• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Peti Kemas

Dalam dokumen BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN (Halaman 33-41)

dioperasikan 24 Jam dalam Sehari dan 7 Hari dalam Seminggu

D. KRITERIA TERMINAL YANG DAPAT MELAYANI ANGKUTAN PETI KEMAS, ANGKUTAN CURAH

1. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Peti Kemas

Peti kemas menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah peti besar dan kuat yang memuat barang dagangan sehingga barang itu dapat sekaligus diangkut. Menurut Capt. R.P. Suyono (Shipping Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui

Laut, Jakarta, PPM, 2003, halaman 179), peti kemas adalah satu

kemasan yang dirancang secara khusus dengan ukuran tertentu, dapat dipakai berulangkali, dipergunakan untuk menyimpan dan sekaligus untuk mengangkut muatan yang ada didalamnya. Menurut pasal 1 ayat 12 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2002 tentang perkapalan, peti kemas adalah bagian dari alat angkut yang berbentuk kotak serta terbuat dari bahan yang memenuhi syarat, bersifat permanen dan dapat dipakai berulang-ulang, yang memiliki pasangan sudut dan dirancang secara khusus untuk memudahkan angkuatan barang dengan satu atau lebih moda transportasi, tanpa harus dilakukan muatan kembali.

Laporan Akhir V - 34

Menurut Kramadibrata (2002), peti kemas adalah suatu bentuk kemasan satuan muatan yang terbaru yang mulai diperkenalkan pada tahun 1960 dan diawali dengan ukuran 20 kaki (twenty feet container). Peti kemas merupakan suatu kotak besar yang terbuat dari bahan campuran baja dan tembaga anti karat dengan pintu yang dapat terkunci dan pada tiap sisi-sisi dipasang suatu “pitting sudut dan kunci putar (corner fitting and twist lock)”, sehingga antara satu peti kemas dengan peti kemas lainnya dapat dengan mudah disatukan atau dilepas.

Amir (1997) menyebutkan bahwa keuntungan penggunaan peti kemas dalam pengangkutan barang melalui laut adalah bongkar muat dapat dilakukan dengan cepat, prosentase kerusakan dan kehilangan barang kecil serta pengawasan oleh pemilik barang (shipper) lebih mudah. Selain keuntungan yang diperoleh dari pengggunaan peti kemas, sesungguhnya peti kemas juga menimbulkan masalah-masalah yang rumit, diantaranya peti kemas yang berkapasitas rata-rata 15-20 ton memerlukan peralatan bongkar muat di darat maupun di atas kapal dengan kapasitas yang sesuai, memerlukan dermaga untuk pelaksanaan bongkar muat serta lapangan penumpukan peti kemas yang luas di wilayah pelabuhan. Peti kemas dengan kapasitas 20 ton memerlukan alat angkut darat pelabuhan seperti trailer dengan kapasitas di atas 20 ton sehingga memerlukan perombakan struktur dan daya tahan jalan raya yang sesuai.

Menurut Triatmodjo (2003), proses bongkar muat peti kemas membutuhkan beberapa fasilitas sebagai berikut:

a. Dermaga, yaitu tambatan yang diperlukan untuk sandar kapal.

Mengingat kapal peti kemas berukuran besar, maka dermaga harus cukup panjang dan dalam dengan panjang antara 250 – 350 meter, sedangkan kedalamannya berukuran 12-15 meter, tergantung dari tipe kapal.

b. Apron

Yaitu daerah diantara tempat penyandaran kapal dengan

Marshaling Yard, dengan lebar sekitar 30-50 meter. Pada

apron ini ditempatkan berbagai peralatan bongkar muat peti kemas seperti gantry crane, rel-rel kereta api dan jalan truk/trailer.

c. Marshaling yard (lapangan penumpukan sementara)

digunakan untuk menempatkan secara sementara peti kemas yang akan dimuat ke kapal.

Laporan Akhir V - 35

d. Container yard adalah lapangan penumpukan peti kemas

yang berisi muatan Full Container Load (FCL) dan peti kemas kosong yang akan dikapalkan. Cara penumpukan dapat mengurangi luas container yard.

e. Container Freight Station (CFS) adalah gudang yang

disediakan untuk barang-barang yang diangkut secara less

than container load (LCL).

f. Menara pengawas digunakan untuk melakukan pengawasan di semua tempat dan mengatur serta mengarahkan semua kegiatan di terminal.

g. Bengkel pemeliharaan digunakan untuk memperbaiki peti kemas kosong yang akan dikembalikan.

h. Fasilitas lain seperti sumber tenaga listrik untuk peti kemas khusus berpendingin, suplai bahan bakar, suplai air tawar, penerangan untuk pekerjaan pada malam hari dan keamanan, peralatan untuk membersihkan peti kemas kosong serta listrik tegangan tinggi untuk mengoperasikan kran.

Pelabuhan (2000) menjelaskan beberapa peralatan bongkar muat peti kemas sebagai berikut:

a. Gantry crane yaitu kran peti kemas yang berada di

dermaga untuk bongkar muat peti kemas dari dan ke kapal container, yang dipasang di atas rel di sepanjang dermaga. Gantry crane juga disebut dengan container

crane.

b. Forklift adalah peralatan penunjang pada terminal peti

kemas untuk melakukan bongkar muat dalam tonase kecil, biasanya banyak digunakan pada CFS serta kegiatan delivery atau interchange.

c. Head truck atau chasis adalah trailer yang digunakan

untuk mengangkut peti kemas dari dermaga ke lapangan penumpulan atau sebaliknya serta dari lapangan penumpukan peti kemas ke gudang CFS atau sebaliknya. d. Straddle carrier, digunakan untuk bongkar muat peti

kemas ke/dari chasis dan dapat menumpuk sampai 3 tingkat.

e. Side loader, digunakan untuk mengangkat peti kemas dan

menumpuknya sampai tiga tingkat

f. Transtainer, yaitu kran peti kemas yang berbentuk portal

dan dapat berjalan pada rel atau mempunyai ban karet. Alat ini dapat menumpuk peti kemas sampai empat tingkat dan menempatkannya di atas gerbong kereta api atau chasis truk.

Laporan Akhir V - 36

Terminal peti kemas adalah terminal dimana dilakukan pengumpulan peti kemas dari hinterland ataupun pelabuhan lainnya untuk selanjutnya diangkut ke tempat tujuan ataupun terminal peti kemas (Unit Terminal Container disingkat secara umum "UTC") yang lebih besar lagi. (Wikipedia)

Pasal 90 ayat 3 butir d UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran bahwa salah satu penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal, penumpang, dan barang adalah penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk pelaksanaan kegiatan bongkar muat barang dan peti kemas.

Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan dalam pasal 99, bahwa pelabuhan laut dapat ditingkatkan kemampuan pengoperasian fasilitas pelabuhan dari fasilitas untuk melayani barang umum (general cargo) menjadi fasilitas untuk melayani angkutan peti kemas dan/atau angkutan curah cair atau curah kering.

Dalam pasal 100 ayat 2 PP 61 Tahun 2009 disebutkan bahwa persyaratan untuk melayani angkutan peti kemas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. memiliki sistem dan prosedur pelayanan;

b. memiliki sumber daya manusia dengan jumlah dan kualitas yang memadai;

c. kesiapan fasilitas tambat permanen untuk kapal generasi pertama;

d. tersedianya peralatan penanganan bongkar muat peti kemas yang terpasang dan yang bergerak (container

crane);

e. lapangan penumpukan (container yard) dan gudang

container freight station sesuai kebutuhan;

f. keandalan sistem operasi menggunakan jaringan informasi on line baik internal maupun eksternal;

g. volume cargo yang memadai.

Dalam peraturan sebelumnya, yakni KM 54 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut, khususnya pasal 22 disebutkan bahwa pelabuhan laut dapat ditingkatkan kemampuan pengoperasian fasilitas pelabuhan dari fasilitas melayani barang secara konvensional menjadi fasilitas pelabuhan untuk melayani peti kemas dan angkutan curah cair maupun curah kering.

Pasal 23 ayat 2 KM 54 Tahun 2002 menjelaskan kriteria fasilitas pelabuhan dari fasilitas melayani barang secara

Laporan Akhir V - 37 Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Peti Kemas Kantor pelayanan peti kemas Dermaga Ketersediaan informasi mengenai sispro pelayanan dalam bentuk manual book

Sispro ditempel kantor pelayanan peti kemas

Lapangan Penumpukan Fasilitas penunjang

Peralatan B/M

Sistem dan Prosedur pelayanan Dukungan IT Ketersediaan Fasilitas Gudang CFS Jaringan informasi online Pembayaran online Sistem B/M

Jumlah dan Jenis Alat

Kpaasitas alat B/M SDM SDM di pelayanan adminitrasi Operator B/M peti kemas

konvensional menjadi fasilitas pelabuhan untuk melayani peti kemas:

a. Memiliki sistem dan prosedur pelayanan;

b. memiliki sumber daya manusia dengan jumlah dan kualitas yang memadai;

c. Kesiapan fasilitas tambat permanen dengan panjang minimal 100 meter dan kedalaman minimal -5 mLWS; d. Tersedianya peralatan penanganan bongkar muat peti

kemas yang terpasang dan yang bergerak antara lain 1 (satu) unit gantry crane dan peralatan penunjang yang memadai;

e. Lapangan penumpukan minimal seluas 2 Ha dan gudang CFS sesuai kebutuhan;

f. Kehandalan sistem operasi menggunakan jaringan informasi on line baik internal maupun eksternal;

g. Pelabuhan telah dioperasikan 24 jam;

h. Volume cargo sekurang-kurangnya telah mencapai 50.000 TEU’s.

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat dilakukan analisis fishbone untuk menentukan aspek yang menjadi kriteria terminal yang dapat melayani angkutan peti kemas yang dapat dilihat pada Gambar 5.6. di bawah ini.

Gambar 5.6. Diagram Fishbone Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Peti Kemas

Laporan Akhir V - 38

Berdasarkan diagram fishbone tersebut, selanjutnya dijabarkan aspek yang dinilai menjadi kriteria terminal yang dapat melayani angkutan peti kemas. Hasil pengolahan opini responden didapatkan bobot masing-masing aspek yang dapat dilihat pada Tabel 5.11. di bawah ini.

Tabel 5. 11 Hasil Pembobotan Kriteria Terminal yang Dapat Melayani Angkutan Peti kemas

No. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Peti kemas

Bobot (%)

1 Memiliki sistem dan prosedur pelayanan 15,81

2 Memiliki SDM dengan jumlah dan kualitas yang memadai 13,95

3 Memiliki kesiapan fasilitas tambat permanen untuk kapal

petikemas 13,27

4 Memiliki peralatan penanganan bongkar muat petikemas yang

terpasang dan bergerak 13,95

5 Memiliki lapangan penumpukan dan gudang CFS sesuai

kebutuhan 13,95

6 Memiliki keandalan sistem operasi menggunakan jaringan

informasi online, baik internal maupun eksternal 15,13

7 Memiliki volume penampungan petikemas yang memadai 13,95

Total 100,00

Sumber : Hasil data primer (diolah)

Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat 2 (dua) aspek yang memiliki bobot yang besar yakni ketersediaan sistem dan prosedur pelayanan serta keandalan sistem operasi menggunakan jaringan online. Ini berarti pengguna jasa terminal peti kemas memerlukan informasi yang jelas dan dapat dilihat secara online mengenai posisi setiap box peti kemas yang dimilikinya sudah sampai proses apa. Sedangkan kelima aspek lainnya juga dinilai penting dengan bobot yang cukup besar juga, yakni fasilitas dermaga, lapangan penumpukan, gudang CFS, peralatan bongkar muat serta SDM yang memadai. Selanjutnya dari ketujuh kriteria dapat dijabarkan lagi menjadi sub kriteria dengan nilai bobot dapat dilihat pada Tabel 5.12. di bawah ini.

Laporan Akhir V - 39 Tabel 5.12. Hasil Pembobotan Sub Kriteria Terminal

yang Dapat Melayani Angkutan Peti kemas

No. Sub Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Peti kemas

Bobot (%)

1 Memiliki sistem dan prosedur pelayanan 15,81

Bentuk sistem dan prosedur pelayanan dalam bentuk dokumen

tertulis 3,13

Untuk setiap bagian pelayanan memiliki prosedur pelayanan

dalam bentuk dokumen tertulis 3,44

Memiliki buku saku dari sistem dan prosedur yang merupakan

ringkasan dari dokumen tertulis 3,13

Sosialisasi sistem dan prosedur pelayanan 2,99

Simulasi sistem dan prosedur pelayanan 3,13

2 Memiliki SDM dengan jumlah dan kualitas yang memadai 13,95

Jumlah personil yang diperlukan dapat dipenuhi 3,58

Kualitas personil dalam menangani angkutan petikemas

berupa sertifikat keahlian 3,58

Memiliki shift pergantian petugas jaga untuk melayani

angkutan petikemas 3,40

Memiliki kantor personil pelayanan angkutan petikemas 3,40

3 Memiliki kesiapan fasilitas tambat permanen untuk kapal

petikemas 13,27

Memiliki tempat sandar khusus kapal petikemas 3,26

Alat bongkar muat yang permanen 3,12

Operator bongkar muat kontainer yang terlatih dan

bersertifikat 3,64

Memiliki peralatan tambat yang sesuai dengan jenis kapal

petikemas 3,26

4 Memiliki peralatan penanganan bongkar muat petikemas yang

terpasang dan bergerak 13,95

Sistem peralatan yang handal dalam masalah bongkar muat 3,32

Kapasitas alat bongkar muat petikemas yang memadai 3,65

Peralatan penanganan bongkar muat selalu dilakukan

Laporan Akhir V - 40 No. Sub Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani

Angkutan Peti kemas

Bobot (%)

Memiliki operator yang terlatih dan bersertifikat 3,65

5 Memiliki lapangan penumpukan dan gudang CFS sesuai

kebutuhan 13,95

Berada di area pelabuhan 2,28

Memiliki luas yang sesuai dengan rencana induk pelabuhan 2,28

Tersedianya fasilitas penerangan pada malam hari 2,28

Pemagaran sekeliling lapangan penumpukan 2,55

Pengamanan lapangan penumpukan 2,28

mempunyai pos penjagaan 2,28

6 Memiliki keandalan sistem operasi menggunakan jaringan

informasi online, baik internal maupun eksternal 15,13

7 Memiliki volume penampungan petikemas yang memadai 13,95

8 Tersedianya alur masuk kapal dengan kedalaman tertentu 13,2

Monitoring kegiatan lalu lintas kapal didaerah tersebut

6,2 Menjadwalkan waktu inspeksi kedalam air dalam jangka

waktu tertentu 6

Total

100,00 Sumber : Hasil data primer (diolah)

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat ditentukan kriteria terminal yang dapat melayani angkutan peti kemas sebagai berikut:

a. Memiliki sistem dan prosedur pelayanan yang dibuat secara tertulis dan dibukukan serta disosialisasikan kepada pengguna jasa pelabuhan;

b. Memiliki keandalan sistem operasi menggunakan jaringan informasi online, baik internal maupun eksternal; c. Memiliki SDM dengan jumlah yang memadai dan

Laporan Akhir V - 41

d. Memiliki kesiapan fasilitas tambat permanen untuk kapal petikemas yang dilengkapi dengan alat bongkar muat yang permanen dan dioperasikan oleh SDM yang memiliki sertifikat keahlian;

e. Memiliki peralatan penanganan bongkar muat petikemas yang terpasang dan bergerak dengan jumlah dan kapasitas yang memadai dan dioperasikan oleh operator yang bersertifikat;

f. Memiliki lapangan penumpukan dan gudang CFS sesuai kebutuhan yang senantiasa dijaga keamanannnya

g. Tersedianya alur masuk kapal dengan kedalaman tertentu sesuai kapasitas pelayanan terminal yang dimilikinya dengan selalu dilakukan monitoring terhadap kedalaman alur tersebut dalam jangka waktu inspeksi yang ditetapkan.

2. Kriteria Terminal Yang Dapat Melayani Angkutan Curah

Dalam dokumen BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN (Halaman 33-41)