• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kurikulum Sebagai Jembatan Meraih Ijazah

Dalam dokumen Buku Belajar Dan Pembelajaran (Halaman 93-98)

DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM

3.1. Pengertian Kurikulum

3.1.1 Kurikulum Sebagai Jembatan Meraih Ijazah

Istilah "kurikulum" memiliki berbagai tafsiran yan dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembang kurikulum sejak dulu sampai dengan dewasa. ini. Tafsiran-tafsi tersebut berbeda-beda satu sama lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin yakni "currculae", artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengerti kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditemp oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh Ijazah.

Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakekatnya merupakan suatu bukti, bahwa siswa telah menempuh suatu Kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ke tempat lainnya

dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.

Pengertian Kurikulum

(Oleh Burhan Nurgiyantoro dalam bukunya Dasar-Dasar Pengembangan Karikalum Sekolah)

Istilah kurikulum semula berasal dari istilah yang dipergunakan dalam dunia taktik curere yang berarti "berlari' . Istilah tersebut erat hubungannya dengan kata curier atau kurir yang berarti penghubung atau seseorang yang bertugas menyampaikan sesuatu kepada orang atau tempat lain. Seseorang kurir harus menempuh suatu perjalanan untuk mencapai tujuan, maka istilah kurikulum kemudian diartikan sebagai orang sebagai suatu jarak yang harus ditempuh (S. Nasution, 1980 : 5).

Dari istilah atletik kurikulum mengalami perpindahan arti kedunia pendidikan. Sebagai misal pengertian kurikulum seperti yang tercantum dalam Webster's Intemational Dktionary " .

Currculum ; Course ; a specified fixed course of study, is in a school or collage. as one leading to degree.

Kurikulum kemudian diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetalman yang ditempult atau dikuasai untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau ijazah. Disamping itu, kurikulum juga diartikan sebagai suatu rencana yang disengaja dirancang untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan. Itulah sebabnya orang pada waktu lalu juga menyebut kurikulum dengan istilah “Rencana Pelajaran" yang merupakan terjemahan istilah Leerplan. Rencana pelajaran merupakan salah satu komponen dalam asas-asas didaktik yang harus dikuasai (atau paling tidak diketahui) oleh seorang guru atau calon guru.

Pengertian kurikulum sebagai yang tercantum dalam kamus Webster yang dikutip diatas, kiranya ada kesesuaiannya dengan perumusan yang dikemukakan oleh Stenhouse berikut : Currkulum is the planned conipesite

effort of any school to guide pupil leaming to ward prederennined learning outcome (Larence Stenhouse, 1976 : 4).

Defenisi-defenisi kurikulum yang bersifat tradisional biasanya masih menampakkan adanya kecenderungan penekanan pada rencana pelajaran untuk menyampaikan mata-mata peiajaran (subject matter) kepada anak didik yang biasanya berisi kebudayaan. (hasil budidaya) masa lampau atau sejumlah ilmu pengetahuan. Anak yang berhasil melewati tahap ini akan atau herhak memperoleh ijazah. Kabudayaan atau sejumlah ilmu pengetahuan yang akan disampaikan tersebut bersumber pada buku-buku yang baik atau dianggap bermutu, sehingga kurikulum terutama dalam hal tujuan instruksional dan pemilihan bahan pengajaran lebih banyak ditentukan atau dipengaruhi oleh buku- buku tersebut.

Dihubungkan dengan kebutuhan pengalaman anak yang diharapkan terpenuhi melalui kegiatan belajar-mengajar sekolah, ternyata hal tersebut kurang menguntungkan karena ia membatasi pengalaman anak dalam proses belajar-mengajar kelas saja dan kurang inemperhatikan pengalaman-pengalaman lain yang diperoleh di luar kelas. Kurikulum yang bersi demikian. hanya menekankan aspek intelektual saja yang harus dikuasai siswa dan mengabaikan aspek-aspek yang lain yang juga sangat berpengaruh dalam perkembangan kejiwaan siswa. Kurikulum macam ini biasanya disebut Subject Centere Curiculum, yaitu kurikulum yang berpusat pada materi pelajaran Sejalan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat, pendirian tradisional mengenai kurikulum tersebut ditinggalkan orang karena dianggap terlalu sempit dan atau paling tidak orang berusaha mencari kemungkinan-kemungkinan baru, sebab pada kenyataanya pula seperti halnya dengan masalah-masalah lain, belum dapat meninggalkan (atau mungkin meninggalkan) sama sekali pendirian tradisonal. dasarkan pendirian diatas, yakni pendirian tradisional, kurikulum dijalankan (mau tak mau) berpusat pada guru atau but Teacher Centered Curiculum. Pandangan yang lebih kemudian ingin mengubah pandangan tersebut dengan memperhatikan minat dan kebutuhan anak, karena anaklah

sebenamya yang menjadi subjek didik. Anak tak boleh hanya dipeerlakukan sebagai objek yang statis, melainkan harus diperhatikan kebutuhannya sesuai dengan perkembangan jiwanya karena itu, terjadilah pergeseran dalam dunia pendidikan dari suject atau teacher centered ke student centered. Kurikulum yang sesuai dengan pandangan terakhir itu disebut Child Centered curiculum. Hal itu terutama disebabkan oleh pengaruh penemuan-penemuan dibidang psikologi. khususnya psikologi kembangan.

Adanya pergeseran tentang kurikulum tersebut juga terlibat pada defenisi-defenisi kurikulum yang dikemukakan orang. misalnya menurut George A. Beauchamp (1964 : 4) kurikulum adalahah "It as all activities of children under the jurisdktion of the school”Dalam pengertian ini kurikulum mencakup segala kegiatan, yang disediakan dan direncanakan sekolah. Konsep lain misalnya mengatakan bahwa kurikulum tidak terbatas pada kegiatan saja, melainkan meneakup seluruh pengalaman yang diperoleh siswa, baik intelektual, emosional, sosial maupun pengalaman galaman yang lain.

Sebagai bahan perbandingan mengenai pengertian kriikulum menurut konsep batu, barikut dikemukakan lagi denisi-defenisi yang lain.

A sequence of potensial experiences it set up in the school for the purpose of disciplining children and yuouth in group ways of thingking and acting (Smith dalam Beauchamp : 5).

atau

Curriculum is all of the planned experiences providedby the school to assist the pupils in attaining children the designated learning outcomes to the best their abilitie (Neagly dalam Lawrence : 4).

David Pratt dalam Curriculum Design and Development (1980 : 4) mendefenisikan kurikulum secara sederhana, yaitu sebagai seperangkat organisasi pendidikan formal atau pusat-pusal latihan. Selanjumya ia membuat implikasi secara lebih ekplisit tentang defenisi yang dikemukakannya tersebut menjadi enam hal. yaitu :

1. Kurikulum adalah suatu rencana atau intentions, ia mungkin hanya berupa perencanaan (mental) saja. tapi pada umumnya diwujudkan dalam bentuk tulisan.

2. Kurikulum bukanlah kegiatan, melainkan perencanaan atau rancangan kegiatan;

3. Kurikulum berisi berbagai macam hal seperti masalah apa yang harus dikembangkan pada diri siswa, evaluasi untuk menafsirkan hasil belajar, bahan dan peralatan yang dipergunakan, kualitas guru yang dituntut dan sebagainya.

4. Kurikulum melibatkan maksud atau pendidikan formal, maka ia sengaja mempromosikan belajar dan menolak sifat rambang tanpa rencana, atau kegiatan tanpa belajar.

5. Sebagai perangkat organisasi pendidikan, kurikulum menyatukan berbagai komponen seperti tujuan, isi. sistem penilaian dalam satu kesatuan yang tak terpisahkan. Atau dengan kata lain, kurikulum adalah sebuah sistem

6. Pendidikan dan latihan dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman yang terjadi jika suatu hal dilalaikan.

Defenisi diatas yang kemudian disertai dengan berbagai implikasinya, dapat memberikan gambaran yang lebih nyata tentang kurikulum, walau mungkin tidak sepenuhnya kita terima atau pahami. Misalnya saja dikatakan bahwa kurikulum mungkin hanya berupa perencanaan secara mental, dalam arti tidak diwujudkan dalam bentuk tertulis. Bagaimana jadinya jika ada (mungkin hanya sebagian) kurikulum yang tidak ditutis, tentunya akan mengundang berbagai permasalahan.

Kurikulum merupakan suatu yang dijadikan pedoman dalam segala kegiatan pendidikan yang dilakukan, termasuk kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam hal ini kita dapat memandang bahwa kurikulum merupakan suatu program yang didesain, direncanakan, dikembangkan dan akan dilaksanakan dalam situasi belajar mengajar yang sengaja diciptakan di sekolah. Atas dasar

hal tersebut, kurikulum kemudian dapat didefenisikan sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu (Winamo Surahmad, 1977 : 5).

Kiranya defenisi tersebut lebih sederhana dan jelas rumusannya. Pendidikan merupakan suatu pendidikan yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu, merupakan program yang direncanakan, disusun dan diatur untuk kemudian dilaksanakan di sekolah melalui cara-cara yang telah ditentukan pula. Jika defenisi diatas diperbandingkan dengan defenisi-defenisi yang dikemukakan lebih dahulu, sebenamya tidak ada perbedaan yang prinsipil. Sentua defenisi yang ditunjuk sama-sama menyebut kurikulum sebagai rencana-rencana kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan siswa yang tentunya dimaksudkan untuk memperoleh sejumlah pengalaman (baca tujuan) tertentu.

Dalam pembkaraan selanjurnya, jika disebut-sebut kurikulum pengertiannya menunjuk pada defenisi yang terakhir diatas.

Dalam dokumen Buku Belajar Dan Pembelajaran (Halaman 93-98)