• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsumsi Garam Industri

Kebutuhan Garam 2015

3.4 Konsumsi Garam Industri

Pada sub Bab 3.1 sudah dijelaskan bahwa sebagai bahan baku proses produksi, industri membutuhkan garam yang memiliki kualitas khusus, yang memiliki kualitas lebih tinggi dibanding garam konsumsi rumah tangga, dan memiliki spesifikasi yang berbeda pada masing-masing jenis industri yang menggunakan. Berdasarkan Permenperin 88/M-IND/PER/10/2014:

Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 134/M-IND/

PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Garam, Garam industri didefinisikan sebagai garam yang digunakan sebagai bahan baku/penolong pada proses produksi.

Penggunaan garam industri secara detil dijelaskan sebagai berikut:

a. Konsumsi Garam pada Industri Farmasi

Industri farmasi merupakan industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan khasiat, keamanan dan mutu dalam dosis yang digunakan untuk tujuan pengobatan. Karena menyangkut soal nyawa manusia, industri farmasi dan produknya diatur secara ketat. Industri farmasi di Indonesia diberlakukan persyaratan yang diatur dalam CPOB. Garam farmasi merupakan garam dengan kualitas tertinggi dengan kadar NaCl > 99,5 % serta dengan kandungan pengotor

Gambar 3.3 Penggunaan Garam.

Sumber: EUsalt (2016)

seperti Ca dan Mg <50 ppm, sulfat <150 ppm serta tidak adanya logam berat lainnya (Rismana, 2014). Berdasarkan informasi dari Kementerian Perindustrian, saat ini industri masih sangat tergantung pada bahan baku impor. Bahkan, hampir 95% Bahan Baku Obat (BBO) masih dipenuhi dari impor. Salah satu bahan baku obat yang masih dipenuhi dari impor adalah garam farmasi. Garam farmasi merupakan bahan baku yang banyak digunakan dalam industri farmasi yakni antara lain sebagai bahan baku infus, produksi tablet, pelarut vaksin, sirup, oralit, cairan pencuci

NaCL

SodaAbu Soda

Kostik

Lain-lain

Klorin Farmasi

De-Icing

Garam Meja Konstruksi

Disinfektan

Pewarna Tekstil

Industri Pangan Pengolahan

Air Cat Minyak

Keramik Aluminium

& Metal

Pewarna

Tekstil Sabun &

Deterjen Senyawa

Natrium Pecah Belah

Pulp &

Paper Organik

darah, minuman kesehatan dan lain-lain. Kebutuhan garam farmasi masih dipenuhi dari impor dikarenakan belum adanya industri lokal yang dapat memproduksi garam farmasi dengan spesifikasi yang tepat.

b. Konsumsi Garam pada Industri Kimia

Lebih dari 70% kebutuhan garam industri diserap oleh industri kimia.

Salah satu jenis Industri kimia adalah industri kimia dasar yang memproduksi Caustic Soda. Industri ini banyak menyerap garam dalam proses produksinya. Caustic Soda sendiri merupakan bahan baku dasar yang digunakan dalam beragam industri antara lain (Sumber: Asahimas Chemical, 2016):

- Pulp dan Kertas:

Industri ini merupakan pengguna Caustic Soda terbesar di dunia dimana caustic soda digunakan sebagai bahan baku untuk proses pulping, bleaching dan de-inking sisa kertas.

- Tekstil:

Caustic Soda digunakan untuk memproses katun dan pewarnaan serat sintetis seperti nilon dan polyester.

- Sabun dan Detergen:

Caustic Soda digunakan dalam proses saponification yaitu proses kimia yang merubah vegetable oil menjadi sabun. Pada industri detegen, caustic soda digunakan untuk membuat anionic surfactants yang merupakan komponen penting dalam produksi detergen dan produk pembersih.

- Minyak dan Gas:

Pada tahap eksplorasi, produksi dan proses dari petroleum gas dan gas alam, Caustic Soda digunakan untuk menghilangkan bebauan tajam yang berasal dari hydrogen sulfide dan mercaptans.

- Industri Pengolah Kimia lainnya:

Caustic Soda digunakan sebagai bahan baku untuk produk sepert plastik, lem, tinta. coating, pelarut dll.

c. Konsumsi Garam pada Industri Aneka Pangan

Garam industri aneka pangan adalah garam yang beryodium maupun tidak beryodium dan digunakan sebagai bahan baku/penolong pada industri aneka pangan untuk memproduksi makanan maupun minuman.

Garam untuk industri aneka pangan diperuntukkan bagi industri mie, bumbu masak, biskuit, minuman, gula, kecap, mentega dan pengalengan ikan (Kemenperin, 2014). Dari hasil FGD dengan perwakilan dari GAPMMI menyatakan bahwa industri ini memerlukan garam dengan

Gambar 3.4 Alur Proses Membran Sel dalam Pembentukan Soda Kostik.

Sumber: Eurochlor (2016)

kualitas tinggi dan merupakan bahan baku yang penting dalam proses produksi walau hanya dibutuhkan dalam kuantitas yang tidak banyak.

Sebagai contoh untuk industri mie, garam digunakan dalam adonan mie dan campuran pada bumbu mie. Menurut Rismana (2014), garam aneka pangan banyak digunakan di industri pangan seperti makanan ringan mempunyai kadar NaCl sekitar 99,00% dengan kandungan kalsium dan magnesium < 200 ppm.

d. Konsumsi Garam pada Industri Penyamakan Kulit

Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolahberbagai macam kulit mentah, kulit setengah jadi (kulit pikel, kulit wetblue, kulit kras) menjadi kulit jadi. Terdapat 4 jenis penyamakan kulit, yaitu penyamakan nabati, penyamakan minyak, penyamakan sintetis dan penyamakan mineral.

Garam dibutuhkan oleh industri penyamakan kulit sebagai bahan baku/

penolong dalam penyamakan mineral. Garam yang digunakan tersebut berupa Garam Krom (Cr) basa yang mempunyai valensi III (Kromium trivalent) (Setiyono dan Yudo, 2014). Garam Krom tersebut harus

memiliki spesifikasi kandungan NaCl minimal 85%. Kromium merupakan unsur terbanyak dalam kulit bumi ke-22 dengan konsentrasi rata-rata 100 ppm. Senyawa-senyawa kromium ditemukan dalam lingkungan, karena erosi batu-batuan yang mengandung kromium dan dapat didistribusikan oleh ledakan gunung berapi. Konsentrasi dalam tanah berkisar antara 1 sampai 300 mg/kg, dalam air laut antara 5 sampai 800 µg/liter, dan dalam sungai serta danau 26 µg/liter sampai 5,2 mg/liter. Kromium diperoleh dari tambang dalam bentuk batu logam (ore) kromit (FeCr2O4) (Kotaś &

Stasicka, 2000).

Proses Penyamakan kulit mineral dibagi menjadi 3 tahap yaitu: Beam house, Tanning, dan Finishing (Iswahyuni, 1997 dalam Hatibi,1998).

Adapun garam industri digunakan pada proses Beam House, yakni pada saat pengawetan; dan pada proses Tanning, yakni saat penyamakan Krom (Setiyono dan Yudo, 2014).

Gambar 3.5 Diagram Alur Proses Penyamakan Kulit Mineral.