• Tidak ada hasil yang ditemukan

Steven Raja Ingot dan Titis Kusuma Lestari 3.1 Pendahuluan

Garam merupakan salah satu bahan pokok kebutuhan masyarakat yang mengandung unsur sodium dan chlor (NaCl), dimana unsur sodium sangat penting untuk mengatur proses keseimbangan cairan di dalam tubuh, disamping fungsinya dalam mengatur kelancaran proses transmisi saraf dan kerja otot (klikdokter, 2016). Khusus untuk garam konsumsi rumah tangga, harus menggunakan garam yang mengandung yodium. Kekurangan yodium memiliki konsekuensi buruk bagi kesehatan yang disebut sebagai Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Gangguan Akibat Kekurangan Yodium mencakup keterbelakangan mental yang permanen, gondok, kegagalan reproduksi, meningkatnya kematian anak dan penurunan sosial ekonomi.

Anak dengan kekurangan yodium memiliki rata-rata IQ 13,5 poin lebih rendah dibandingkan yang cukup yodium. Untuk mengatasinya penanggulangan GAKY difokuskan pada peningkatan konsumsi garam beryodium (depkes.

go.id, 2016).

Selain sebagai konsumsi rumah tangga, garam juga sangat diperlukan untuk kebutuhan industri, yakni sebagai bahan baku dalam pembuatan berbagai produk industri. Industri Kimia merupakan salah satu industri yang sangat banyak menggunakan garam dimana lebih dari 50% produk kimia menggunakan garam dalam proses produksinya. Garam juga digunakan dalam memproduksi berbagai macam produk industri antara lain kaca, kertas, karet dan pengolahan air (EUsalt, 2016).

Garam yang dibutuhkan sektor industri harus memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan garam untuk konsumsi rumah tangga.

Oleh karena itu, penting bagi produsen garam dalam negeri untuk dapat memproduksi garam dengan kualitas tinggi, mengingat kebutuhan garam dari sektor industri sendiri berkontribusi 65% dari total permintaan garam nasional.

Disinilah pemerintah perlu mengeluarkan terobosan baru untuk memenuhi kebutuhan garam berkualitas tersebut (Sulistyono, 2015).

Kualitas garam yang dibutuhkan oleh industri tidak hanya terbatas pada kandungan NaCl yang tinggi (minimal 97%). Namun demikian, terdapat beberapa persyaratan lain seperti batas maksimal kandungan logam berat seperti kalsium dan magnesium. Kandungan kedua logam berat tersebut tidak boleh melebihi 400 ppm untuk industri aneka pangan. Adapun untuk industri Chlor Alkali Plant (CAP) atau soda kostik mensyaratkan ambang batas

kandungan logam berat tidak melebihi 200 ppm serta kadar air yang rendah.

Sementara itu, garam untuk kebutuhan industri farmasi yang digunakan untuk memproduksi infuse dan cairan pembersih darah harus mengandung NaCl 99,9-100% (Kemenperin, 2014). Namun dari sekian banyak sentra produksi garam di Indonesia, daerah yang saat ini mampu memenuhi kebutuhan garam industri salah satunya dari Nusa Tenggara Timur (NTT) (Maulana &

Abdurrahma, 2016).

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan industri, kebutuhan garam nasional dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Kebutuhan garam pada tahun 2007 sebesar 2,7 juta ton, meningkat menjadi 2,9 juta ton pada tahun 2008 dan 2009, serta menjadi 3 juta ton pada tahun 2010. Dari jumlah kebutuhan garam tersebut di atas, sekitar 1,6-1,9 juta ton dipenuhi dari impor (Aprilia & Ali, 2011 dalam Assadad & Utomo, 2011).

Berdasarkan data pada tahun 2014, kebutuhan garam di Indonesia adalah sebanyak 3,53 juta ton. Kebutuhan garam itu meliputi antara lain garam konsumsi 756.000 ton dan garam industri 2,57 juta ton.

3.2 Kondisi Kebutuhan Garam Nasional Tahun 2015

Total kebutuhan/konsumsi garam nasional, baik untuk konsumsi rumah tangga maupun industri, terus meningkat selama 6 tahun terkahir. Pada tahun 2010, total kebutuhan garam mencapai 3,0 juta ton, lalu meningkat rata-rata 4,3% per tahun menjadi 3,75 juta ton di tahun 2015. Peningkatan kebutuhan tersebut terutama disumbang oleh peningkatan kebutuhan garam industri yang signifikan, yakni naik rata-rata 6,8% per tahun selama 2010-2015, sedangkan kebutuhan garam konsumsi hanya naik 0,4% per tahun.

Berdasarkan data dari KKP (2015), penggunaan garam konsumsi didominasi oleh sektor Rumah Tangga. Namun demikian, kebutuhan garam konsumsi untuk industri pengasinan naik cukup tajam 13,7% per tahun selama 2010-2015, sehingga kontribusinya mencapai lebih dari 50% dari kebutuhan garam konsumsi nasional tahun 2015. Adapun penggunaan garam industri didominasi oleh industri CAP dan Farmasi, yang mencapai 73,5% dari total kebutuhan garam industri tahun 2015. Selain itu, kebutuhan garam untuk industri CAP dan Farmasi mengalami peningkatan 2,1% per tahun.

Kementerian Perindustrian (2014) memproyeksikan kebutuhan garam untuk industri akan terus meningkat sekitar 50.000 ton setiap tahun. Tingginya kebutuhan garam ini dipicu oleh industri pangan nasional yang terus tumbuh.

Potensi kebutuhan garam nasional sangat tinggi dan terus mengalami peningkatan, sehingga diperkirakan Indonesia masih belum akan terbebas dari impor garam. Hal tersebut dikarenakan produksi garam lokal, masih

jumlahnya mengalami peningkatan lebih dari 90 kali lipat selama 2010-2015, maupun dari segi kualitas seperti yang sudah diuraikan pada bab sebelumnya.

Pada tahun 2015, produksi garam nasional mencapai 2,84 juta ton, yang terdiri dari 2,5 juta ton garam rakyat, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan garam konsumsi, dan sisanya berupa garam industri (yang diproduksi PT. Garam). Selama 2010-2015, produksi garam nasional naik signifikan rata-rata 98,7% per tahun. Namun demikian, produksi garam, khususnya garam industri, masih belum dapat memenuhi kebutuhan nasional. Sehingga Indonesia masih melakukan impor garam sebesar 1,86 juta ton. Meskipun demikian, impor garam mengalami penurunan rata-rata 3,85% per tahun (Tabel 3.1).

Tabel 3.1 Neraca Garam Nasional, 2010 – 2015 (Dalam Ton)

Keterangan:

*) Garam Aneka Pangan dikategorikan ke dalam garam industri sejak 2014 berdasarkan Permenperin No. 88/M-IND/

PER/10/2014 tentang Perubahan atas Permenperin No. 134/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Garam

**) Data produksi sudah termasuk penyusutan 10% - 25%

Data ekspor dan impor yang digunakan dalam perhitungan ini berasal dari Badan Pusat Statistik (2016) Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (2016), diolah

Kebutuhan garam nasional merupakan total keseluruhan dari kebutuhan garam konsumsi dan kebutuhan garam industri di Indonesia. Total kebutuhan Garam Nasional pada tahun 2015 adalah sebesar 3.750.284 ton yang dipenuhi dari produksi sebesar 2,8 juta ton dan sisa kebutuhan dipenuhi oleh impor.

Terdapat kenaikan kebutuhan garam nasional dengan persentase sebesar lebih kurang 6% dibandingkan dengan total kebutuhan garam nasional pada tahun 2014. Berikut adalah tabel kebutuhan garam nasional 2015 dan beberapa perusahaan yang bergerak di bidang pergaraman.

I Kebutuhan 3.003.550 3.228.750 3.270.086 3.573.954 3.532.719 3.750.284 4,29 Garam Konsumsi 1.200.800 1.426.000 1.466.336 1.546.454 1.281.494 1.303.095 0,40 a. Rumah tangga 720.000 747.000 732.645 746.454 756.494 647.595 -1,34 b. Industri Aneka Pangan 165.800 269.000 282.000 300.000 *) *) c. Industri Pengasinan Ikan 315.000 410.000 451.691 500.000 525.000 655.500 13,74 Garam Industri 1.802.750 1.802.750 1.803.750 2.027.500 2.251.225 2.447.189 6,83 a. Industri CAP dan Farmasi 1.600.000 1.600.000 1.601.000 1.822.500 1.604.500 1.797.618 2,08 b. Industri Non CAP 202.750 202.750 202.750 205.000 200.000 140.000 -5,23

( Perminyakan, Kulit, Tekstil, Sabun, dsb )

c. Industri Aneka Pangan - - - - 446,725 509,571

II Produksi **) 30.600 1.113.118 2.071.601 1.087.715 2.190.000 2.840.000 98,74 i. PT. Garam (Persero) 4.497 156.713 307.348 156.829 315.000 345.000 93,60 ii. Garam Rakyat 26.103 956.405 1.764.253 930.886 1.875.000 2.495.000 99,54 Impor 2.083.285 2.835.755 2.212.507 1.922.269 2.267.095 1.861.850 -3,85

Ekspor 2.064 1.917 2.638 2.849 2.546 1.705 -0,08

III Stok Akhir (891.729) 718.206 1.011.384 (566.819) 921.830 949.861

No. Uraian Tahun Tren (%)

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2010-2015

Gambar 3.1 Kebutuhan Garam Nasional 2015.

Sumber: KKP (2015)

Sebesar 73% dari volume garam industri dikonsumsi oleh Industri kimia (NaCl min. 96%) sehingga dapat dikatakan bahwa Industri Kimia mendominasi kebutuhan total garam untuk industri tahun 2015 sebanyak 1.795.200 ton garam untuk kebutuhan industri dikonsumsi oleh industri kimia diikuti oleh Industri Aneka Pangan, Industri Perminyakan, Penyamakan Kulit, Pakan