• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN KONTRAK OPERAS

B. Kontrak operasi bersama tidak diatur dalam

Guna mempercepat terlaksananya pembangunan ekonomi nasional dalam menuju masyarakat Indonesia yang adil dan makmur materill dan spiritual berdasarkan Pancasila maka perlulah dikerahkan semua dana dan daya untuk mengolah dan membina segenap kekuatan ekonomi potensiil di bidang pertambangan menjadi kekuatan ekonomi riil.37

Indonesia adalah negara yang kaya akan bahan galian38

37

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pertambangan, Bagian Menimbang

38

Bahan galian adalah unsur-unsur kimia mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam batuan termasuk batu-batu mulia yang merupakan endapan-endapan alam, (lihat Pasal 2 angka 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pertambangan).

. Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Hukum Agraria menyatakan bahwa negara memegang kekuasaan penuh atas bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sejalan dengan hal tersebut maka Negara memegang kekuasaan penuh mengenai kuasa pertambangan.

Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Pertambangan menyatakan bahwa kepada perusahaan (PERTAMINA) disediakan seluruh wilayah hukum pertambangan Indonesia, sepanjang mengenai pertambangan minyak dan gas bumi. Kata disediakan tersebut mengandung arti bahwa kepada PERTAMINA hanya disediakan lahan untuk berusaha.Dalam konteks ini berarti hak penguasaan masih berada di tangan Negara.Oleh karena itu Pertamina selaku penerima kuasa hukum pertambangan minyak dan gas bumi dalam menjalankan kegiatan pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi tidak dapat bertindak sebagai pemilik wilayah kuasa pertambangan.39

Mengingat keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh Pertamina untuk melaksanakan pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi secara baik dan efisien, maka oleh Pasal 12 Undang-Undang No 8 Tahun 1971 kepada Pertamina diberikan kekuasaan untuk melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam bentuk kontrak production sharing.40

1. Perkembangan perundang-undangan yang berlaku dan bentuk perjanjian pengelolaan pertambangan minyak dan gas bumi di Indonesia

a. Indische Mijn wet 1899

Indische mijn wet merupakan landasan hukum bagi segala bentuk kegiatan

pertambangan baik itu pertambangan minyak dan gas bumi ataupun pertambangan lainnya. Dengan kata lain tidak ada perlakuan pengaturan khusus terhadap kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi sebagaimana sekarang.41

39

Rudi M Simamora, Op.Cit., hlm. 79. 40

Ibid. 41

Indische mijn wet pada mulanya hanya mengatur kegiatan eksplorasi dan

eksploitasi pertambangan oleh swasta. Pada tahun 1910 indische mijn wet 1899 ini diubah dengan memberikan wewenang kepada Pemerintah (Hindia Belanda) untuk dapat ikut serta dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi pertambangan. Pemerintah dalam melaksanakannya dapat mengusahakan sendiri atau dengan bekerjasama dengan pihak lain.42

Bentuk perjanjian pengusahaan dan pengelolaan minyak dan gas bumi berdasarkan Undang-Undang ini adalah konsesi (conssesion).Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan konsesi sebagai ijin untuk membuka tambang. Dalam perjanjian konsesi kontraktor diwajibkan untuk membayar pajak tanah (vast recht) untuk setiap hektar areal konsesi yang diberikan dan royalti seberas 4% dari produksi kotor.Dalam menjalankan konsesi kontraktor memiliki wewenang manajemen penuh dan minyak yang dihasilkan sepenuhnya menjadi milik kontraktor karena pembayaran royalti dianggap sebagai pembayaran atas minyak yang dihasilkan kepada pemilik.Konsekuensinya adalah pemerintah tidak mempunyai akses dan kemampuan untuk menentukan dan mengendalikan harga jual dan ketersediaan minyak di dalam negeri atas minyak yang dihasilkan.43

b. Undang-Undang Nomor 44 PRP Tahun 1960 tentang Petambangan Minyak dan Gas Bumi

Sejalan dengan pokok pikiran Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yaitu bumi, air dan kekayaan alam adalah milik segenap bangsa Indonesia dan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,

42

Ibid. 43

maka Undang-Undang Nomor 44 PRP Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi ini mensyaratkan hanya negara yang memiliki kuasa untuk pengusahaan minyak dan gas bumi yang dalam pelaksanaannya dikerjakan oleh perusahaan Negara. Maka pemerintah dengan berlandaskan Undang-Undang ini melakukan renegoisasi konsesi yang telah diberikan dan masih berlaku dengan

Caltex, Shell dan Stanvac.Hasil dari renegoisasi tersebut adalah kontrak konsesi

menjadi kontrak karya dengan ketiga perusahaan tersebut.44

Pasal 1 angka 1 keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1614 Tahun 2004 tentang Pedoman Pemrosesan Permohonan Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara dalam Rangka Penanaman Modal Asing menyebutkan pengertian kontrak karya, yaitu perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan berbadan hukum Indonesia dalam rangka penanaman modal asing untuk melaksanakan usaha pertambangan bahan galian, tidak termasuk minyak bumi, gas alam, panas bumi, radio aktif, dan batu bara.45

1) Manajemen ada di tangan kontraktor.

Prinsip-prinsip dasar kontrak karya adalah sebagai berikut :

2) Semua peralatan yang dibeli kontraktor tetap menjadi milik kontraktor sampai berakhirnya masa penyusutan.

3) Pembagian hasil didasarkan pada hasil penjualan minyak dan gas bumi dengan perbandingan 60% untuk Negara dan 40% untuk kontraktor setelah terlebih dahulu dikurangi biaya-biaya.

44 Ibid. 45

4) Kepemilikian atas minyak dan gas bumi yang dihasilkan berada di tangan Negara.

5) Kontrak karya mulai berlaku setelah setelah disahkan dengan undang- undang.

c. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Pertambangan

Menjalankan amanat Pasal 3 Undang-Undang Nomor 44 PRP Tahun 1960 tentang Petambangan Minyak dan Gas Bumi yang menyatakan bahwa pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi dikerjakan oleh perusahaan Negara maka untuk memberikan landasan hukum yang kuat dan pasti atas pendirian perusahaan Negara tersebut maka dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Pertambangan.46

1) Pertamina didirikan untuk menjalankan pengusahaan minyak dan gas bumi yang meliputi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, pemurnian dan pengolahan, pengangkutan dan penjualan, dan bidang-bidang lain sepanjang masih ada hubungannya dengan pertambangan minyak dan gas bumi.

Prinsip-prinsip dasar yang diatur dalam Undang-Undang No 8 Tahun 1971 tentang Pertambangan adalah sebagai berikut :

2) Kepada Pertamina diberikan kuasa pertambangan atas seluruh wilayah hukum pertambangan Indonesia, sepanjang mengenai pertambangan minyak dan gas bumi.

46

3) Pertamina dapat bekerja sama dengan pihak lain dalam menjalankan pengusahaan ekplorasi dan eksploitasi pertambangan minyak dan gas bumi dalam bentuk kontrak production sharing.

4) Mengatur struktur perusahaan, permodalan, kepengurusan, dan pembukuan sedemikian rupa sehingga dapat menjamin penyelenggaraan pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi sesuai dengan semangat perundang-undangan yang berlaku.

d. Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi Sejak berlakunya UU MIGAS dan Peraturan Presidem Nomor 9 Tahun 2013 tentang Peyelenggara Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, kegiatan pengawasan dan pembinaan kontrak kerja sama bagi hasil (PSC) yang sebelumnya merupakan bagian dari tanggung jawab pertamina dialihkan ke badan pelaksana (SKK MIGAS).47

1) Membina kerja sama dalam rangka terwujudnya integrasi dan sinkronisasi kegiatan operasional kontraktor kontrak kerja sama

Sesuai Pasal 12 UU MIGAS, dalam menjalankan tugasnya badan pelaksana memiliki wewenang :

2) Merumuskan kebiajakan atas anggaran dan program kerja kontraktor kontrak kerja sama

3) Mengawasi kegiatan utama operasional kontraktor kontrak kerja sama 4) Membina seluruh asset kontraktor kontrak kerja sama yang menjadi

milik negara

47

5) Melakukan kordinasi dengan pihak dan/atau instansi terkait yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan usaha hulu.

UU MIGAS menyatakan bahwa kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi dilaksanakan dan dikendalikan melalui kontrak kerja sama (KKS). Kontrak kerja sama adalah kontrak bagi hasil atau bentuk kerja sama lain dalam eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi.48

2. Bentuk-bentuk kontrak kerja sama pada pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi antara badan pelaksana dengan badan usaha atau badan usaha tetap di Indonesia

Bentuk- bentuk kontrak kerja sama pada pengusahaan minyak dan gas bumi di Indonesia, diantaranya :

a. Kontrak production sharing (production sharing contract) b. Kontrak bantuan teknis (Technical assistance contract) c. Usaha patungan (joint venture)

d. Kerja sama operasi bersama (joint operating arrangement) e. Badan operasi bersama (joint operating body)

f. Kontrak enchanced oil recovery (EOR)

g. Kontrak operasi bersama (joint operating agreement)

Karakteristik industri perminyakan adalah padat modal, resiko tinggi dan merupakan penanaman modal jangka panjang. Oleh karena itu, pada umumnya pelaksanaan operasi minyak dan gas bumi tidak dilaksanakan secara tunggal oleh badan usaha atau badan usaha tetap yang telah mendapatkan kontrak kerja

48

samaterlebih dahulu dengan badan pelaksana pengusahaan minyak dan gas bumi. Untuk membagi resiko dan biaya yang besar tersebut baisanya akan dibentuk semacam konsorsium untuk membentuk suatu kerja sama turunan pada pengusahaan minyak dan gas bumi.49

Joint operating agreement (kontrak operasi bersama) merupakan salah

satu cara untuk mewujudkan kerja sama melalui konsorsium tersebut. Peraturan perundang-undangan mengakomodir untuk dilibatkannya pihak lain dalam operasi perminyakan, baik melalui pengalihan, penyerahan, ataupun pemindahtangan seluruh maupun sebagian hak dan kewajibannya (participating interest) kepada pihak lain setelah mendapatkan persetujuan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), berdasarkan pertimbangan SKK MIGAS.50

C. Kontrak Operasi Bersama Tunduk pada Asas Kebebasan Berkontrak