• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan belajar dalam hubungannya dengan perubahan tingkah laku. Salah satu ciri belajar pada diri seseorang adalah terdapatnya perubahan

Dalam dokumen Buku Belajar Dan Pembelajaran (Halaman 38-47)

3. TUJUAN DAN UNSUR-UNSUR DINAMIS DALAM BELAJAR

3.1. Tujuan belajar dalam hubungannya dengan perubahan tingkah laku. Salah satu ciri belajar pada diri seseorang adalah terdapatnya perubahan

tingkah laku pada dirinya. Adanya perubahan tingkah laku ini menjadikan seorang pembelajar berubah dari suatu kondisi ke kondisi tertentu. Perubahan tingkah laku dalam diri pembelajar umumnya dapat diamati (obsevable). Oleh karena itu, ketika pembelajar mau mengadakan aktivitas belajarnya, perlu merumuskan tujuan belajar buat dirinya sendiri.

Dalam merumuskan tujuan belajar yang terkait dengan perubahan tingkah laku ini, seseorang pembelajar pertama kali haruslah mengenali mengenai dirinya sendiri. Pengenalan terhadap dirinya sendiri ini sangat penting guna merumuskan kebutuhan kebutuhan belajarnya. Pengenalan mengenai diri sendiri ini juga bisa terhindar dari mempelajari sesuatu yang sudah dikuasai, disamping dapat terhindar juga dari mempelajari sesuatu yang tidak dimaksudkan untuk dipelajari.

Tujuan belajar yang dikaitkan dengan perubahan tingkah laku ini mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

a. Jelas siapa yang berubah (dalam hal ini adalah pembelajar sendiri, dan bukan pengajar).

b. Jelas perubahannya, dari tidak bisa sesuatu menjadi bisa sesuatu.

c. Jelas waktunya, yaitu kapan perubahan tingkah laku tersebut berlangsung dan tercapai.

d. Jelas ukuran perubahannya, yang lazim ditunjukkan secara kuantitatif.

e. Jelas cara menghukumya, yaitu perubahan tersebut dapat diukur dengan cara bagaimana.

f. Dirumuskan dengan kata-kata yang kongkrit (observable).

Sebagai contoh, setelah menelaah Bab I, pembelajar dapat menjelaskan 4 ciri-ciri tingkah laku menyimpang secara lisan. Kata pertama, pembelajar, menunjukkan dengan jelas siapa yang berubah tingkah lakunya setelah melakukan aktivitas, dalam hal ini adalah pembelajar bukan pengajar (unsur pertama). Kata-kata dapat menjelaskan menunjukkan terdapatnya perubahan tingkah laku pada diri pembelajar: dari tidak bisa menjelaskan menjadi bisa menjelaskan (unsur kedua). Kata-kata setelah menelaah bab I menunjukkan waktu perubahan (unsur ketiga). Kata-kata 4 ciri-ciri tingkah laku menyimpang menunjukkan ukuran perubahan. Bandingkan misalnya dengan kata-kata: ciri-ciri tingkah laku menyimpang. Kata-kata ini tidak menunjukkan berapa jumlah ciri tingkah laku menyimpang (unsur keempat). Kata secara lisan menunjukkan bagaimana perubahan tingkah laku tersebut diukur. Sebab, pengukuran terhadap bisa tidaknya seseorang menjelaskan secara lisan dan secara tertulis.

membutuhkan cara pengukuran tersendiri. Oleh karena itu, bentuk perubahan tingkah laku tesebut haruslah jelas (unsur kelima). Kata menjelaskan pada rumusan tujuan menunjukkan bahwa ia dapat diamati secara konkrit. Bandingkan misaInya dengan kata memahami, mengerti. merasakan, menikmati. Kata-kata disebutkan terakhir ini tidak dapat diamati (tidak observable).

Bloom dan kawan-kawan (1956) membuat taksonomi tujuan belajar yang terkait dengan perubahan tingkah laku ini. Ia mengkategorisasikan tujuan (bukan memisahkan, karena semestinya tidak untuk dipisah-dipisahkan) menjadi tiga kawasan, ialah kawasan tersebut, masing-masing mempunyai sub kawasan masing-masing yang disusun mulai dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks.

Kawasan pertama, cognitive terdiri dari knowledge, comprehension, applkation, analysis, syntihesis don evaluation. secara berturut-turut akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Knowledge, dapat diartikan dengan pengetahuan. Sub kawasan ini mementingkan aspek ingatan. Oleh karena itu, sub kawasan ini lebih tepat untuk diartikan mengingat terhadap materi-materi yang pernah dipelajari. Mengingat kembali terhadap fakta-fakta yang pernah dipelajari, teori-teori yang pernah ditelaah. dalam kawasan kognitive ini dipandang berada pada tingkat terendah.

b. Comprehension dapat diartikan dengan kemampuan untuk menangkap pengertian mengenai sesuatu. Pada sub kawasan ini, seseorang dapat menterjemahkan sesuatu, mengambil kata lain dari suatu kata atau pengertian, mengambil inti dari suatu bacaaan dan membuat prakiraan-prakiraan.

c. Applkation lazim diberi makna sebagai suatu kemampuan untuk menerapkan apa-apa yang pernah dipelajari ke dalam situasi yang senyatanya. Pada sub kawasan ini, seseorang yang sedang belajar mampu menerapkan, mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori dalam situasi praktis.

d. Analysis adalah suatu kentamptian untuk merinci, menghubungkan, menguraikan rincian dan saling hubungan antara bagian satu dengan bagian lainnya.

e. Synthesis adalah suatu kemamptian untuk menyatukan hal-hal yang tak menyatu menjadi sebuah kesatuan yang utuh. Dengan kemampuan synthesis ini sesuatu yang sebelumnya terbelah-belah terkristal dan kemudian dapat diformulasikan ke dalam forinula yang tak terbelah.

f. Evaluation adalah suatu kemampuan unluk menentukan baik-buruk, berharga-tidak berharga, bernilai-tidak bernilai

mengenai suatu hal. Penentuan tersebut didasarkan atas patokan-patokan yang dilmat pada masa sebelumnya. Kemampuan mengadakan evaluasi ini termasuk jenis kemampuan yang tertinggi dalam kawasan kognitive ini.

Kawasan kedua, affective ineliputi empat sub kawasan berikut: receiving, responding, valuing, organization, characteristization by a value or value complex. Secara berturut-turut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Receiving atau penerimaan, adalah kemampuan seseorang untuk menghadirkan kediriannya pada sebuah even atau stimulus-stimulus yang ia terima. Menghadirkan diri demikian ini, meskipun dalam tataran rendah. telah dapat meliput kesadaran seseorang. Hasil belajar pada sub kawasan ini telah memunculkan sebuah kesadaran yang paling simpel sampai dengan hadimya perhatian yang terpilih.

b. Responding atau pemberian tanggapan. Kemampuan ini relatif febih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan sub kawasan receiving. Jika pada sub kawasan receiving seseorang menghadirkan kediriannya pada sebuah even, maka dalam sub kawasan responding ini seseorang memberikan tanggapan/ respon/jawaban atas even-even yang ia terima.

c. Valuing atau pemberian nilai. Yang dimaksud dengan pemberian nilai di sini adalah memberikan harga terhadap suatu fenomena, benda, kejadian atau even, Sub kawasan ini menjadikan seseorang bisa menerima nilai tertentu dan menunjukkan komitmennya pada nilai tertentu. Oleh karena itu, pada

sub kawasan ini seseoarang tampak tingkatan integritasnya: keajegan, integritas.

d. Organization atau pengorganisasian adalah upaya untuk memadukan berbagai jenis nilai yang berbeda-beda. Dari nilai-nilai yang berbeda tersebut, kemudian dibangun menjadi suatu sistem nilai. Ada semacam sintesa nilai-nilai yang beragam, hingga menjadi suatu kesatuan nilai. Antara nilai satu dengan yang lain dicoba hubungkan. Bila terdapat konflik di antara nilai-nilai tersebut dicoba pecahkan.

e. Characterization of value or value complex atau karakterisasi dengan suatu nilai. Pada sub kawasan ini seseorang mempunyai sistem nilai yang dapat mengendalikan tingkah lakunya dalam kehidupan hingga dapat membentuk gaya hidup yang khas, berbeda dengan orang lain. Hasil belajar pada sub kawasan ini bisa menjadikan seseorang menyesuaikan diri secara personal, sosial dan emosional.

Kawasan ketiga psycomotor, mencakup tujuh sub kawasan dari yang tingkatan terendah hingga tingleatan tertinggi. Ke tujuh sub kawasan ini adalah perception, set, guided respon, mechanism, complex overt respon, adaptation dan origination. Sub-sub kawasan ini dapat d1Jelaskan sebagai berikut:

a. Perception atau persepsi. Yang dimaksud dengan persepsi di sini adalah penggunaan indera untuk memperoleh petunjuk ke arah motorik. Pada sub kawasan ini, seseorang mengindera stimulus-stimulus yang berasal dari lingkungannya guna persiapan untu membimbing aktivitas-aktivitas motoriknya.

b. Set atau kesiapan. Sub kawasan ini meliputi mental set, physkal set dan emotional set. Pada subleawasan ini, seseorang bersedia mengambil tindakan-tindakan berdasarkan persepsinya terhadap stimulus atau fenomena-fenomena yang berasal dari agkungannya.

c. Guided respon atau respon terpimpin. Pada sub kawasan ini seseorang mulai berada pada proses belajar keterampilan yang lebib komplek. Pada sub

kawasan ini seseorang terlibat dalam proses peniruan yang diperformansikan, selanjumya mencoba menggunakan tanggapan dalam menangkap suatu motorik.

d. Mechanism atau mekanisme. Pada sub kawasan ini responrespon yang telah dipelajari oleh seseorang telah berubah menjadi kebiasaan dan gerakan-gerakan yang ditampilkan, dilakukan dengan penuh kepercayaan dan kemahiran.

e. Complex over respons atau respon nyata yang kompleks. Pada sub kawasan ini seseorang yang lagi belajar, melakukan gerakan dengan mudah disamping mempunyai kontrol yang baik. Kadar motorik pada sub kawasan ini relatif cukup tinggi. Sebab, gerakan-gerakan pada sub kawasan ini relatif cepat, cermat termasuk pada hal-hal yang rumit dan tepat meskipun disertai dengan energi yang minimal.

f. Adaptation atau penyesuaian. Yang dimaksud dengan penyesuaian adalah sebuah keterampilan dimana seseorang dapat mengolah gerakan hingga sesuai dengan tuntutan kondisional dan situational, termasuk yang problematis sekalipun.

g. Origination atu penciptaan. Sub kawasan ini termasuk paling tinggi tingkatannya dibandingkan dengan sub kawasan sebelumnya, oleh karena unsur kreativitas sudah masuk di sini. Performansi seseorang yang belajar pada sub kawasan ini umumnya ditandai dengan hal-hal yang serba baru, misaInya membuat pola-pola baru, merancang hal-hal baru.

3.2. Tujuan belajar sebagai pembentukan pemahaman nilai dan sikap. a. Tujuan belajar sebagai sasaran pembentukan pemahaman

Tujuan belajar memang merupakan sasaran bagi pembentukan pemahaman seseorang terhadap hal-hal yang dipelajari. Pemahaman seseorang terhadap hal-hal yang dipelajari, sebutlah saja dunia dengan segala isinya, sangatlah penting artinya bagi pembelajar.

Pemahaman pembelajar tehadap dunia dengan segala isinya tidak saja mendatangkan kepuasan bagi pembelajar, melainkan dapat menempatkan diri pembelajar pada posisi strategik. la akan mempunyai peta dimana ia harus menempatkan diri, ia akan mengetalmi apa yang harus ia pertuat dan apa yang tidak ia perbuat.

Terjadinya bentrokan-bentrokan di dunia, sebenamya disebabkan kurang adanya saling pemahaman di antara mereka. MimbuInya saling curiga, juga dapat disebabkan kurang adanva saling pemahaman. Oleh karena itu terbentuknya pemahaman pembelajaran terhadap sesuatu yang dipelajari, tidak saja bermanfaat bagi dirinya sendiri, melainkan bermanfaat juga bagi linkungannya

Pemahaman seseorang terhadap orang lain, malahan dapat menjadikan seseorang melihat orang lain tidak semata dengan menggunakan perspektif sendiri. la mencoba menangkap seseorang dengan menggunakan perspektif orang yang dipandang. Dengan cara pandangan demikian, ia akan mengenal orang yang dipandang tersebut dalam keadaan yang senyatanya, dan tidak terbatas pada persepsinya sendiri.

Pemahaman terhadap orang lain, juga menjadikan seseorang tidak risau, jika melihat orang lain berbeda dengan dirinya. la. juga sekaligus tidak membuat dirinya agar seperti orang lain, dan sebaliknya tidak menuntut orang lain agar seperti dirinya. la akan menjadi dirinya sendiri, dan memahami jika orang lain juga seperti dirinya.

Singkat kata, pemahaman adalah suatu dasar bagi segala akan seseorang. Ia memberikan kontribusi yang besar bagi sukses tidaknya seseorang. Lebih jauh pemahaman menjadikan seseorang saling mengerti, dan lehih lanjut lagi saling menghargai. Pemahaman sekaligus mencegah timbuInya saling curiga, dan lebih jauh lagi mencegah timbuInya saling bentrokan.

Setiap masyarakat, masyarakat manapun, pasti menganut sebuah nilai, Nilai dinlaksud, adakalanya merupakan produk masyarakat pada kurun waktu yang sejaman dengan mereka. Malahan, pada masa sekarang ini, nilai-nilai yang dianut oleh sebuah masyarakat, dapat merupakan kristalisasi dari hasil dialog antara nilai-nilai yang diwariskan oleh generasi sebelumnya dengan yang sejaman dengan mereka.

Di era globalisasi seperti saat sekarang, sebagai akibat dari melesatnya perkembangan teknologi komunikasi, nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, dapat merupakan kristalisasi hasil dialog antara nilai-nilai yang selama ini dianut dengan nilai-nilai baru yang datang dari dunia luar. Oleh karenanya, nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat dewasa ini semakin beragam.

Dalam belajar, ada nilai-nilai tertentu yang harus diupayakan terbentuk pada diri pembelajar. Nilai-nilai yang dibentukkan pada diri pembelajar tersebut, tentu nilai-nilai luhur yang secara universal dianut oleh hampir setiap masyarakat, disamping nilai-nilai luhur yang spesifik dianut oleh masyarakat dimana pembelajar tersebut berada.

Nilai-nilai luhur yang hampir dianut oleh setiap masyarakat secara universal misaInya adalah: kebenaran, kejujuran, keindaban, kemerdekaan, saling membantu dan memberi manfaat. Sementara nilai-nilai luhur yang dianut oleh masyarakat secara spesifik khususnya di lingkungan pembelajar banyak ragamnya, seberagam jumlah pembelajar.

Disamping tujuan belajar terkait dengan pembentukan nilai, sekaligus juga terkait dengan pembentukan sikap. Terbentuknya sebuah sikap, lazim juga didasarkan atas sehuah nilai. Meskipun nilai bukanlah satu-satunya yang menentukan sikap. Berbedanya nilai-nilai yang dianut oleb seseorang lazim menjadikan penyebab berbedanya seseorang dalam menyikapi sesuatu. Sebab, nilai-nilai yang dianut seseorang turut menentukan persepsi seseorang tentang sesuatu. Pada hal persepsi seseorang terhadap sesuatu lazimnya juga turut menentukan sikap seseorang terhadap sesuatu.

c. Tujuan belajar sebagai sasaran pembentukan, keterampilan-keterampilan personil-sosial, kognitif dan instrumental.

Setiap pembelajar, tentu memiliki kekhasan tertentu yang berbeda dengan pembelajar lain. Oleb karena itu, dalam belaiar seorang pembelajar haruslah mengembangkan kekhasan-kekhasan yang dimiliki. Keterampilan personal yang dimiliki. Keterampilan p.ersonal yang dimiliki oleh pembelajar, haruslah dibentuk dan dikembangkan secara terus menerus. Dengan cara demikian, maka pembelajar akan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan ciri khas atau karakteristik yang ada pada dirinya.

Selain keterampilan-keterampilan personal dibentuk, keterampilan sosial pembelajar juga perlu dibentuk. Pembentukan keterampilan sosial demikian tampak urgensinya manakala dilihat kedudukan pembelajar yang tidak saja sebagai makhluk individu melainkan juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, pembelajar haruslah dapat berinteraksi secara baik dengan lingkungan sosiaInya, sesama manusia. Maka dari itu, pembentukan keterampilan-keterampilan sosial pada diri pembelajar dimaksudkan untuk menyiapkan pembelajar agar dapat hergabung dan berinteraksi secara baik dengan lingkungan sosialnya.

Dengan perkataan lain, jika pembentukan keterampilan personal dimaksud untuk mengembangkan potensi-potensi bawaan yang ada pada diri pembelajar, maka keterampilan sosial antara lain dimaksudkan mengkomunikasikan keterampilan personal yang telah terbentuk dalam lingkungan sosiaInya.

Pembentukan keterampilan kognitif dimaksudkan agar pembelajar secara terus-menerus menimba ilmu pengetahuan, tanpa batas. Keterampilan kognitif pada diri pembelajar menjadikan pembelajar haus secara terus menerus terhadap ilmu pengetahuan. Dengan pengembangan yang terus menerus pembelajar tidak akan ketinggalan dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan yang demikian

pesat. Dengan pembentukan keterampilan kognitif ini maka pembelajar memandang belajar bukan sebagai beban melainkan menjadi sebuah kebutuhan.

Pembentukan keterampilan instrumental pada diri pembelajar, mengarahkan pembelajar sadar pada pembangunan yang sedang digalakkan. Jika keterampilan instrumental ini telah terbentuk pada diri pembelajar, maka pembelajar punya kesadaran yang sedemikian dalam terhadap pembangunan yang sedang dilaksanakan. Dengan demikian ia mengambil bagian secara aktif di dalamnya, dan tidak sekedar sebagai penonton saja. Kesadaran untuk secara terus menerus membangun dirinya sendiri dan membangun masyarakat, lingkungan dan bangsanya adalah sasaran bagi pembentukan keterampilan instrumental ini.

Keterampilan instrumental ini adalah tindak lanjut konkrit dari keterampilan-keterampilan yang ingin dibentuk sebelumnya: keterampilan personal, sosial dan kognitif

Dalam dokumen Buku Belajar Dan Pembelajaran (Halaman 38-47)