• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan setelah memperoleh kesimpulan adalah sebagai berikut :

1. Kontrak operasi bersama merupakan kontrak yang dalam prakteknya sudah banyak diterapkan dalan kontrak kerja sama kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi. Namun demikian, pengaturan mengenai kontrak operasi bersama belumlah jelas diatur oleh peraturan perundang-undangan di Indonesia. Mengingat kontrak operasi bersama sudah kerap kali digunakan dalam kontrak upstream minyak dan gas bumi maka alangkah lebih baik jika ada peraturan perundang-undangan yang mengatur secara jelas mengenai kontrak operasi bersama (joint operating agreement)

2. Tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan operasi yaitu dalam hal pembiayaan, pengadaan barang dan jasa, dan juga bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang kemungkinan akan terjadi sesuai saham masing- masing, tetapi dalam hal ini pihak yang bertanggungjawab dalam pelaksanaannya adalah pihak operator. Para pihak harus memenuhi tanggung jawab di awal produksi agar rencana anggaran produksi dapat terlaksana dengan baik. Para pihak harus memperhatikan dampak dan memperhitungkan risiko pelaksanaan operasi terhadap lingkungan pada saat pembuatan kontrak sehingga dalam hal terjadinya kerusakan lingkungan masalah pertanggungjawaban bukan lagi hal yang rumit. Dengan pelaksanaan operasi yang sedemikian rumit para pihak harus melakukan pengawasan terhadap operator dengan baik melalui komisi operasi. Pihak operator juga harus

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik sesuai dengan skenario produksi yang disepakati dalam rencana anggaran produksi. Dalam hal pelaksanaan operasi memerlukan tindakan diluar dari ketentuan yang disepakati dalam skenario produksi, operator harus menanyakan keputusan para pihak melalui rapat komisi operasi sebelum melakukan tindakan di luar rencana anggaran.

3. Operator adalah pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan operasi, karena itu batasan pertanggungjawaban operator dalam hal terjadinya kerugian sebagai akibat dari pelaksanaan operasi harus ditentutakan dengan jelas. Sebaiknya dalam kontrak ditentukan dengan jelas mengenai kelalaian berat/kesalahan disengaja (gross negligence/willful misconduct) dan kerugian tidak langsung (consequential damages) sehingga bilamana terjadi kerugian pada pelaksanaan operasi, akan lebih mudah untuk menentukan kerugian yang terjadi merupakan kelalaian berat ataupun kesalahan disengaja dari pihak operator atau kerugian tersebut merupakan kerugian tidak langsung dari pelaksaan operasi. Mengenai penerapan prinsip fiduciary duty terhadap JOA (joint operating agreement) atau kontrak operasi bersama juga haruslah ditentukan dan dibatasi dengan jelas, supaya masalah pertanggungjawaban dapat diketahui dengan mudah.

BAB II

PENGATURAN KONTRAK OPERASI BERSAMA PERUSAHAAN MINYAK DAN GAS BUMI

A. Pengertian Kontrak Operasi Bersama

Investasi minyak dan gas bumi tidak saja memerlukan dana yang sangat besar tetapi juga penuh resiko dan ketidakpastian. Tentunya tidak mengherankan apabila suatu proyek minyak dan gas bumi digarap oleh beberapa IOC (international oil company). Bagi IOC, turut serta dalam bentuk kemitraan juga dimaksudkan untuk mengoptimalkan portofolio mereka yang menyebar di mancanegara.26Kontrak minyak dan gas bumi seperti konsesi, PSC (production

sharing contract), service contract merupakan perjanjian yang mengatur hak dan

kewajiban pemerintah dengan perusahaan minyak dan gas bumi, sedangkan perjanjian kemitraan sesama perusahaan minyak dan gas bumi (joint venture

agreement) mengatur kesepakatan berupa hak dan kewajiban sesama perusahaan

minyak dan gas bumi.27

Perusahaan minyak dan gas bumi biasanya membuat perjanjian awal di antara sesama perusahaan minyak dan gas bumi sebelum memulai negosiasi dengan negara tujuan untuk suatu proyek minyak dan gas bumi.Perjanjian ini biasa disebut area of mutual interest (AMI).Perjanjian AMI merupakan instrument dimana perusahaan minyak dan gas bumi sepakat melakukan operasi tertentu atau usaha bersama dalam satu kelompok pada suatu wilayah yang

26

Benny Lubiantara, Ekonomi Migas, Tinjauan Aspek Komersial Kontrak Migas (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2012), hlm. 32.

27 Ibid.

ditetapkan sebagai wilayah kepentingan bersama. Kesepakatan yang tertuang dalam AMI ini merupakan komitmen para pihak untuk bekerja sama dalam memperoleh suatu proyek minyak dan gas bumi.28

Kontrak operasi bersama sering disebut juga sebagai perjanjian operasi bersama, yaitu kontrak dimana dua atau lebih pihak mengikatkan diri untuk mengerjakan kegiatan usaha untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi suatu wilayah untuk menemukan hidrokarbon.

Ketika konsorsium IOC mendapatkan suatu wilayah kerja, selanjutnya dibuat kontrak perjanjian operasi bersama atau joint operating agreement (JOA) yang tidak lain adalah perjanjian kesepakatan operasional sesama pihak-pihak yang terlibat.

29

Kontrak operasi bersama merupakan landasan penting sebagai titik awal dari perjanjian yang berkaitan dengan bisnis minyak mentah dan produksi gas alam, pengolahan, penjualan dan pengangkutannya.30

Kontrak operasi bersama merupakan kontrak jangka panjang. Perkembangan kolaboratif yang akan dilakukan bersama antara para pihak dalam perusahaan dan meliputi kepentingan pemerintah untuk berbagi biaya dan resiko tinggi yang tak terelakkan dalam eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi akan membutuhkan waktu yang sangat panjang. Para pihak dalam kontrak operasi bersama sering dilatarbelakangi hukum, budaya, dan politik yang berbeda-beda, oleh karena itu kontrak operasi bersama akan menentukan standar operasional 28 Ibid., hlm. 31. 30

umum berdasarkan jurisdiksi yang disepakati bersama, untuk diaplikasikan pada pelaksanaan kontrak operasi bersama.31

Kontrak operasi bersama dapat dilakukan dengan membentuk konsorsium oleh kontraktor, dapat juga terjadi dengan carafarm-out, dan unitisasi. Perbedaannya adalah32

1. Cara bergabungnya para pihak. dalamfarm-out salah satu pihak mendapatkan haknya karena adanya pengalihan sebagian hak dari pihak lainnya, dalam perjanjian operasi bersama para pihak sudah mempunyai hak dan kepentingan yang jelas dalam operasi, sedangkan dalam unitisasi terjadi karena kondisi tertentu misalnya kesamaan wilayah operasi sehingga oleh undang-undang diperintahkan untuk mengerjakan operasi bersama atau kemauan sendiri para pihak setelah memperoleh ijin badan pengawas pertambangan.

:

2. Cara pembiayaan. Dalam farm-out pihak yang memperoleh hak (farmee) membiayai seluruh atau sebagian biaya, dalam perjanjian operasi bersama biaya operasi ditanggung bersama sesuai dengan participating interest, sedangkan dalam unitisasi biaya ditanggung sesuai dengan garis batas dan unit-unit dalam perjanjian.

Ada beberapa model kontrak operasi bersama, diantaranya33

1. AAPL JOA (American Association of Professional Landmen), merupakan model form kontrak operasi bersama yang dikeluarkan oleh American

Association of Professional Landmen

:

31 Ibid. 32

Rudi M Simamora, Op.Cit., hlm. 114. 33

2. AIPN JOA (The Association of International Petroleum Negotiators), merupakan model form kontrak operasi bersama yang dikeluarkan oleh

Association of International Petroleum Negotiators

3. CAPL JOA (The Canadian Association Of Petroleum Landmen), merupakan model form kontrak operasi bersama yang dikeluarkan oleh The Canadian

Association Of Petroleum Landmen

4. OGUK JOA (The Oil And Gas UK Limited), merupakan model form kontrak operasi bersama yang dikeluarkan oleh The Oil And Gas UK Limited

5. NPD JOA (Norwegian Petroleum Directorate), merupakan model form kontrak operasi bersama yang dikeluarkan oleh Norwegian Petroleum

Directorate

6. RMMLF JOA (Rocky Mountain Mineral Law Foundation), merupakan model form kontrak operasi bersama yang dikeluarkan oleh Rocky Mountain Mineral

Law Foundation

Perjanjian operasi bersama pada kasus pengeboran yang lebih kecil atau saluran tunggal tanah pada umumnya tidak serumit atau sekompleks perjanjian bersama pada unitisasi lapangan (field-wide unitization). Namun, prinsip-prinsip umum, tujuan, dan ketentuan-ketentuan operasi pada semua situasi umumnya adalah sama. Kontrak operasi bersama umumnya mengatur hal-hal berikut ini, tergantung pada keadaan atau ukuran operasi:34

34

Dennis R. Jennings and Horace R. Brock, Petroleum Accounting, Principles, Procedures and Issues 5th Edition (Denton: Professional Develompment Institue, 1996), hlm. 231.

1. Definisi

Mendefinisikan dan memberikan batasan istilah-istilah yang digunakan dalam kontrak perjanjian operasi bersama. Termasuk juga menentukan dan mendefenisikan unit pooled atau unit field-wide, substansi unitisasi, formasi unitisasi, working interest owner, royalty interest owner, dan peraturan dasar lainnya.

2. Pembentukan dan akibat operasi bersama

Bagian single tract of land,35akan menggambarkan biaya-biaya dan hal- hal yang mendukung termasuk properti yang akan dibutuhkan. Dalam kasus

pooled unit or a field-wide unit 36

3. Kepentingan para pihak (participating interest)

,akan menggambarkan sewa mineral,

kepentingan, properti terpisah, wilayah produksi terlibat yang membentuk daerah unitisasi, dan hal-hal lainnya yang berhubungan.

Bagian ini menetapkan participating interest dari masing-masing pihak dalam biaya dan produksi.

4. Rencana operasi

Menggambarkan bagaimana operasi akan dijalankan dalam kontrak operasi bersama, termasuk kegiatan pengeboran, pengembangan program hingga penelantaran. Bagian ini akan menggambarkan secara detail termasuk saluran

35

Single tract of land merupakan kontrak operasi bersama dalam hal pihak yang terlibat dalam operasi bersama adalah pihak yang sedari awal merupakan bagian dari kontrak tersebut dan dalam hal ini hanya memiliki satu wilayah kerja tertentu. Selanjutnya lihat Dennis R. Jennings and Horace R. Brock, Op.Cit.,hlm. 244.

36

Pooled unit or a field-wide unit merupakan kontrak operasi bersama yang terjadi karena adanya penyatuan wilayah kerja ataupun dikenal juga dengan istilah unitisasi.Jadi dalam hal ini terdapat wilayah kerja yang berdekatan ataupun terdapat saluran minyak dan gas bumi yang berada di dalam tanah ternyata saling berhubungan sehingga oleh pemerintah diperintahkan untuk membuat suatu unitisasi ataupun pihak itu sendiri yang berinisiatif untuk mengajukan kontrak operasi bersama. Selanjutnya lihat Rudi M Simamora, Op.Cit.,hlm. 124.

atau unit pengeboran unit, pengeboran sumur pertama, hingga kesepakatan untuk pengeboran dari setiap sumur tambahan.

5. Operator

Bagian yang akan menentukan pihak yang berperan sebagai operator, yaitu pihak yang memiliki kontrol dan pengawasan operasi gabungan. Termasuk bagaimana tata cara pengangkatan atau penunjukan operator.

6. Tugas dan tanggung jawab operator

Bagian ini akan menetapkan tugas dan tanggung jawab operator untuk mengembangkan dan melaksanakan kegiatan operasi gabungan secara efisien. Menggambarkan laporan yang harus diberikan operator kepada non-operator dan otoritas pemerintah, prosedur pengunduran diri atau penghapusan operator, dan menetapkan persyaratan serupa lainnya.

7. Hubungan para pihak

Bagian ini akan memberikan penjelasan mengenai tugas dan kewajiban para pihak, apakah dimaksudkan sebagai tugas dan kewajiban terpisah dalam beberapa sendi atau dikerjakan secara kolektif. Bagian ini juga akan menegaskan bahwa masing-masing pihak bertanggungjawab terhadap setiap tugas dan kewajiban yang ada.

8. Tanggal efektif dan jangka waktu perjajian

Bagian ini menentukan waktu mulai dan masa berlaku kontrak operasi bersama.

9. Alokasi produksi

Bagian ini akan memberikan hak kepada masing-masing pihak untuk mengambil bagian dalam minyak dan gas bumi yang dihasilkan dari daerah operasi. Bagian yang dimaksud adalah berkaitan dengan royalti maupun tanggung jawab atas operasi tersebut.

10.Pajak

Menetapkan bahwa operator akan memayar pajak untuk tiap properti yang dimiliki secara bersama untuk kepentingan tiap-tiap pihak. Pajak dapat juga diberikan secara terpisah oleh para pihak. Bagian ini juga menentukan bahwa para pihak bertanggungjawab dalam pembayaran biaya produksi, cukai, dan pungutan lain berkaitan dengan produksi minyak dan gas bumi.

11.Asuransi

Memberikan penjelasan mengenai asuransi yang dibawa oleh operator, seperti: kompensasi pekerja, kewajiban majikan, kewajiban publik yang komprehensif, dan asuransi lainnya yang berkaitan. Menetapkan batasan jumlah jaminan asuransi, dan tata cara pembayaran premi. Bagian ini juga akan menyatakan bahwa jika operator tidak memenuhi ketentuan diatas, maka operator harus menanggung resiko dan bertanggungjawab atas resiko tersebut.

12.Pembangunan dan biaya operasi

Jika tidak diatur secara khusus, maka operator merupakan pihak yang akan bertanggungjawab membayarkan semua biaya dan beban dalam pengembangan dan pengoperasian pada daerah operasi bersama. Oleh karenanya operator diberikan hak untuk menuntut dan menerima pembayaran dari masing-

masing pihak sesuai dengan participating interest atas biaya yang diperkirakan akan terjadi. Operator tidak diperbolehkan untuk melakukan suatu prosedur atau proyek yang diperkirakan akan membutuhkan biaya yang melebihi perkiraan yang ditetapkan bersama tanpa persetujuan non-operator.

13.Klaim dan litigasi

Memberikan pengaturan bilamana salah satu pihak dalam kontrak digugat karena kegiatan operasi pada wilayah operasi ataupun wilayah saluran operasi yang terikat dalam suatu perjanjian, maka pihak tersebut harus memberikan laporan kepada operator dan semua pihak pada kontrak operasi bersama.Penyelesaian perkara tersebut hanya dapat dilakukan atas persetujuan semua pihak pada kontrak. Semua biaya sebagai akibat dari perkara tersebut akan dianggap sebagai biaya operasi dan ditanggung secara proporsional oleh semua pihak sesuai kepentingan dalam kontrak operasi bersama.

14.Force majeure (keadaan memaksa)

Mengatur bahwa semua kewajiban masing-masing pihak, (kecuali pembayaran uang) akan ditangguhkan sementara apabila ada kondisi tertentu yang tak terelakkan dan diluar kendali. Kondisi tersebut misalnya: kebakaran, perang sipil, bencana alam, peraturan dan hukum yang berlaku, dan hal lain diluar kendali wajar para pihak.

15.Pemberitahuan

Mengatur bagaimana prosedur pemberitahuan resmi yang diperlukan diantara para pihak. Pemberithauan mengenai ketentuan-ketentuan perjanjian

akandiberikan secara tertulis melalui surat kepada pihak sesuai alamat yang terdaftar atau cara lain yang ditetapkan.

16.Ketentuan lain

Selain hal-hal yang sudah disebutkan diatas, kontrak operasi bersama juga dapat mengatur hal-hal lain yang dianggap perlu untuk mengatur hak, tugas, kewajiban, dan tanggung jawab para pihak secara efisien.

B. Kontrak Operasi Bersama Tidak Diatur dalam Perundang-Undangan di Indonesia

Guna mempercepat terlaksananya pembangunan ekonomi nasional dalam menuju masyarakat Indonesia yang adil dan makmur materill dan spiritual berdasarkan Pancasila maka perlulah dikerahkan semua dana dan daya untuk mengolah dan membina segenap kekuatan ekonomi potensiil di bidang pertambangan menjadi kekuatan ekonomi riil.37

Indonesia adalah negara yang kaya akan bahan galian38

37

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pertambangan, Bagian Menimbang

38

Bahan galian adalah unsur-unsur kimia mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam batuan termasuk batu-batu mulia yang merupakan endapan-endapan alam, (lihat Pasal 2 angka 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pertambangan).

. Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Hukum Agraria menyatakan bahwa negara memegang kekuasaan penuh atas bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sejalan dengan hal tersebut maka Negara memegang kekuasaan penuh mengenai kuasa pertambangan.

Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Pertambangan menyatakan bahwa kepada perusahaan (PERTAMINA) disediakan seluruh wilayah hukum pertambangan Indonesia, sepanjang mengenai pertambangan minyak dan gas bumi. Kata disediakan tersebut mengandung arti bahwa kepada PERTAMINA hanya disediakan lahan untuk berusaha.Dalam konteks ini berarti hak penguasaan masih berada di tangan Negara.Oleh karena itu Pertamina selaku penerima kuasa hukum pertambangan minyak dan gas bumi dalam menjalankan kegiatan pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi tidak dapat bertindak sebagai pemilik wilayah kuasa pertambangan.39

Mengingat keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh Pertamina untuk melaksanakan pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi secara baik dan efisien, maka oleh Pasal 12 Undang-Undang No 8 Tahun 1971 kepada Pertamina diberikan kekuasaan untuk melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam bentuk kontrak production sharing.40

1. Perkembangan perundang-undangan yang berlaku dan bentuk perjanjian pengelolaan pertambangan minyak dan gas bumi di Indonesia

a. Indische Mijn wet 1899

Indische mijn wet merupakan landasan hukum bagi segala bentuk kegiatan

pertambangan baik itu pertambangan minyak dan gas bumi ataupun pertambangan lainnya. Dengan kata lain tidak ada perlakuan pengaturan khusus terhadap kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi sebagaimana sekarang.41

39

Rudi M Simamora, Op.Cit., hlm. 79. 40

Ibid. 41

Indische mijn wet pada mulanya hanya mengatur kegiatan eksplorasi dan

eksploitasi pertambangan oleh swasta. Pada tahun 1910 indische mijn wet 1899 ini diubah dengan memberikan wewenang kepada Pemerintah (Hindia Belanda) untuk dapat ikut serta dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi pertambangan. Pemerintah dalam melaksanakannya dapat mengusahakan sendiri atau dengan bekerjasama dengan pihak lain.42

Bentuk perjanjian pengusahaan dan pengelolaan minyak dan gas bumi berdasarkan Undang-Undang ini adalah konsesi (conssesion).Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan konsesi sebagai ijin untuk membuka tambang. Dalam perjanjian konsesi kontraktor diwajibkan untuk membayar pajak tanah (vast recht) untuk setiap hektar areal konsesi yang diberikan dan royalti seberas 4% dari produksi kotor.Dalam menjalankan konsesi kontraktor memiliki wewenang manajemen penuh dan minyak yang dihasilkan sepenuhnya menjadi milik kontraktor karena pembayaran royalti dianggap sebagai pembayaran atas minyak yang dihasilkan kepada pemilik.Konsekuensinya adalah pemerintah tidak mempunyai akses dan kemampuan untuk menentukan dan mengendalikan harga jual dan ketersediaan minyak di dalam negeri atas minyak yang dihasilkan.43

b. Undang-Undang Nomor 44 PRP Tahun 1960 tentang Petambangan Minyak dan Gas Bumi

Sejalan dengan pokok pikiran Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yaitu bumi, air dan kekayaan alam adalah milik segenap bangsa Indonesia dan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,

42

Ibid. 43

maka Undang-Undang Nomor 44 PRP Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi ini mensyaratkan hanya negara yang memiliki kuasa untuk pengusahaan minyak dan gas bumi yang dalam pelaksanaannya dikerjakan oleh perusahaan Negara. Maka pemerintah dengan berlandaskan Undang-Undang ini melakukan renegoisasi konsesi yang telah diberikan dan masih berlaku dengan

Caltex, Shell dan Stanvac.Hasil dari renegoisasi tersebut adalah kontrak konsesi

menjadi kontrak karya dengan ketiga perusahaan tersebut.44

Pasal 1 angka 1 keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1614 Tahun 2004 tentang Pedoman Pemrosesan Permohonan Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara dalam Rangka Penanaman Modal Asing menyebutkan pengertian kontrak karya, yaitu perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan berbadan hukum Indonesia dalam rangka penanaman modal asing untuk melaksanakan usaha pertambangan bahan galian, tidak termasuk minyak bumi, gas alam, panas bumi, radio aktif, dan batu bara.45

1) Manajemen ada di tangan kontraktor.

Prinsip-prinsip dasar kontrak karya adalah sebagai berikut :

2) Semua peralatan yang dibeli kontraktor tetap menjadi milik kontraktor sampai berakhirnya masa penyusutan.

3) Pembagian hasil didasarkan pada hasil penjualan minyak dan gas bumi dengan perbandingan 60% untuk Negara dan 40% untuk kontraktor setelah terlebih dahulu dikurangi biaya-biaya.

44 Ibid. 45

4) Kepemilikian atas minyak dan gas bumi yang dihasilkan berada di tangan Negara.

5) Kontrak karya mulai berlaku setelah setelah disahkan dengan undang- undang.

c. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Pertambangan

Menjalankan amanat Pasal 3 Undang-Undang Nomor 44 PRP Tahun 1960 tentang Petambangan Minyak dan Gas Bumi yang menyatakan bahwa pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi dikerjakan oleh perusahaan Negara maka untuk memberikan landasan hukum yang kuat dan pasti atas pendirian perusahaan Negara tersebut maka dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Pertambangan.46

1) Pertamina didirikan untuk menjalankan pengusahaan minyak dan gas bumi yang meliputi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, pemurnian dan pengolahan, pengangkutan dan penjualan, dan bidang-bidang lain sepanjang masih ada hubungannya dengan pertambangan minyak dan gas bumi.

Prinsip-prinsip dasar yang diatur dalam Undang-Undang No 8 Tahun 1971 tentang Pertambangan adalah sebagai berikut :

2) Kepada Pertamina diberikan kuasa pertambangan atas seluruh wilayah hukum pertambangan Indonesia, sepanjang mengenai pertambangan minyak dan gas bumi.

46

3) Pertamina dapat bekerja sama dengan pihak lain dalam menjalankan pengusahaan ekplorasi dan eksploitasi pertambangan minyak dan gas bumi dalam bentuk kontrak production sharing.

4) Mengatur struktur perusahaan, permodalan, kepengurusan, dan pembukuan sedemikian rupa sehingga dapat menjamin penyelenggaraan pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi sesuai dengan semangat perundang-undangan yang berlaku.

d. Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi Sejak berlakunya UU MIGAS dan Peraturan Presidem Nomor 9 Tahun 2013 tentang Peyelenggara Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, kegiatan pengawasan dan pembinaan kontrak kerja sama bagi hasil (PSC) yang sebelumnya merupakan bagian dari tanggung jawab pertamina dialihkan ke badan pelaksana (SKK MIGAS).47

1) Membina kerja sama dalam rangka terwujudnya integrasi dan sinkronisasi kegiatan operasional kontraktor kontrak kerja sama

Sesuai Pasal 12 UU MIGAS, dalam menjalankan tugasnya badan pelaksana memiliki wewenang :

2) Merumuskan kebiajakan atas anggaran dan program kerja kontraktor kontrak kerja sama

3) Mengawasi kegiatan utama operasional kontraktor kontrak kerja sama 4) Membina seluruh asset kontraktor kontrak kerja sama yang menjadi

milik negara

47

5) Melakukan kordinasi dengan pihak dan/atau instansi terkait yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan usaha hulu.

UU MIGAS menyatakan bahwa kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi dilaksanakan dan dikendalikan melalui kontrak kerja sama (KKS). Kontrak kerja sama adalah kontrak bagi hasil atau bentuk kerja sama lain dalam eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi.48

2. Bentuk-bentuk kontrak kerja sama pada pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi antara badan pelaksana dengan badan usaha atau badan usaha tetap di Indonesia

Bentuk- bentuk kontrak kerja sama pada pengusahaan minyak dan gas bumi di Indonesia, diantaranya :

a. Kontrak production sharing (production sharing contract) b. Kontrak bantuan teknis (Technical assistance contract) c. Usaha patungan (joint venture)

d. Kerja sama operasi bersama (joint operating arrangement) e. Badan operasi bersama (joint operating body)

f. Kontrak enchanced oil recovery (EOR)

g. Kontrak operasi bersama (joint operating agreement)

Karakteristik industri perminyakan adalah padat modal, resiko tinggi dan merupakan penanaman modal jangka panjang. Oleh karena itu, pada umumnya