• Tidak ada hasil yang ditemukan

Koperasi BMI Srikandi Wonosobo: Saling Menguatkan melalui Pemberdayaan Ekonomi Anggota

dengan Remitansi Sosial Tyas Retno Wulan1 , Dalhar Shodiq, Soetji Lestari, dan Rili

Boks 7. Koperasi BMI Srikandi Wonosobo: Saling Menguatkan melalui Pemberdayaan Ekonomi Anggota

Terbentuknya koperasi BMI Srikandi berawal dari diadakannya pelatihan bagi para mantan BMP pada tanggal 3 Desember 2003 selama 2 minggu yang difasilitasi oleh Disnakertrans Kabupaten Wonosobo. Berdasarkan pertemuan itu, tercurah pengalaman para mantan BMP yang merasa senasib sepenanggungan yang akhirnya melalui Disnakertrans dimintakan bantuan pada bagian Pemberdayaan Perempuan untuk difasilitasi, yang akhirnya dibantu oleh Ibu Maria dan Ibu Endang dari Pemberdayaan Perempuan Setda Wonosobo. Akhirnya pada tanggal 22 Desember 2004 dibentuk paguyuban yang diresmikan oleh Ibu Bupati Wonosobo Trm Nhd,yang pada waktu itu diikuti oleh hampir 50 orang mantan BMP se Wonosobo. Misi paguyuban itu adalah meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial kemasyarakatan anggotanya. Untuk itu, setiap tanggal 22 diadakan pertemuan rutin di Gedung Wanita Wonosobo. Namun, seiring berjalannya waktu anggota yang menghadiri pertemuan makin berkurang karena alasan transportasi. Menindaklanjuti hal tersebut maka muncullah ide pembentukan koperasi Srikandi. Maka dalam rangka perwujudan kesejahteraan ekonomi anggota, maka pada tanggal 22-23 Mei 2004 diadakan lokakarya penguatan kapasitas organisasi, dan terbentuklah Koperasi Buruh Migran Perempuan Wonosobo. Pada waktu itu simpanan pokok anggota Rp 200.000,00 dan simpanan wajibnya Rp 5.000,00. Anggotanya berjumlah 31 orang, namun dengan sistem anggota pintu; yang artinya 1 orang yang masuk tetapi memiliki anggota yang lain.

Saat ini koperasi Srikandi tetap berdiri dan setiap tanggal 5 mengadakan pertemuan wajib dan simpan pinjam anggota, dan saat ini memiliki 30 orang anggota pintu. Koperasi Srikandi pernah mendapat bantuan dana sebesar Rp 20 juta dari Pemberdayaan Perempuan dan dijadikan modal usaha sebesar lima juta rupiah perkelompok dan memiliki join/ mitra usaha yaitu: waserda di Kejajar yang menjual sembako, pupuk, dan obat-obatan pertanian, Kelompok Belajar Bersama (menjahit, menjual pakaian, dan konfeksi), pemancingan dan sentra kripik singkong dan kebun salak di Desa Kadipaten.

Saat ini, dana yang dikelola (bergulir dan kas) mencapai Rp 50 juta. Pemberdayaan BMP melalui paguyuban seperti ini juga menarik untuk dikritisi, karena di dalamnya terjadi proses belajar dan transformasi bersama, saling menguatkan, dan juga mengembangkan jejaring sosial. Selama kurun waktu empat tahun sejak terbentuknya,

Migrasi Internasional: Realita dan Perubahan Kesejahteraan

beberapa pelatihan telah diikuti misalnya Pengembangan Usaha Produktif Berbasis Remitansi yang difasilitasi oleh World Bank Ofice di Jakarta pada tanggal 17 Januari 2005, Penguatan Kapasitas Organisasi dengan studi banding ke koperasi Agro Niaga Wonogori, Bimbingan Teknis Pemberdayaan TKI Purna Tugas yang difasilitasi BNP2TKI pada tahun 2005 dan 2006 di Semarang, mengikuti Temu Wicara dan Pameran expo TKI Purna Tingkat Nasional di Semarang pada tanggal 29 November 2006 yang diresmikan oleh Menteri Tenaga Kerja. Sepanjang tahun 2008, anggota koperasi ini juga mendapat kesempatan untuk mengikuti kursus-kursus untuk penguatan kapasitas anggotanya yaitu kursus kecantikan dan potong rambut serta kursus bahasa Inggris selama tiga bulan untuk 31 anggotanya yang difasilitasi oleh Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Satria Purwokerto. Tujuan mereka mengikuti kursus bahasa Inggris juga sangat cerdas dan mulia, mereka ingin memberi kursus pada anak-anak desa di lingkungannya.

Anggota Koperasi Srikandi saat ini memiliki beragam aktivitas. Atk, ketua koperasi, selain sebagai staf administrasi Desa Jlamprang Wonosobo, saat ini memiliki usaha ternak bebek dan budidaya salak pondoh. Karsinah, bendahara koperasi yang dulu bekerja di Singapura selama dua tahun saat ini memiliki usaha warung klontong yang menjual kebutuhan rumah tangga dan alat pertanian serta menjadi pengepul salak pondoh. Sr My, yang dulu bekerja di Hong kong, sekarang bekerja di dinas pertanian Kabupaten Wonosobo dan sedang kuliah lagi di Akademi Pertanian Wonosobo dan memiliki usaha pencucian motor dan mobil. Sukini yang dulu bekerja di Malaysia, kini memiliki aktivitas menjahit dan membuat kerajinan tas dari manik-manik. Afh kini bekerja menjadi guru SD dan telah menamatkan pendidikan strata satunya di IKIP PGRI Wonosobo. Di kawasan Buntu Kejajar, tiga orang anggota koperasi yaitu Twti, Bdti, dan N Hh memiliki usaha waserda dan bertani. Berdasarkan wawancara dan FGD dengan mereka terungkap bahwa dengan adanya koperasi ada proses mereka saling menguatkan, saling mendukung, berbagi pengalaman, dan berbagi bekal pengetahuan. Mereka juga merasakan bahwa dengan adanya koperasi, kemampuan dan kapasitas sumber daya manusia mereka makin meningkat karena ada peluang untuk mengikuti pelatihan, studi banding, kursus, dan lain-lain. Saat ini mereka juga melayani kegiatan kursus menyanyi untu anak-anak, kursus bahasa Inggris tingkat dasar bagi anak-anak, kursus bahasa Inggris bagi calon BMI pada saat pra- pemberangkatan, melayani pesanan salak pondoh, dan melayani pesanan tas dan menjahit.

Koperasi Srikandi memang lebih bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi dan sosial anggotanya. Hal ini sesuai dengan visi dan misinya yaitu untuk mewujudkan anggota paguyuban yang sejahtera dan berhasil di bidang ekonomi dan sosial. Sementara semangat untuk advokasi BMP yang berkasus dan keaktivan untuk mengembangkan jejaring sosial belum terlalu menonjol. Mra MSi, yang kini bertugas di Bapeda Kabupaten Wonosobo dan pada tahun 2004 semasa bertugas di bagian Pemberdayaan Perempuan Setda Wonosobo ikut membidani lahirnya Srikandi sebenarnya berharap bahwa Srikandi bisa menjadi aktivis-aktivis yang memperjuangkan nasib BMP yang berkasus dan tidak hanya bergerak di ”zona aman” mengurus pemberdayaan ekonomi seperti yang selama ini dilakukan. Dalam perspektif Mra, para pengurus Srikandi bukanlah tipe aktivis, kritis, bersifat progresif, namun hanya mencari aman, kurang berani berkonlik. Padahal pada awal pembentukannya, Srikandi diharapkan dapat memperjuangkan kepentingan BMP dan usaha-usaha untuk menuju ke fungsi perjuangan itu sudah banyak dilakukan, misalnya melalui perkenalan dengan para aktivis LSM.

Berdasarkan FGD dengan anggota koperasi terungkap bahwa sebenarnya mereka menyadari bahwa kesadaran berorganisasi di antara anggota masih kurang, dan salah satu faktornya adalah lokasi tempat tinggal yang berjauhan, karena koperasi itu menaungi satu kabupaten yang anggotanya tersebar di 8 kecamatan. Hal ini disiasati dengan upaya pemberdayaan secara berkelompok sesuai tempat tinggal. Misalnya, lima orang anggota di Buntu Kejajar membuat kursus bahasa Inggris secara bersama-sama dan yang di Desa Manggis menjadi sentra pengepul salak. Upaya yang mereka lakukan dalam beberapa hal bisa dikatakan berhasil, karena dengan koperasi itu mereka bisa terus mendesak terus pemerintah (Disnakertrans Kabupaten Wonosobo) untuk lebih memperhatikan aktivitas mereka dengan memberi fasilitas ruang pertemuan dan perabotnya. Dengan organisasi mereka lebih berani untuk menyuarakan hak-haknya, seperti harapan mereka bahwa Disnakertrans lebih memperhatikan nasib mantan BMP Wonosobo.

Migrasi Internasional: Realita dan Perubahan Kesejahteraan Mb, Rm, St Syh, Ns, Mi, Nfh,

Ek, Atk, Koperasi Srikandi dan Paguyuban BMI Seruni adalah potret BMP dan organisasi BMP yang melakukan pergulatan dan proses panjang untuk berhasil memberdayakan diri dan lingkungannya, melakukan proses mengubah status sosial mereka dengan melakukan aktivitas yang berbeda dengan ’image” yang selama ini dibangun orang tentang BMP. Remitansi sosial yang mereka peroleh (pengetahuan, gagasan, dan modal sosial) membuat mereka bisa memiliki kekuasaan yang termanifestasikan dalam bentuk kemampuan mereka untuk melakukan perlindungan atas diri mereka sendiri, memberdayakan diri dan lingkungan, serta melakukan perlawanan terhadap kekuatan negara dan pasar.

KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas, nampak bahwa para BMP

yang proilnya ditampilkan

dalam boks-boks kajian ini, telah menggunakan remitansi sosial yang mereka miliki untuk melakukan aktivitas perlindungan, pemberdayaan, dan perlawanan, untuk mereka; bahkan menjadi agen pembangunan bagi lingkungannya. Kondisi ini sejalan dengan pendapat Sorrensen (2004) yang menyatakan bahwa remitansi sosial dianggap memberikan dampak terhadap relasi dalam keluarga, peran

gender, keas, dan identitas ras seperti halnya remitansi sosial juga memberikan dampak terhadap partisipasi politik, ekonomi, dan agama. Memahami perkembangan remitansi sosial seperti memahami remitansi ekonomi yakni, memahami migrasi sebagai proses sosial, yang para migrannya bisa menjadi agen potensial dalam perubahan ekonomi, politik, maupun sosial. Kondisi ini menjadi penting untuk memikirkan kebijakan yang sesuai dengan kebijakan gender. Hal lain yang penting dikritisi adalah bahwa dalam memanfaatkan remitansi sosial yang mereka peroleh baik secara individual maupun berkelompok (paguyuban dan koperasi) dengan beberapa tipologi pemanfaatan yaitu melakukan aktivitas pemberdayaan di bidang pendidikan formal (menjadi guru); pendidikan nonformal (taman bacaan dan tempat belajar); politik pedesaan (kepala desa), pemberdayaan ekonomi (koperasi) dan advokasi BMP (paguyuban) tidak dilakukan secara instan, namun melalui proses panjang selama mereka bekerja di luar negeri sampai mereka kembali ke tanah air. Pada titik inilah, penulis menyimpulkan bahwa remitansi sosial adalah pengetahuan, gagasan, dan modal sosial yang dimiliki BMP; dan remitansi sosial dapat membuat mereka menjadi perempuan yang mandiri, otonom, dan berdaulat. Buruh Migran Perempuan Melawan Negara dan Pasar dengan Remitansi Sosial

Remitansi sosial, menurut penulis, adalah sebuah proses, yang artinya bahwa remitansi sosial bukan sesuatu barang yang langsung jadi, namun bisa dikondisikan melalui proses. Akan tetapi, proses tersebut tetap membutuhkan peran pihak lain untuk turut serta mendukung remitansi sosial ini. Paguyuban atau koperasi bisa menjadi salah satu cara untuk menyemaikan pengetahuan yang diperoleh agar bisa menjadi remitansi sosial. Selanjutnya, agar para BMP bisa mengembangkan remitansi

sosial mereka, diperlukan peran dan dukungan dari keluarga, masyarakat, Disnakertrans, Setda Pemberdayaan Perempuan, dan LSM buruh migran. Remitansi sosial membuat BMP menjadi perempuan yang mandiri, otonom, dan berdaulat yang artinya bisa menjadi sarana untuk melindungi hak-hak mereka, memberdayakan lingkungannya sekaligus sebagai perlawanan terhadap kekuatan pasar yang memposisikan mereka sebagai komoditas.

DAFTAR ACUAN

Abdullah, Irwan. 2002. “Studi Mobilitas Penduduk: antara Masa Lalu dan Masa Depandalam Tukiran, Abdul Haris, Pande Made Kutanegara, Setiadi (eds.) Mobilitas Penduduk Indonesia Tinjauan Lintas Disiplin, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Yogyakarta

Ann Whitehead. 2003. Failing Women, Sustaining Poverty. Report for the UK Gender and Development Network, London

Aquilar, Filmeno V 2003 ”Global Migration, old form of labor and new transborder class relations Southeast Asian Studies, Vol 41 no 2 September 2003

Milkman, Ruth & Eleanor Townsley. 1994. Gender and the Economy dalam N.J. Smelser & R. Swedberd, R. (Eds.) 1994. The Handbook of EconomicSociology. New Jersey: Princeton University Press.

Arivia, Gadis dan Venny Adriana (ed), 2004 Menggalang Perubahan: Perlunya Perspektif Gender dalam Era Otonomi Daerah. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan (YJP) .

Adi, Rianto 1996 “The Impact of International Labour Migrant in Indonesia.” Thesis submitted in fulillment of requirements the Doctor of Philosophy Degree in Population and Human Resources, Department of Geography the University of Adelaide Australia

Migrasi Internasional: Realita dan Perubahan Kesejahteraan

Bank Dunia 2006 diakses dari http://www.siteresources.worldbank. org.INTIINDONESIA/Resources/fact_sheetmigran_workers_januari 2006

Cassarino, Jean-Pierre. 2004. Theorising Return Migration: A Revisited Conceptual Approach to Return Migrants. EUI Working Papers: RSCAS No. 2004/02.

Caldwell, J.C. 1969 African Rural-Urban Migration: the Movements to Ghana’s Town, ANU Press Canberra

Chant, S. dan S. Radcliffe. 1992 “Migration and Development: The Importance of Gender”. Dalam Gender and Migration inDeveloping Countries. Ed. S. Chant. London and New York: Bellhaven Press. Connel, J, Dasgupta B, Lashley R and Lipton M 1976 Migration from Rural Areas; The Evidence from Village Studies, O.U. P Delhi

Chotim, Erna E dan Citra RS. 2001. “Pinggir dan Pinggiran: Posisi Perempuan Miskin dalam Transisi, Jurnal Analisis Sosial Vol 6 No. 1 Februari, Akatiga Bandung

Curson, Peter. 1981 Remmitances and Migration: the Commerce of Movement dalam Gurdev Singh Gosal dan Gobal Krishan (eds.): Population Geography, A Journal of the Association of Population Geographers of India, Volume 3 numbers 1 one 2, June-Dec.

Clausen, Anne. 2002. “Female Labour Migration to Bangkok:Transforming Rural-Urban Interactions and Social Networks through Globalization”, Asia Paciic Population Journal, Vol 17 No. 3 Cahyono, Imam. 2005 “Wajah Kemiskinan, Wajah Perempuan”, Jurnal Perempuan 42, Juli

Dharmawan, Arya Hadi. 2007. Sistem Penghidupan Pedesaan; Menggali dan Mengenali Sosiologi nafkah (Livelihood Sociology) Mazhab Bogor,

Suplemen MK Sosiologi Ekonomi Pedesaan, Program Studi Sosiologi Pedesaan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Dirjen PPTKLN Depnakertrans RI. 2005. “Membangun Kebijakan Migran Berwawasan Gender”, makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Pengembangan Kebijakan Ketenagakerjaan Migran Berwawasan Gender, Purwokerto 27 April 2005

Ellis, Frank. 2000. Rural Livelihoods and Diversity in Developing Countries,

Oxford University Press

Dwiyanto, Agus and Setiadi. 2002 “International Migration and Its Impact on Regional Development Affair: A Case of Indonesia 4th InternationalAPRMN Conference, Manila 2001 Selected Papers APRMN, University of Wollongong, UNESCO, MOST and Ford Foundation, Working Paper No. 10

Friedman, John. 1992. Empowerment: the Politics of Alternative Development, Blackwell Publisher USA

Fariani Gina. 2001. Analisis Gender dalam Fenomena Migrasi Internasional Tenaga Kerja Indonesia Wanita ke Saudi Arabia: Studi Kasus Desa Kemang Kecamatan Bojong Picung, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skripsi S1 tidak diterbitkan , IPB Bogor

Grieco, Elizabeth. 2004. “Will Migrant Remmitances Continue through Time? A new answer to An Old Question”, International Journal on Multicultural Societies Vol 6, No. 2 UNESCO, ISSN 1564-4901 diakses dari 6/issue2/art 3

Guest, Philip. 2003. “Bridging the Gap: Internal Migration in Asia”, Paper Prepared for Conference on African Migration in Comparative Perspektif, Johannesburg, SouthAfrica 4-7 June 2003

Giddens, Anthony. 2004. The Consequences of Modernity, Polity Press LTD

--- .2009. Problematika Utama dalam Teori Sosial Aksi, Struktur, dan Kontradiksi dalam Analisis Sosial. Dariyatno (Penerjemah) Central Problems in Social Theory. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hatmadji, Sri Harijati. 2004. “Proil Tenaga Kerja Migran Indonesia: Beberapa Karakteristik dan Permasalahannya”. Warta Demograi Tahun 34, No.1 2004

Haris, Abdul. 2000. “Migrasi Global: Suatu Tawaran Kompetisi Alternatif”. Makalah disampaikan di Pusat Penelitian Kebudayaan dan Perubahan Sosial, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Held, David, Anthony McGrew, David Goldblatt, dan Jonathan Perraton. 1999. Global Transformation: Politics, Economics and Culture. California Stanford University Press

Migrasi Internasional: Realita dan Perubahan Kesejahteraan

Hugo, Graeme. 1995. “International Labor Migration and Family : Some Observation from Indonesia.” Asian and Paciic Migration Journal 4(2-3)

---. 2000. “The Impact of the Crisis on International Population Movement in Indonesia”, in BIES Vol. No 2

Huang, S dan Yeoh B S. 2005. “Transnational Families and Their children’s Education: China’s ‘Study Mothers’” dalam Singapore Global Networks 5, 4 (2005) Blackwell Publishing Ltd & Global Networks Partnership

Jary, David dan Julia Jary. 1991. Collins Dictionary of Sociology. Harper Collins Publisher.

Kementrian Pemberdayaan Perempuan. 2005. “Kebijakan Perlindungan Tenaga Kerja Migran yang Berperspektif Gender”. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Pengembangan Kebijakan Ketenagakerjaan Migran Berwawasan Gender, Purwokerto 27 April 2005

Levitt, Peggy. 1996. “Social Remmitances: A Conceptual Tool for Understanding Migration and Development”, Working Paper Series Number 96.04

Mantra, Ida Bagoes. 1995. “Mobilitas Penduduk Non Permanen dan Pembangunan Daerah Asal”, Makalah Seminar Bangga Suka Desa, Yogyakarta 6 Juni

Mantra, Ida Bagoes, Kasto, dan Yeremias Keban. 1998. “Migrasi Tenaga Kerja Malaysia: Determinan, Dampak dan Kebijakan.” Laporan Penelitian Hibah Bersaing VI/I Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 1997/1998. Yogyakarta PPK UGM

Maggard, Kasey. 2004. “The Role of Social Capital in the Remmitances Decisions of Mexican Migrant from 1969 to 2000”. Working Paper Series 2004-29

Massey, Douglas S., J. Arango, G. Hugo, A. Kouaouci, A. Pellegrino, J. Edward Taylor. 1993. “Theories of International Migration: A Review and Appraisal.” Population and Development Review. 19 No. 1 September 1993. 431-466.

---, “An Evaluation of International Migration: the North American Case.” Population and Development

Review. 20 No. 4 Desember 1994 1993. 699-751

Massey, Douglas S. 2003. “Patterns and Process of International Migration in 21st Century.” Paper prepared for Conference on African Migration in Comparative Perspective, Johannesburg, South Africa, 4-7 June, 2003.

Martin, Susan Forbes. 2003. “Women and Migration, Consultative Meeting on Migration and Mobility and How This Movement Affects Women”, United Nations Division for the Advancement of Women 2-4 December 2003

Matsui, Yayori. 2002. Perempuan Asia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sorensen, Ninna Nyberg. 2004. “The Development Dimensions of Migrant Remmitances towards a gendered typology”, paper contributed to the international forum on Remmitances IDB Conference, June 28-30 Washington DC

Sukamdi, et al. 2001. Female Labour Migration in South East Asia: Change and Continuity. Indonesia, Philippines, Thailand and Yunnan (China): PPK UGM and Asia Paciic Migration Research Network Silvey, R. 2006. “Geographies of Gender and Migration: Spatializing Social Difference”, IMR Volume 40 number 1 (Spring 2006)

Wiyono, Nur Hadi. 2003. “Migrasi Internasional Tenaga Kerja: Perspektif Negara Pengirim dan Negara Penerima”. Warta Demograi Tahun 33, No 4

Wulan, Tyas Retno. 2007. “Pengetahuan dan Kekuasaan: Pengetahuan dan Kekuasaan: Penguatan Remitansi Sosial Sebagai Strategi Pemberdayaan Buruh Migran Perempuan Indonesia.” Warta Demograi Tahun ke 37, No 2 2007

---. 2008. “Remitansi Sosial dan Buruh Migran Perempuan.” Kompas 10 Maret 2008

---. 2008. Reinterpretasi Strategi Nafkah Buruh Migran Perempuan, Prosiding Seminar Pengarusutamaan Gender dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam yang Berkelanjutan, kerja sama FEMA IPB dan Kementrian PP, 2008

Migrasi Internasional: Realita dan Perubahan Kesejahteraan

SUARA, Hong Kong Januari 2009

---. 2009. “Penghentian Pengiriman TKI, Menjadi Solusi atau Masalah.” Kompas 20 November 2009

Jurnal Perempuan No 02 Desember 1996-Januari 1997

Kompas, 28 Februari 2006. “Proil Maria Bo Niok, mantan Buruh Migran Perempuan dari Wonosobo”.