• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Konsep Risiko dan Ketidakpastian

Istilah risiko dan ketidakpastian secara teoritis mempunyai pengertian yang berbeda, meskipun seringkali kedua istilah tersebut digunakan secara bersama-sama. Dari beberapa sumber yang berbeda telah menyebutkan pengertian risiko dan ketidakpastian. Walaupun sumbernya berbeda, namun beberapa sumber tersebut menyebutkan makna atau pengertian risiko dan ketidakpastian yang sama. Risiko adalah peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis dan tingkat peluangnya terukur secara kuantitatif. Sedangkan ketidakpastian adalah kondisi dimana peluang kejadian tidak dapat diketahui dan tingkat peluangnya tidak dapat diukur secara kuantitatif (Hardaker (1997), Robison dan Barry (1987), Debertin (1986), dan Djohanputro (2008)).

Risiko sangat erat kaitannya dengan ketidakpastiaan, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Seperti yang dikemukakan oleh Harwood,

et al., (1999), bahwa risiko dan ketidakpastian menunjukkan kemungkinan

kejadian yang menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis yang mengalaminya. Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari Muslich (2007), yang menyatakan bahwa secara umum risiko dapat diartikan dalam berbagai cara, namun pengertian risiko yang paling umum adalah seluruh hal yang dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Muslich (2007) juga menyatakan bahwa risiko yang dapat mencakup semua risiko selain risiko pasar dan risiko kredit adalah risiko operasional, dimana risiko operasional disebabkan oleh kegagalan proses internal perusahaan, kesalahan sumberdaya manusia, kegagalan sistem, kerugian yang disebabkan kejadian dari luar perusahaan, dan kerugian karena pelanggaran peraturan dan hukum yang berlaku .

20 Demikian juga dengan pernyataan dari Kountur (2006), yang menyatakan bahwa risiko itu terdiri dari tiga unsur penting, yaitu kejadian, kemungkinan, dan akibat. Risiko itu berhubungan dengan suatu kejadian, dimana kejadian tersebut memiliki kemungkinan untuk terjadi atau tidak terjadi, dan jika terjadi ada akibat berupa kerugian yang ditimbulkan. Gambaran mengenai risiko dan ketidakpastian dapat dilihat dalam suatu kontinum seperti Gambar 1.

Peluang dan Hasil diketahui Peluang dan Hasil tidak diketahui

Gambar 1. Risk- Uncertainty Continuum Sumber : Debertin, 1986

Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa pada kontinum sebelah kiri menggambarkan kejadian yang berisiko dimana peluang dan hasil dari suatu kejadian dapat diketahui oleh pengambil keputusan. Di sisi lain pada kontinum yang terletak sebelah kanan yang menggambarkan kejadian ketidakpastian dimana peluang dan hasil dari suatu kejadian tidak diketahui oleh pengambil keputusan. Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa kontinum bergerak dari titik awal yang di sebelah kiri (risky events) ke arah sebelah kanan (uncertain events). Ini artinya jika kontinum mengarah semakin ke kanan, maka peluang kejadian tersebut makin sulit diketahui dan diukur secara kuantitatif sehingga akan masuk ke dalam kejadian ketidakpastian. Beberapa kejadian seperti pada bisnis usahatani dapat terletak antara dua kutub yang berlawanan yaitu risiko dan ketidakpastian. Dengan kata lain pada kegiatan usahatani, sebagian besar kejadian terletak di tengah-tengah kontinum, yang artinya beberapa peluang kejadian dapat diketahui (seperti kejadian adanya hama dan penyakit, musim kemarau, musim hujan) dan beberapa peluang kejadian tidak dapat diketahui (seperti kejadian bencana gempa dan banjir).

Peluang dan Hasil diketahui Peluang dan Hasil tidak diketahui

RISKY EVENTS UNCERTAIN EVENTS

21 Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa risiko dan ketidakpastian menunjukkan kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis yang mengalaminya. Debertin (1986) juga mengungkapkan bahwa risiko dan ketidakpastian sangat sulit untuk ditangani karena hasil dan probabilitas yang terkait dengan setiap kejadian tidak dapat diketahui dengan pasti atau sulit untuk diprediksi. Terkait dengan hal itu, Debertin (1986) mengungkapan bahwa perlu adanya asuransi jelas dalam suatu usaha sebagai alternatif untuk menangani risiko.

3.1.2. Sumber-Sumber Risiko

Risiko merupakan hal yang tidak akan pernah dapat dihindari pada suatu kegiatan/aktivitas usahatani dan apabila risiko terjadi maka akan menimbulkan kerugian. Suatu perusahaan harus mampu mendefinisikan risiko-risiko apa saja yang dihadapi sebelum membuat strategi untuk mengendalikan risiko tersebut. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu mengidentifikasi sumber-sumber yang menimbulkan risiko.

Ada beberapa sumber risko yang terdapat pada pertanian (Harwood et al. (1999)), meliputi:

1. Risiko produksi (Yield Risk)

Merupakan kegagalan yang terjadi dalam proses budidaya atau dalam proses memproduksi suatu komoditas yang diakibatkan oleh faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Contohnya berhubungan dengan keadaan alam seperti kelembapan kumbung, perubahan suhu di dalam kumbung, serta serangan hama dan penyakit yang tidak terkontrol. Penerapan teknologi yang tepat merupakan salah satu tindakan yang tepat untuk meminimalisir dampak negatif yang dapat ditimbulkan. Contohnya adalah pemasangan teknologi pengukur suhu di dalam kumbung, sehingga suhu dapat diketahui setiap saat pada kumbung.

2. Risiko pasar (Market Risk)

Merupakan risiko yang terjadi akibat dari tidak stabilnya harga komoditi yang dihasilkan dari usaha dan harga sumber daya atau input yang digunakan untuk menghasilkan komoditi tersebut (fluktuasi harga output dan input). Namun, selain itu risiko pasar juga dipengaruhi oleh penurunan permintaan terhadap

22 output perusahaan, mutu produk yang tidak sesuai, persaingan antar sesama produsen, kegagalan strategi pemasaran, kelemahan daya tawar perusahaan dibandingkan dengan pembeli. Pada akhirnya risiko harga tersebut akan berpengaruh pada pendapatan yang diperoleh petani.

Dari beberapa sumber tersebut saat ini risiko yang paling utama dihadapi oleh Perusahaan Rimba Jaya Mushroom (RJM) dalam pengusahaannya adalah risiko produksi. Keberhasilan usaha jamur tidak terlepas dari kegiatan produksi yang baik. Kegiatan produksi jamur memerlukan penggunaan input yang tepat, teknologi, keterampilan tenaga kerja yang menjadi faktor utama dan penentu keberhasilan usaha jamur tersebut. Risiko produksi tersebut perlu mendapatkan penanganan dan perhatian lebih intensif dengan berbagai strategi penanganan yang tepat agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

Kemudian Kountur (2008) juga mengemukakan bahwa ada beberapa kategori risiko. Kategori risiko tersebut tergantung dari sudut pandang mana melihatnya. Risiko dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu risiko dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, risiko dari sudut pandang akibat yang ditimbulkan, risiko dari sudut pandang aktivitas yang dilakukan, dan risiko dari sudut pandang kejadian yang terjadi, yaitu:

a. Risiko dari sudut Pandang Penyebab

Berdasarkan sudut pandang penyebab kejadian, risiko dapat dibedakan kedalam risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti perubahan harga input maupun output, tingkat bunga dan mata uang asing. Risiko operasional disebabkan oleh faktor-faktor nonkeuangan seperti manusia, teknologi dan keadaan suhu kumbung.

b. Risiko dari Sudut Pandang Akibat

Dilihat dari sudut pandang akibat yang ditimbulkan terdapat dua kategori risiko yakni risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang mengakibatkan sesuatu yang merugikan dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. Risiko spekulatif adalah risiko yang memungkinkan untuk menimbulkan suatu kerugian atau menimbulkan keuntungan.

23 Kountur (2008) menyebutkan bahwa segala aktivitas dapat menimbulkan berbagai macam risiko misalnya aktivitas pelaksanaan proses sterilisasi baglog yang dikenal dengan risiko sterilisasi log. Banyaknya risiko dari sudut pandang aktivitas sebanyak jumlah aktivitas yang ada.

d. Risiko dari Sudut Pandang Kejadian

Risiko yang dinyatakan berdasarkan kejadian merupakan pernyataan risiko yang paling baik, misalnya terjadi serangan hama terhadap baglog di kumbung inkubasi, maka risiko yang terjadi adalah risiko hama di inkubasi.

Setiap kegiatan dalam suatu usaha pasti mengandung risiko dalam pengusahaanya dan risiko tersebut tentunya akan memberikan dampak kerugian bagi perusahaan. Jenis-Jenis risikonya tergantung dari jenis usahanya juga, sehingga dalam menentukan strategi untuk menangani risiko yang ada, maka harus terlebih dahulu diketahui jenis risikonya. Dalam bidang agribisnis, risiko yang dapat terjadi pada kegiatan usahatani adalah risiko selama proses produksi berlangsung dan risiko terhadap harga jual. Namun, pada perusahaan Rimba Jaya Mushroom harga relatif stabil, sehingga risiko yang paling utama dihadapi oleh usaha ini adalah risiko produksi. Risiko produksi antara lain disebabkan serangan hama, input, dan faktor kesalahan tenaga kerja. Akibat risiko produksi tersebut terjadi penurunan kualitas serta kuantitas hasil panen. Sedangkan risiko harga disebabkan oleh fluktuasi harga input dan harga output yang dipengaruhi tingkat inflasi serta kondisi permintaan dan penawaran produk.

3.1.3. Penilaian Risiko

Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan (deviation) terhadap return yang diharapkan. Untuk menentukan banyaknya kejadian yang dianggap berisiko dapat menggunakan konsep perhitungan peluang. Hasil dari perhitungan peluang ini akan menunjukkan seberapa sering perusahaan menghadapi periode atau hasil yang sesuai dengan harapan, melebihi harapan dan tidak sesuai dengan harapan.

Pengukuran risiko dapat menggunakan nilai varian (variance), standar baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation) (Elton dan Gruber 1995). Ketiga alat ukur penilaian risiko ini saling berkaitan satu sama lain dengan nilai varian sebagai dasar perhitungan untuk pengukuran lainnya. Standar

24 baku merupakan akar kuadrat dari perhitungan nilai varian sedangkan koefisien variasi merupakan rasio antara nilai standar baku dengan nilai expected return.

Expected return merupakan nilai atau hasil yang diharapkan oleh pengusaha atau

pelaku usaha. Expected return dapat berbentuk jumlah produksi, jumlah penjualan dan penerimaan atau pendapatan.

Alat penilaian risiko dengan model varian dan standar baku sering sekali dianggap kurang tepat apabila dibandingkan dengan penerimaan (return). Varian dan standar baku hanya menunjukkan nilai risiko secara absolut. Khususnya apabila dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam manajemen perusahaan, model perhitungan dengan varian dan standar baku tidak cukup. Untuk mengatasi hal itu model perhitungan dengan menggunakan koefisien variasi merupakan model yang paling sesuai. Koefisien variasi sudah memperhitungkan antara nilai risiko yang dihadapi sebuah perusahaan dan perbandingannya dengan setiap satu satuan penerimaan (return) yang diperoleh oleh perusahaan.

3.1.4. Strategi Pengelolaan Risiko

Strategi pengelolaan risiko merupakan langkah-langkah yang ditujukan untuk mengurangi tingkat kerugian dari suatu kondisi yang dianggap berisiko. Penanganan risiko dapat dimasukkan ke dalam fungsi-fungsi manajemen, sehingga fungsi-fungsi manajemen yang dikenal dengan planning, organizing,

actuating dan controlling (POAC) bertambah satu, yaitu fungsi penanganan risiko

(Kountur, 2008).

Menurut Kountur (2008) Strategi penanganan risiko dapat dibedakan menjadi dua, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi.

1. Strategi Preventif

Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :

a. Membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur b. Mengembangkan sumberdaya manusia, dan c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik

25 2. Strategi Mitigasi

Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksud untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Menurut Kountur (2008), ada beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi, yaitu diversifikasi, penggabungan, dan pengalihan risiko.

Seperti yang dikemukakan oleh Kountur (2008) di atas, bahwa terdapat beberapa alternatif strategi penanganan risiko dalam suatu usaha. Salah satu penanganan risiko yang digunakan oleh pihak Rimba Jaya Mushroom adalah strategi preventif yang dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risikonya besar.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Perusahaan Rimba Jaya Mushroom (RJM) merupakan perusahaan pertanian yang bergerak di bidang budidaya jamur tiram putih. Rimba Jaya Mushroom (RJM) menghadapi risiko dalam menjalankan usahanya, terutama dalam kegiatan produksi. Sumber-sumber yang menjadi faktor penyebab terjadinya risiko produksi dalam budidaya jamur tersebut, antara lain bahan baku serbuk kayu yang kasar, pencampuran bahan baku tidak merata, baglog kurang padat, pengikatan plastik media tanam longgar, kematangan baglog tidak sempurna, peralatan, tempat, dan tenaga kerja tidak higienis, kesalahan penyusunan baglog ke rak-rak kumbung inkubasi, dan serangan hama di kumbung inkubasi dan kumbung pertumbuhan. Kerugian akibat risiko produksi yang dialami adalah jumlah produksi yang rendah dan kualitas hasil panen juga menurun. Terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen jamur tiram putih akibat risiko yang terjadi berdampak terhadap pendapatan yang diterima oleh pihak Rimba Jaya Mushroom. Dalam hal ini perlu adanya upaya untuk mengatasi risiko produksi.

Risiko produksi yang dihadapi oleh pengusaha jamur tiram putih ini dapat dianalisis sumber-sumbernya. Sumber-sumber risiko yang terjadi pada usahatani jamur tiram putih dianalisis menggunakan analisis kualitatif dan dapat dilihat sumber risiko yang menimbulkan nilai kerugian terbesar sampai terkecil pada

26 usaha Rimba Jaya Mushroom. Setelah mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang terdapat pada setiap tahapan proses produksi jamur tiram putih di Rimba Jaya Mushroom, maka dapat juga diketahui bagaimana upaya perusahaan ini untuk mengantisipasi setiap risiko yang terjadi karena perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan jamur tiram putih yang berhasil. Untuk lebih jelasnya, alur pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Risiko Produksi Jamur Tiram Putih

Sumber Risiko:

- Bahan Baku Serbuk Kayu yang Kasar - Pencampuran Bahan Baku tidak Merata - Baglog Kurang Padat

- Pengikatan Plastik Media Tanam Longgar - Kematangan Baglog tidak Sempurna

- Peralatan, Tempat, dan Tenaga Kerja tidak Higienis

- Kesalahan Penyusunan Baglog ke Rak-Rak Kumbung Inkubasi

- Serangan Hama di Kumbung Inkubasi - Serangan Hama di Kumbung Pertumbuhan

Penilaian Sumber-Sumber Risiko:

Berdasarkan Nilai Kerugian yang Ditimbulkan oleh Masing-Masing Sumber Risiko.

Identifikasi sumber-sumber risiko dengan pendekatan kualitatif

Upaya Untuk Mengantisipasi Setiap Risiko

27

IV.

METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Rimba Jaya Mushroom (RJM) yang berlokasi di Jl. Raya Puncak Gadog Pandansari RT 01/04 Ciawi-Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) yang didasarkan pada pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah sentra produksi jamur tiram putih di Provinsi Jawa Barat, serta adanya ketersediaan data yang akan dapat menjawab kebutuhan dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Perusahaan Rimba Jaya Mushroom merupakan perusahaan yang cukup berhasil dalam menjalankan usahanya dan menjadi perusahaan jamur yang terbesar di Bogor untuk ukuran usaha perorangan.

Penelitian yang berlangsung meliputi pengumpulan data untuk keperluan pengolahan data. Pengumpulan data pada Perusahaan Rimba Jaya Mushroom berlangsung pada bulan Juni–Juli 2012.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan bentuk dan sifatnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif merupakan data yang bentuknya berupa keterangan dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian yang bukan angka (non numerik) berupa keterangan-keterangan mengenai perkembangan usaha jamur tiram putih, kondisi usahanya, peralatan yang digunakan, teknis pelaksanaan kegiatan usaha, identifikasi sumber-sumber risiko produksi pada usaha jamur tiram putih, dan upaya perusahaan untuk mengatasi risiko pada setiap tahapan proses produksi jamur tiram putih. Berbeda dengan data kuantitatif, dalam data kuantitatif bentuknya merupakan fakta dan informasi tentang usaha jamur yang sudah disusun dan lebih terukur. Data kuantitatif ini terdiri dari informasi tentang jumlah produksi jamur tiram putih setiap hari dari bulan Januari-September 2012, jumlah kerusakan baglog akibat sumber-sumber risiko pada setiap tahapan proses produksi jamur tiram putih, jumlah bahan baku yang digunakan untuk sekali pengadukan, harga jual, dan semua keterangan yang berupa angka.

28 Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber atau objek penelitian, melalui wawancara langsung dengan pengusahanya dan melalui pengamatan langsung untuk mengetahui kondisi fisik usaha, pengidentifikasian sumber risiko pada setiap tahapan proses produksi jamur tiram putih serta upaya yang dilakukan perusahaan untuk mengantisipasi terjadinya risiko. Data sekunder adalah jenis data yang sudah diterbitkan, berupa konsep mengenai risiko dan pengelolaannya serta literatur tentang jamur yang diperoleh dari buku, artikel, skripsi, jurnal, dan publikasi lainnya. Beberapa data sekunder yang dapat dipergunakan untuk membantu dalam penulisan skripsi ini berupa nilai PDB hortikultura Indonesia, produksi tanaman sayuran di Indonesia, rata-rata permintaan ekspor jamur Indonesia, perkembangan luas panen dan produksi jamur di Indonesia, dan daerah sentra tanaman jamur di beberapa provinsi yang diperoleh dari Buku Saku Data Hortikultura Direktorat Jenderal Hortikultura dan Badan Pusat Statistik melalui situs resminya. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung penelitian agar lebih jelas dan spesifik.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

1. Wawancara yang digunakan untuk memperoleh data yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya terjadi dan untuk menggali informasi yang lebih mendalam. Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab dengan pemilik usaha dan karyawan perusahaan tentang gambaran umum perusahaan, sumber-sumber risiko yang terjadi pada proses produksi jamur tiram putih, dan upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengantisipasi setiap risiko.

2. Observasi atau pengamatan yang digunakan untuk melihat dan mengamati objek secara langsung terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Observasi dilakukan langsung pada lokasi usaha budidaya tanaman jamur tiram putih yaitu di Rimba Jaya Mushroom untuk

29 mengamati proses budidaya jamur tiram putih dan setiap risiko yang terjadi. Pengamatan dilakukan selama bulan Juni-Juli 2012.

3. Membaca dan melakukan pencatatan semua data yang dibutuhkan dalam penelitian, seperti hasil produksi jamur tiram putih setiap hari dari bulan Januari-September 2012, harga jual jamur tiram putih dari bulan Januari- September 2012, dan jumlah baglog yang terkena risiko selama bulan Juni 2012.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Semua data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan diolah dan dianalisis melalui beberapa metode pengolahan data yang dikelompokkan ke dalam dua jenis metode, yaitu: metode analisis kualitatif dan metode analisis kuantitatif.

4.4.1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan untuk menggambarkan keadaan umum perusahaan Rimba Jaya Mushroom, mengidentifikasi sumber-sumber risiko pada setiap tahapan proses produksi jamur tiram putih dan menganalisis upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengantisipasi risiko pada setiap tahapan proses produksi jamur tiram putih di Rimba Jaya Mushroom. Metode analisis kualitatif dilakukan dengan cara observasi dan wawancara dengan pemilik usaha ataupun karyawan dari perusahaan Rimba Jaya Mushroom.

4.4.2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini untuk menilai sumber-sumber risiko produksi jamur tiram putih berdasarkan nilai kerugian yang ditimbulkan oleh masing-masing sumber risiko. Sumber-sumber risiko yang telah diidentifikasi menggunakan analisis kualitatif dapat diukur tingkatannya berdasarkan besar kecilnya nilai kerugian yang ditimbulkan oleh masing-masing sumber risiko. Hal ini dilakukan untuk melihat sumber-sumber risiko yang menimbulkan nilai kerugian terbesar sampai terkecil pada usaha Rimba Jaya Mushroom. Penilaian ini akan dilakukan pada setiap sumber-sumber risiko yang ada pada setiap tahapan proses produksi jamur tiram putih di Rimba Jaya

30 Mushroom berdasarkan pengalaman pengusaha dalam menjalankan usahanya per hari selama bulan Juni 2012. Jadi, nilai kerugian yang ditimbulkan oleh masing- masing sumber risiko pada setiap tahapan proses produksi akan dihitung berdasarkan jumlah baglog atau hasil jamurnya yang rusak. Kemudian dari nilai kerugian yang ditimbulkan oleh masing-masing sumber risiko tersebut, maka dapat dilihat tingkatan sumber risiko dan dapat dilihat juga sumber risiko mana yang menimbulkan nilai kerugian yang paling besar bagi usaha Rimba Jaya Mushroom.

31

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai keadaan umum tempat penelitian yaitu Rimba Jaya Mushroom. Data mengenai keadaan umum Rimba Jaya Mushroom diperoleh dari hasil wawancara, pengamatan, dan data sekunder Rimba Jaya Mushroom. Data tersebut dipergunakan untuk memberikan sejarah, perkembangan dan gambaran umum mengenai tempat penelitian.

5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Rimba Jaya Mushroom adalah perusahaan perseorangan yang bergerak di bidang agribisnis, khususnya dalam budidaya tanaman jamur tiram putih. Rimba Jaya Mushroom berada di Desa Pandansari, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Rimba Jaya Mushroom didirikan oleh Bapak H. Achmad Salim pada tanggal 2 Februari 2003. Pemberian nama Rimba Jaya Mushroom

mempunyai makna tersendiri bagi Bapak H. Achmad. Kata “Rimba” diambil dari

nama perusahaan kayu milik keluarga Bapak H. Achmad di Pontianak,

Kalimantan Barat, sedangkan “Jaya Mushroom” mempunyai makna agar

perusahaan jamur miliknya dapat terus jaya atau maju. Sebelum mengusahakan tanaman jamur tiram putih, Bapak H. Achmad menjalani hidup sebagai pengusaha kosmetik, parfum, dan pakaian. Menjalani hidup sebagai petani telah menjadi impiannya sejak dulu. Jamur menjadi pilihannya karena menurut Bapak H. Achmad bahwa jamur merupakan komoditas pertanian yang memiliki peluang bisnis yang baik. Pada awal berdirinya perusahaan ini, Bapak H. Achmad memiliki lahan seluas 1 Ha untuk membangun 8 kumbung rata-rata berukuran 12 m x 23 m serta dilengkapi rumah peristirahatan.

Pada tahun 2004 perusahaan mengalami kegagalan budidaya karena baglog terkontaminasi lebih dari 100.000 baglog produksi sehingga kerugian mencapai ratusan juta rupiah. Kerugian yang terjadi disebabkan karena Bapak H. Achmad beserta tenaga kerjanya belum benar-benar mahir tentang budidaya jamur tiram putih, masih banyak hal yang perlu dipelajari tentang proses budidaya jamur tiram mulai dari pembibitan F0 hingga pembibitan F2. Selain karena kontaminasi besar-besaran, disebabkan juga oleh kumbang Cyllodes Bifacies yang