• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEPSI KEADILAN DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU

Oleh: Devi Darmawan, S.H.

E. KONSEPSI KEADILAN DALAM PENEGAKAN HUKUM PEMILU

Keadilan merupakan salah satu tujuan dari sistem hukum, bahkan merupakan tujuannya yang terpenting. tujuan hukum memang tidak

24 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana 1; Stetsel Pidana, Tindak Pidana, Teori-Teori Pemidanaan dan Batas Berlakunya Hukum Pidana, Ed. 1, Cet. 3, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 165.

hanya keadilan, tetapi juga kepastian hukum dan kemanfaatan. Idealnya, hukum memang harus mengakomodasikan ketiganya. Bahkan ada yang berpendapat bahwa tujuan hukum yang paling penting adalah keadilan. Seperti bismar siregar yang berpendapat “bila untuk menegakan keadilan saya korbankan kepastian hukum, akan saya korbankan hukum itu.” dari pandangan Bismar Siregar tersebut, hukum hanyalah sarana, sedangkan tujuannya adalah keadilan.

Definisi Keadilan yang sesungguhnya dijawab oleh Ulpianus (200

M) yang kemudian diambil alih oleh kitab hukum Justianus, dengan mengatakan bahwa keadilan ialah kehendak ajeg (terpola) dan tetap untuk memberikan kepada masing-masing bagiannya (Iustitita est constants et prepetua voluntas ius suum cuique tribuendi) sebagaimana dikutip berikut ini:

“sebagai suatu tujuan yang kontinyu dan konstan untuk memberikan kepada setiap orang haknya (Justice is the constant and continual purpose which gives to everyone his own).”

Sebenarnya, dalam diskursus konsep keadilan (justice), banyak

ditemukan berbagai pengertian keadilan, diantaranya mendefinisikan

keadilan sebagai menempatkan sesuatu pada tempatnya (proporsional); keadilan adalah keseimbangan antara hak dan kewajiban dan lain sebagainya. dengan demikian konsep keadilan sebenarnya sudah banyak dikemukakan oleh para ahli karena keadilan sesungguhnya sesuatu yang sangat dekat dengan pemenuhan hak dan kepentingan manusia. Hanya saja tidak mudah dalam praktek untuk merumuskan apa yang menjadi tolok ukur atau parameter keadilan itu sendiri.

disamping sebagai tujuan hukum, keadilan juga dilihat sebagai suatu nilai (value) bagi kehidupan manusia karena untuk menjalani kehidupan yang baik, ada empat nilai yang merupakan fondasi pentingnya, yaitu Keadilan, Kebenaran, Hukum, dan Moral. akan tetapi, dari keempat nilai tersebut, menurut Plato, keadilan merupakan nilai kebajikan yang tertinggi (Justice is the supreme virtue which harmonize all other virtues). arti Keadilan sebagai suatu nilai menuntut agar semua orang dalam situasi yang sama diperlakukan dengan sama. dengan kata lain, dihadapan hukum semua orang sama derajatnya. Jadi, Semua orang berhak atas perlindungan hukum dan tidak ada yang kebal terhadap hukum.

prosedural. Salah satunya muncul dari Pandangan Satjipto raharjo yang menyebutkan bahwa tujuan hukum adalah untuk sebenar keadilan atau sering disebut dengan keadilan substantif. Secara teoritis, Keadilan substantif adalah keadilan yang didasarkan pada nilai-nilai yang lahir dari sumber-sumber hukum yang responsif sesuai hati nurani sedangkan keadilan prosedural adalah keadilan yang didasarkan pada ketentuan- ketentuan yang dirumuskan dari peraturan hukum formal, seperti mengenai tenggang waktu maupun syarat-syarat beracara di pengadilan dan lainnya. Hakekatnya, tidak ada dikotomi antara kedua jenis keadilan tersebut karena keadilan prosedural dan keadilan substantif ibarat dua sisi mata uang yang saling terkait erat satu sama lain sehingga implementasi keduanya harus dapat disinergikan dan diakomodir secara proporsional. Meskipun demikian, dalam batas-batas tertentu, sangat mungkin keduanya saling berbenturan satu sama lain dan tidak dapat dikompromikan. Jika hal tersebut terjadi, keadilan prosedural bisa diabaikan sehingga keadilan substantif-lah yang harus dikedepankan.

dalam konteks penegakan hukum tindak Pidana Pemilu, terdapat konsepsi internasional tentang keadilan Pemilu yang menyatakan bahwa keadilan Pemilu adalah berbagai cara dan mekanisme yang menjamin agar setiap tindakan, prosedur, dan keputusan terkait proses Pemilu sesuai dengan hukum (undang-undang dasar, undang-undang, ketentuan atau perjanjian internasional, dan ketentuan lain yang berlaku di suatu negara), maupun cara dan mekanisme untuk menjamin atau memulihkan hak pilih. Melalui keadilan Pemilu, pihak-pihak yang meyakini bahwa hak pilih mereka telah dilanggar dimungkinkan untuk mengajukan pengaduan, mengikuti persidangan, dan menerima putusan.Keadilan Pemilu mencakup cara dan mekanisme yang tersedia di suatu negara tertentu, komunitas lokal atau di tingkat regional atau internasional untuk:26

menjamin bahwa setiap tindakan, prosedur, dan keputusan terkait 1.

dengan proses Pemilu sesuai dengan kerangka hukum; melindungi atau memulihkan hak pilih; dan

2.

memungkinkan warga yang meyakini bahwa hak pilih mereka telah 3.

26 Internasional Idea, Keadilan Pemilu: Ringkasan Buku Acuan Internasional IDEA, Jakarta: Indonesia Printer, 2010, hal. 5.

dilanggar untuk mengajukan pengaduan, mengikuti persidangan, dan mendapatkan putusan.

Sistem keadilan Pemilu merupakan instrumen penting untuk menegakan hukum dan menjamin sepenuhnya penerapan prinsip demokrasi melalui pelaksanaan Pemilu yang bebas, adil, dan jujur.27 Sistem keadilan Pemilu

dikembangkan untuk mencegah dan mengidentifikasi ketidakberesan

pada Pemilu sekaligus sebagai sarana dan mekanisme untuk membenahi ketidakberesan tersebut dan memberikan sanksi kepada pelaku pelanggaran. Setiap tindakan, prosedur, atau keputusan menyangkut proses Pemilu yang tidak sesuai dengan undang-undang termasuk dalam kategori ketidakberesan. Mengingat bahwa ketidakberesan dalam proses Pemilu dapat menimbulkan sengketa, sistem keadilan Pemilu berfungsi untuk mencegah terjadinya ketidakberesan dan menjamin Pemilu yang bebas, adil, dan jujur. Untuk menjada legitimasi Pemilu, sistem keadilan Pemilu menentukan bahwa terdapat tiga jenis mekanisme utama untuk menyelesaikan sengketa Pemilu:28

mekanisme formal atau korektif (misalnya mengajukan dan 1.

memproses gugatan Pemilu): jika dilaksanakan, mekanisme ini akan menghasilkan keputusan untuk membatalkan, mengubah, atau mengakui adanya ketidakberesan dalam proses Pemilu; mekanisme penghukuman atau punitif (misalnya dalam kasus 2.

pelanggaran pidana): jika dilaksanakan, mekanisme ini akan menjatuhkan sanksi kepada pelanggar, baik badan maupun individu yang bertanggung jawab atas ketidakberesan tersebut, termasuk tanggung jawab (liability) pidana atau administratif terkait dengan Pemilu;

mekanisme alternatif: mekanisme ini dapat dipilih oleh pihak- 3.

pihak yang bersengketa

Berdasarkan uraian di atas, dalam konteks penegakan hukum tindak pidana Pemilu, Setiap orang berhak untuk memperoleh apreasiasi yang sama baik dalam penghargaan atau hukuman. tidak adil bagi pelaku tindak pidana yang diperiksa dan diadili atas perbuatannya tetapi temannya yang

27 Ibid. hal. 7. 28 Ibid. Hal. 6.

batas waktu pelaporan yang ditentukan Peraturan Pemilu telah lampau. Selain itu, tindak pidana pemilu yang tidak diadili justru merusak integritas penyelenggaraan pemilu itu sendiri sebagaimana diungkapkan pula oleh topo Santoso sebagai berikut:

“Penyelesaian yang cepat dengan membatasi waktu pelaporan yakni tiga hari sesudah kejadian hanya akan bermakna ”kepastian” yaitu dengan ”menghanguskan” semua laporan yang dilakukan lebih dari tiga hari dan hanya akan memproses semua laporan yang masuk selama tiga hari sesudah kejadian. Hal ini mungkin akan memudahkan penegak hukum karena mudah dalam menolak menangani perkara, tetapi akibatnya banyak tindak pidana ”menguap” dan pelakunya tidak tersentuh hukum. rakyat tidak mendapat keadilan. Proses Pemilu diwarnai pelanggaran yang tidak diproses secara layak. Para pelaku tidak mendapat sanksi dan tidak akan jera untuk mengulangi lagi di masa depan. Singkatnya, pengaturan batasan pelaporan yang singkat justru merusak asas Pemilu, khususnya agar Pemilu dijalankan secara jujur dan adil.”29

F. PENERAPAN ASAS LEX SPECIALIS DEROGATE