• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

6.1. Sumber-Sumber Risiko pada Proses Produksi Jamur Tiram Putih dan Upaya yang Dilakukan Rimba Jaya Mushroom untuk

6.1.2. Sumber Risiko pada Proses Percampuran Bahan Baku

Setelah proses persiapan bahan baku dilakukan, maka proses selanjutnya adalah pencampuran bahan baku. Namun, sebelum mencampur semua bahan baku, terlebih dahulu dilakukan pengomposan. Pengomposan dilakukan dengan cara menimbun campuran serbuk kayu dan kapur dengan kurun waktu selama tiga hari. Hal ini dilakukan untuk menurunkan pH serbuk kayu sehingga tingkat keasaman atau pH berada dalam kisaran enam sampai tujuh. Setelah tiga hari, kompos tersebut sudah dapat dicampur dengan dedak, jagung halus, pupuk Urea, Pupuk TSP, dan air. Pencampuran bahan tersebut harus merata, karena hal itu akan berdampak langsung pada pertumbuhan jamur. Namun, pada usaha Rimba Jaya Mushroom masih saja terjadi pencampuran bahan baku yang tidak merata sehingga hal ini ini dapat menjadi sumber risiko dalam produksi jamur tiram putih yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Setelah pengomposan dilakukan, kompos tersebut sudah dapat dicampur dengan dedak, jagung halus, dan air. Pencampuran bahan tersebut harus merata, karena hal itu akan berdampak langsung pada pertumbuhan jamur. Setelah merata maka bahan tersebut diberi larutan pupuk Urea dan TSP, kemudian dicampur kembali dengan air secukupnya agar serbuk kayu lebih lunak dan bahannya

57 menjadi lembab. Pencampuran semua bahan tersebut harus merata agar nutrisinya juga merata sehingga baik bagi pertumbuhan jamur dan tidak terjadi gumpalan- gumpalan. Pada Rimba Jaya Mushroom, sebagian bahan tidak tercampur dengan merata. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan miselium dan hasil panen jamur tiram putih nantinya.

Serbuk kayu adalah sebagai media tanam bagi jamur tiram putih, dedak sebagai sumber makanan tambahan atau nutrisi bagi pertumbuhan jamur, jagung halus juga sebagai sumber nutrisi bagi pertumbuhan jamur, pupuk Urea sebagai penyubur jamur tiram putih, pupuk TSP sebagai pembentuk buah bagi jamur tiram putih, dan air sebagai pemicu pertumbuhan jamur tiram putih. Jika semua bahan baku tersebut tidak tercampur secara merata, maka sebagian media tanam tidak akan mendapatkan sumber nutrisi dan kadar air yang cukup. Hal ini akan menyebabkan lambatnya proses pertumbuhan miselium, dan jika miselium sudah berhasil tumbuh, maka pertumbuhan buah jamurnya juga akan lambat dan hasil jamurnya menjadi tidak tebal. Hal ini dapat mengurangi bobot jamur tiram putih per baglog sehingga akan dapat menurunkan hasil produksi pada Rimba Jaya Mushroom. Cara yang paling mudah untuk melihat baglog yang mengandung campuran bahan baku yang tidak merata adalah pada saat baglog berada di ruang pertumbuhan. Hasil jamurnya lebih kecil dari normalnya dan tidak tebal. Perbedaanya sangat terlihat dengan hasil jamur yang bahan bakunya tercampur dengan merata.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan pada usaha Rimba Jaya Mushroom, bahwa setiap hari pada bulan Juni 2012 terjadi kerugian akibat risiko yang disebabkan pencampuran bahan baku yang tidak merata. Jika baglog mengandung campuran bahan baku yang tidak merata, baglog tersebut bukan berarti tidak dapat lagi berproduksi. Baglog tersebut tetap dapat berproduksi, namun bobot jamur dari baglog tersebut berkurang. Jumlah baglog yang mengandung campuran bahan baku yang tidak merata lebih mudah diidentifikasi atau dilihat ketika melakukan panen pertama dari baglog tersebut, dimana hasil dari jamurnya akan lebih kecil dari normalnya dan tidak tebal. Jumlah baglog yang diisi ke kumbung pertumbuhan dan jumlah baglog yang mengandung campuran bahan baku yang tidak merata serta nilai kerugian yang

58 ditimbulkannya selama bulan Juni 2012 pada usaha Rimba Jaya Mushroom dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Baglog yang Diisi ke Kumbung Pertumbuhan dan Jumlah Baglog yang Mengandung Campuran Bahan Baku yang tidak Merata serta Nilai Kerugian yang Ditimbulkannya Selama Bulan Juni 2012 pada Usaha Rimba Jaya Mushroom

Tanggal Jumlah Baglog yang Diisi ke Kumbung Pertumbuhan (Unit)

Jumlah Baglog yang Mengandung Campuran Bahan Baku tidak Merata

(Unit)

Nilai Kerugian yang Ditimbulkan (Rp)*) 1 523 23 36.340,00 2 523 31 48.980,00 3 523 19 30.020,00 4 523 15 23.700,00 5 523 27 42.660,00 6 523 31 48.980,00 7 523 16 25.280,00 8 523 18 28.440,00 9 523 25 39.500,00 10 523 19 30.020,00 11 523 33 52.140,00 12 523 24 37.920,00 13 523 31 48.980,00 14 523 29 45.820,00 15 523 28 44.240,00 16 523 32 50.560,00 17 523 24 37.920,00 18 523 20 31.600,00 19 523 22 34.760,00 20 523 32 50.560,00 21 523 16 25.280,00 22 523 25 39.500,00 23 523 26 41.080,00 24 523 26 41.080,00 25 523 24 37.920,00 26 523 23 36.340,00 27 523 29 45.820,00 28 523 31 48.980,00 29 523 28 44.240,00 30 523 33 52.140,00 Total 15.690 760 1.200.800,00 Keterangan: *) Harga jual jamur tiram putih

Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa jumlah baglog yang mengandung campuran bahan baku yang tidak merata selama bulan Juni 2012 adalah sebanyak 760 baglog dan jumlah kerugian yang diakibatkan adalah sebesar Rp 1.200.800,00. Kerugian per baglog dihitung dengan asumsi bahwa satu baglog menghasilkan jamur tiram putih sebanyak 0,4 kg (hasil produksi normal Rimba

59 Jaya Mushroom) dan ketika terjadi risiko pencampuran bahan baku yang tidak merata, maka diasumsikan bobot jamur berkurang menjadi 0,2 kg per baglog. Jadi, untuk menghitung hasil produksi yang berkurang akibat risiko perncampuran bahan baku yang tidak merata yang menyebabkan berkurangnya bobot jamur per baglog adalah dengan mengalikan jumlah baglog yang mengandung campuran bahan baku yang tidak merata tersebut dengan 0,2 kg. Kemudian hasil perkalian dari hasil produksi yang berkurang tersebut dengan harga jual rata-rata (Rp 7.900,00) selama bulan Juni 2012 merupakan jumlah kerugian yang diakibatkan per hari.

Berdasarkan Tabel 10 juga dapat dibandingkan jumlah baglog yang mengandung campuran bahan baku tidak merata dengan jumlah baglog yang diisi ke kumbung pertumbuhan setiap harinya, sehingga selama bulan Juni 2012 total baglog yang mengandung campuran bahan baku tidak merata adalah sebanyak 760 baglog dari 15.690 baglog. Dalam hal ini, diasumsikan bahwa jumlah baglog yang diisi ke kumbung pertumbuhan setiap harinya adalah tetap, yaitu sebanyak 523 baglog per hari. Asumsi ini berlaku karena pada Rimba Jaya Mushroom, jumlah baglog yang diisi ke kumbung pertumbuhan tidak menentu jumlahnya setiap hari. Baglog yang diisi ke kumbung pertumbuhan adalah baglog sisa pengiriman atau penjualan.

Kerugian yang terjadi akibat dari risiko yang disebabkan pencampuran bahan baku yang tidak merata akan berpengaruh pada penerimaan ataupun pendapatan perusahaan. Hal ini akan menurunkan hasil produksi jamur tiram putih pada Rimba Jaya Mushroom. Untuk itu, dibutuhkan upaya untuk mengantisipasi kerugian akibat risiko yang disebabkan pencampuran bahan baku yang tidak merata. Upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengantisipasi terjadinya kerugian akibat dari pencampuran bahan baku yang tidak merata adalah membagi dua pencampuran bahan baku di dua tempat dengan maksud semua bahan baku dapat dicampur secara merata. Namun, berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak perusahaan bahwa di bulan Juni 2012 masih saja terjadi pencampuran bahan baku yang tidak merata sehingga terjadi kerugian karena bobot jamur tiram akan berkurang. Hal ini terjadi karena pencampuran bahan baku di Rimba Jaya Mushroom masih manual menggunakan sekop dan

60 semua bahan baku untuk pembuatan sekitar 7.500 baglog dicampur hanya dengan dua kali pengadukan, sehingga hal ini yang membuat semua bahan baku tidak dapat tercampur dengan sempurna.