dan pola kerja di PTPN dan RNI dari budaya birokrasi menjadi budaya korporasi yang berorientasi keuntungan. Pada akhirnya peran korporasi Kementerian BUMN akan digantikan dengan holding company.
2. Aspek Sumber Daya Manusia
Kelebihan SDM dapat didistribusikan di unit-unit pengembangan. Peluang perencanaan karir di PTPN dan RNI menjadi lebih luas karena dimungkinkan adanya mutasi atau promosi lintas anak perusahaan.
Perencanaan karir di holding company akan diterapkan secara objektif melalui pengembangan SDM berbasis kompetensi (Competence Based Human Resource Management)
3. Aspek Hukum dan Perpajakan
Dengan dibentuknya holding company terjadi potensi penambahan pajak kepada Negara. Negara juga berhak atas dividen Holding Company.
Penyelesaian masalah lahan, sertifikasi HGU dan Dapenbun dapat diselesaikan secara terintegrasi oleh Holding Company sehingga biaya transaksi keseluruhan menjadi lebih efisien.
4. Aspek Keuangan
Perbaikan struktur modal sebesar Rp 3.715 milyar dan perbaikan modal kerja sebesar Rp 4.831 milyar. Dengan membaiknya kondisi PTPN dan RNI maka akan terbuka kesempatan untuk menarik pinjaman untuk pengembangan usaha.
5. Aspek Pengkajian dan Pengembangan (R&D)
Peningkatan produksi secara signifikan dengan dilakukan rehabilitasi tanaman dan pengolahan. Dengan adanya ketersediaan dana maka akan dilakukan pengkajian dan pengembangan untuk menciptakan inovasi baru baik pada on farm dan off farm.
Pembentukan holding company dari perusahaan perkebunan yang berstatus BUMN adalah bagian dari pelaksanaan rencana rightsizing yang dilakukan oleh Kementrian BUMN. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa rightsizing merupakan salah satu cara untuk mendapatkan jumlah skala BUMN yang lebih ideal dengan mengadakan regrouping/konsolidasi BUMN secara sektoral untuk memerakan kembali jumblah masing-masing BUMN/sektoral tersebut. Bertitik tolak dari berbagai motif ekonomi dalam pembentukan atau pengembangan perusahaan grup, visi Kementrian BUMN adalah membentuk perusahaan holding induk atau super holding company BUMN yang diarahkan untuk menggerakan proses penciptaan nilai tambah atau value creation process bagi sebesar-besarnya kepentingan masyarakat luas.171
PT Perkebunan Nusantara Holding (PT Perkebunan Nusantara III) merupakan sebuah BUMN yang bergerak di bidang produksi dan pemasaran perkebunan seperti sawit, karet, tembakau dan tebu. PT Perkebunan Nusantara III sebagai induk perusahaan didirikan berdasarkan PP Nomor 72 tahun 2014 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut PT Perkebunan Nusantara III kemudian dijadikan induk perusahaan yang menaungi PTPN I, PTPN II, PTPN IV s.d PTPN XIV sebagai anak perusahaan. Pengangkatan PT Perkebunan Nusantara III dilakukan dengan penambahan penyertaan modal ke dalam saham PT Perkebunan Nusantara III. Adapun akibatnya dari adanya penambahan penyertaan
171Sulistiowati 1, Op.Cit., hlm 70
modal saham tersebut adalah menjadikan PT Perkebunan Nusantara III menjadi induk perusahaan tanpa melakukan perubahan nama seperti holding yang dilakukan pemerintah terhadap semen dan pupuk. Dimana pemerintah dalam holdingnya membentuk perusahaan baru dengan menganti nama dari holding tersebut menjadi PT Semen Indonesia dan PT Pupuk Indonesia.
Pembentukan holding company perkebunan dilaksanakan atas dasar pasal 11 Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN maka aturan yang berlaku bagi perusahaan BUMN adalah aturan yang tertera dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pembentukan PT Perkebunan Nusantara III sebagai holding company perkebunan yang berbentuk Investment Holding merupakan suatu langkah yang besar karena pada dasarnya hukum Indonesia tidak mengenal adanya Investment Holding. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, pada Investment Holding induk perusahaan hanya melakukan penyetaraan saham kepada anak perusahaan, tanpa melakukan kegiatan pendukung ataupun kegiatan operasional. Induk perusahaan memperoleh sebagaian besar pendapatannya hanya dari diveden yang diberikan oleh anak perusahaan. Sedangkan pada operating holding company, induk perusahaan menjalankan kegiatan usaha dan mengendalikan anak perusahaan. Kegiatan usaha induk perusahaan biasanya akan menentukan jenis izin usaha yang harus dipenuhi oleh induk perusahaan tersebut.
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan dalam Pasal 18 dikatakan bahwa kegiatan usaha perseroan yang
dijalankan perseroan untuk mencapai maskud dan tujuan yang dirincikan dalam anggaran dasar. Dari pengertian tersebut maka kegiatan Investment Holding Company dianggap bertentangan dengan kegiatan usaha karena hanya memiliki saham pada perusahaan lain tanpa memiliki kegiatan usaha. Tetapi walaupun demikian, kebolehan untuk memiliki saham pada perseroan lain diizinkan dengan menjadikan perusahaan induk, namun perusahaan tersebut harus tetap memiliki kegiatan usaha dan tidak semata-mata hanya memiliki saham diperusahaan lain.
Pada dasarnya konsep Investment Holding seperti pada saat ini diterapkan oleh PT Perkebunan Nusantara III dapat dikatakan bertentangan dengan hukum dasar perseroan di Indonesia yaitu Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 terutama pada pasal 2 yang mengatakan bahwa perseroan memiliki maksud dan tujuan yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan/atau keasusilaan. Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia (KPPU) dalam putusannya No. 07/KPPU-L/2007 tanggal 19 November 2007 dalam amar putusannya “ Menyatakan bahwa Temasek Holdings, Pte.Ltd bersama-sama dengan Singapore Technologies Telemedia Pte.Ltd., STT Communications Ltd., Asia Mobile Holding Company Pte.Ltd, Asia Mobile Holdings Pte.Ltd, Indonesia Communications Limited, Indonesia Communications Ltd., Singapore Telecpmunications Ltd., dan Singapore Telecom Mobile Pte.Ltd terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 27 huruf a UU No. 5 Tahun 1999.”
Pasal 27 huruf a UU No. 5 Tahun 1999 menyatakan” Pelaku Usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis yang
melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar yang bersangkutan yang sama, atau mendirikan beberapa perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang sama pada pasar yang bersangkutan yang sama, apabila kepemilikan tersebut mengakibatkan Satu pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu”. Pertimbangan hukum dari KPPU, bahwa Temasek Holding (Private) Limited melalui anak perusahaan tidak langsung yaitu Indonesia Communicatios Limited menguasai saham Indosat sebesar 41,9% (empat puluh satu koma sembilan persen) dan melalui Singapore Telecom Mobile Pte Ltd menguasai saham Telkomsel sebesar 35% (tiga puluh lima persen), sehingga Kelompok Usaha Temasek melanggar Pasal 27 huruf a UU No. 5 Tahun 1999.
KPPU mengelompokan Kelompok Usaha Temasek dalam bentuk satu entitas ekonomi tunggal (single economic entity).
Putusan Mahkamah Agung Nomor 496 K/Pdt.Sus/2008 dalam putusannya mengenai permasalahan diatas menyatakan bahwa:172
Undang-undang Perseroan Terbatas (UU No.1 tahun 1995 yang telah digantikan dengan Undang-undang No.40 tahun 2007) dan Undang-undang Investasi tidak mengenal perusahaan pengendali sebagai bentuk bisnis. BKPM telah mengambil posisi yang jelas mengenai permasalahan ini. Tahun 2004, BKPM membatalkan peraturan (Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No.57/SK/2004 tahun 2004 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan
Undang-undang Perseroan Terbatas (UU No.1 tahun 1995 yang telah digantikan dengan Undang-undang No.40 tahun 2007) dan Undang-undang Investasi tidak mengenal perusahaan pengendali sebagai bentuk bisnis. BKPM telah mengambil posisi yang jelas mengenai permasalahan ini. Tahun 2004, BKPM membatalkan peraturan (Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No.57/SK/2004 tahun 2004 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan