• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengembangkan Inovasi, Menciptakan Produk dan Layanan Laboratorium Kesehatan Yang Unggul

LABORATORIUM KESEHATAN

Salah satu yang harus dilakukan oleh wirausaha Laboratorium Klinik atau Kesehatan adalah mengembangkan produk dan jasa yang unggul. Secara umum proses ini adalah proses kreatif dan inovasi yang harus dilakukan oleh wirausaha. Selain itu adanya perubahan yang cepat dalam selera, teknologi dan persaingan yang ketat merupakan suatu kondisi yang menuntut banyak perusahaan yang bersaing memperebutkan peluang pasar baik itu perusahaan yang menghasilkan produk sejenis maupun perusahaan yang menghasilkan produk beragam. Hal ini menuntut wirausaha untuk dapat melahirkan strategi dalam mensiasati pasar dengan peluncuran produk inovasi baru (pioneer product). Seorang wirausaha dapat mengembangkan produk mengikuti strategi umum yang dilakukan oleh perusahaan. Sebuah perusahaan dapat memperoleh produk atau jasa baru lewat dua cara yaitu (Kotler, 1987):

1. Akuisisi, yaitu dengan membeli seluruh perusahaan, hak paten, atau lisensi untuk membuat produk perusahaan lain.

2. Lewat pengembangan produk baru dalam departemen litbang perusahaan sendiri yang berupa pengembangan produk asli, perbaikan produk, modifikasi produk, dan merek.

Para wirausaha khususnya wirausaha baru tentunya tidak diarahkan untuk membeli perusahaan, paten dan lisensi, akan tetapi sesuai dengan teori tersebut, maka salah satu proses dalam mengembangkan produk oleh wirausaha baru adalah mengembangkan produk yang baru yang asli, memperbaiki produk, memodifikasi produk dan bahkan memperbaiki merek.

Perlukah laboratorium kesehatan mengembangkan produk paten?

Istilah paten sering kita dengar banyak dipakai oleh masyarakat luas dan bahkan tak jarang disalah-pahami sebagai padanan dari istilah “hak kekayaan intelektual (HKI)" itu sendiri. Namun sesungguhnya, paten hanyalah salah-satu dari sekian banyak bentuk perlindungan HKI. Paten adalah perlindungan HKI bagi karya intelektual yang bersifat teknologi, atau dikenal juga dengan istilah invensi, dan mengandung pemecahan/solusi teknis terhadap masalah yang terdapat pada teknologi yang telah ada sebelumnya. Invensi paten dapat berupa produk ataupun proses.

Sampai saat ini paten lebih banyak dikembangkan untuk obat-obatan di dunia farmasi dibandingkan dalam pelayanan laboratorium kesehatan. Hal ini diduga dikarenakan

185

kurang memenuhi persyaratan substantive dalam pengajuan paten. Adapun persyaratan substantive untuk bisa mendapatkan paten (patentable) maka suatu invesi harus:

1. Baru

Suatu invensi tidak boleh sudah diungkap/dipublikasikan dalam media manapun - paten/non paten, nasional/internasional - sebelum permohonan patennya diajukan dan memperoleh Tanggal Penerimaan. Jika suatu invensi diajukan permohonannya dan mendapat Tanggal Penerimaan tanggal 2 Januari 2018, maka publikasi tentang invensi tersebut tanggal 1 Januari 2018 akan menggagalkan invensi tersebut untuk mendapatkan paten karena tidak lagi baru.

2. Mengandung Langkah Inventif

Paten hanya akan diberikan untuk invensi yang tidak dapat diduga, atau tidak obvious, bagi orang yang memiliki keahlian di bidang terkait (person skilled in the art). Sebagai contoh, jika masalah teknis yang dihadapi adalah tutup bolpen yang kerap hilang saat dilepas, maka sekadar menyambungkan tutup dan badan bolpen dengan seutas tali tidak akan dianggap mengandung langkah inventif. Tapi solusi berupa mata bolpen yang bisa masuk dan keluar dari bagian dalam badannya dengan menggunakan mekanisme pegas, mengandung suatu langkah inventif.

3. Dapat Diterapkan Secara Industri

Suatu invensi harus dapat dilaksanakan berulang-ulang dengan tetap menghasilkan fungsi yang konsisten dan tidak berubah-rubah. Formula penangkal flu dengan komposisi air perasan sebuah jeruk nipis diaduk bersama satu sendok teh madu saja tidak bisa dikategorikan dapat diterapkan secara industri, melainkan harus diuraikan terlebih dahulu komposisi kimiawinya, karena antara jeruk nipis yang berbeda ukuran, varietas, atau asal tanam bisa saja menghasilkan efek atau khasiat yang berbeda.

Invensi tidak dapat dipatenkan apabila:

pengumuman/penggunaan/pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum, atau kesusilaan; misalnya invensi yang kegunaannya secara spesifik adalah untuk memakai narkoba;

berupa metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan; misalnya metode operasi caesar, metode chemotherapy;

teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika; sehingga rumus matetmatika sehebat apapun tidak bisa dipatenkan oleh siapapun;

semua makhluk hidup, kecuali jasad renik; serta proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali proses non-biologis atau proses mikrobiologis. Karena ada pengecualan paten terhadap mahluk hidup inilah maka perlindungan terhadap varietas tanaman baru hasil pemuliaan diselenggarakan tersendiri melalui Hak PVT.

Orang yang menghasilkan suatu invensi, baik sendirian maupun beberapa orang bersama-sama, disebut dengan istilah inventor. Inventor inilah yang paling pertama berhak mendapatkan hak paten atas invensi yang dihasilkannya. Siapapun di luar inventor yang ingin memiliki hak paten atas invensi tersebut harus terlebih dahulu memperoleh pengalihan hak secara tertulis dari sang inventor. Baik Inventor maupun pihak lain yang menerima pengalihan hak dari inventor merupakan Pemilik/Pemegang Hak Paten (Patentee), yang memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan invensi yang dipatenkan tersebut selama 20 tahun dihitung dari Tanggal Penerimaan. Setelah 20 tahun tersebut, invensi yang dimaksud akan menjadi milik umum (public domain) dan dapat dimanfaatkan oleh siapapun tanpa perlu meminta izin dari si pemegang paten.

Berbeda dengan dunia farmasi yang memiliki banyak paten di produk obat-obatan, sampai saat ini pelayanan kesehatan masih sangat sedikit memiliki hak paten. Kesulitan memenuhi persyaratan paten karena pelayanan jasa Laboratorium Medik lebih kearah menggunakan dan mengembangkan metode yang sudah ada serta hanya mampu berinovasi dalam pengadaan alat baru guna mempercepat pelayanan kepada konsumen. Hal ini merupakan tantangan sekaligus kesempatan emas bagi para pelaku bisnis di bidang pelayanan laboratorium kesehatan untuk melakukan pengembangan produk paten penunjang layanan laboratorium kesehatan sehingga bisnis dapat menjadi lebih maju dan terdepan.

187

Latihan

Untuk memperdalam pemahaman Saudara mengenai materi diatas, kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan mengenai inovasi pengembangan produk dan layanan laboratorium kesehatan!

2) Jelaskan mengapa kreativitas dan inovasi merupakan inti dari kewirausahaan!

3) Jelaskan mengapa inovasi memegang peran penting dalam pengembangan produk dan jasa!

4) Jelaskan usaha pengembangan bisnis Laboratorium Kesehatan! 5) Jelaskan peran paten dalam pengembangan Laboratorium Kesehatan! Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk membantu Saudara dalam mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari kembali materi tentang

1) Inovasi pengembangan produk dan layanan laboratorium kesehatan. 2) Kreativitas dan inovasi.

3) Peran inovasi dalam pengembangan produk dan jasa. 4) Pengembangan bisnis laboratorium kesehatan.

5) Peran paten dalam pengembangan wirausaha laboratorium kesehatan.

Ringkasan

1. Pengembangan usaha membutuhkan kemampuan inovasi dan kreativitas untuk menghadapi tantangan dalam usaha, khususnya untuk menemukan produk dan layanan

yang unggul.

2. Saat ini berbagai hasil inovasi yang didasarkan kreativitas wirausaha menjadi produk dan jasa yang unggul. Wirausaha melalui proses kreatif dan inovatif menciptakan nilai tambah atas barang dan jasa yang kemudian menciptakan berbagai keunggulan termasuk keunggulan bersaing.

3. Salah satu yang harus dilakukan oleh wirausaha Laboratorium Klinik atau Kesehatan adalah mengembangkan produk dan jasa yang unggul. Secara umum proses ini adalah proses kreatif dan inovasi yang harus dilakukan oleh wirausaha.

4. Kesulitan memenuhi persyaratan paten karena pelayanan jasa Laboratorium Medik lebih kearah menggunakan dan mengembangkan metode yang sudah ada serta hanya mampu berinovasi dalam pengadaan alat baru guna mempercepat pelayanan kepada konsumen.

Tes 3

Pilih salah satu jawaban A,B, C, atau D yang menurut Saudara benar.

1) Di bawah ini merupakan faktor penting dalam mengembangkan produk dan jasa dalam bisnis yaitu ….

A. inovasi B. kreatif C. ide D. motif

2) Inovasi harus berlandaskan pada …. A. tujuan

B. kreatif C. ide D. motif

3) Inovasi dan kreativitas merupakan .... A. makna wirausaha

B. makna kewirausahaan C. inti kewirausahaan D. inti kesuksesan

4) Salah satu yang harus dikembangkan oleh wirausaha Laboratorium kesehatan yaitu.... A. berpikir jernih

B. berpikir mendalam

C. pengembangan produk dan jasa yang unggul D. mengikuti tre yang sudah ada

5) Keberhasilan berwirausaha dipengaruhi oleh faktor-faktor di bawah ini, kecuali .... A. kemauan

B. kemampuan C. peluang D. sosial

6) Sebuah perusahaan dapat memperoleh produk dan jasa melalui .... A. konsumen

B. akuisisi

C. ketidaksengajaan D. manajer

189

7) Seorang wirausaha harus dapat melahirkan strategi dalam mensiasati pasar untuk meluncurkan ….

A. tujuan baru

B. produk inovasi baru C. ide baru

D. motivasi baru

8) Tokoh yang mengemukakan tentang cara memperoleh produk dan jasa dalam berwirausaha yaitu ….

A. Kotler B. Zimmerer C. Bygrave D. Meredith

9) Pemilik atau pemegang hak paten disibut sebagai .... A. inventor

B. investor C. pioneer D. direktur

10) Invensi tidak dapat dipatenkan apabila …. A. berupa metode pemeriksaan B. baru

C. mengandung langkah inventif D. dapat diterapkan secara industri

Cocokkanlah jawaban Saudara dengan Kunci Jawaban Tes 3 yang terdapat di bagian akhir Bab I ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara terhadap materi topik 3.

Jumlah Jawaban yang Benar

Tingkat penguasaan = --- X 100 % Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan : 90 – 100 % = baik sekali 80 – 89 % = baik 70 – 79 % = cukup < 70 % = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Saudara dapat meneruskan dengan Bab V. Bagus! Jika masih dibawah 80 %, Saudara harus mengulangi materi Topik 3, terutama bagian yang belum dikuasai.

191

Kunci Jawaban Tes

Tes 1 1. A 2. C 3. A 4. A 5. B 6. B 7. A 8. C 9. D 10. B Tes 2 1. A 2. A 3. D 4. C 5. C 6. C 7. B 8. B 9. B 10. B Tes 3 1. A 2. B 3. C 4. C 5. D 6. B 7. B 8. A 9. A 10. A

Daftar Pustaka

Alma, Buchari. 2007. Kewirausahaan. Alfabeta. Bandung.

Breitzman, A. 2013. Patent Trends among Small and Large Innovative Firms during the 2007-2009 Recession. SBA. Amerika Serikat.

Bygrave, W.D. 1996. The Portable BMA, Entrpreneurship. Terjemahan Diah Ratna Permatasari. Binarupa Aksara. Jakarta.

Greenhalgh, C. A., and M. Rogers. 2006. The value of innovation: the interaction of competition, R&D and IP. Research Policy 35:562–80.

Hisrich, Robert D, Peters, Michael P, dan Sheperd, Dean A. 2008. Kewirausahaan, New York: McGraw-Hill, Penerbit Salemba Empat.

Kotler, Philip. 1987. Manajemen Pemasaran. Edisi Indonesia. Erlangga.Jakarta. Kotler, Philip. 2006. Manajemen Pemasaran Edisi 11. PT. Indeks. Jakarta.

Kumawat, 2009. Modern Entrepreneur and Entrepreneurship. (Theory, Process and Practice). Sunrise Publishers & Distributors. Vaishali Nagar.


Pramita. 2017. Tentang Pramita. PT. Pramita. Jakarta. http://www.pramita.co.id/index.php/tentang-pramita

Prodia. 2017. Due Diligence Meeting and Public Expose: Initial Public Offering PT. Prodia. Jakarta. http://prodia.co.id/Assets/pdf/PresentasiPerusahaan.pdf.

Suryana. 2003. Ekonomi kreatif, ekonomi baru: mengubah ide dan menciptakan peluang. Salemba Empat. Jakarta.

Suryana. 2013. Kewirausahaan: Kiat dan Proses Menuju Sukses, Edisi 4. Salemba Empat. Jakarta.

Triton, P.B. 2007. Entrepreneurship: Kiat Sukses Menjadi Pengusaha. Tugu Publisher. Yogyakarta.


Wibisono, Dermawan. 2006. Manajemen Kinerja. Erlangga.Jakarta.

Whittaker, J.B. 1978. Strategic planning in a rapidly changing environment. Lexington Books. Universitas Michigan.

193

Zimmerer, T.W., N.M. Scarborough. 1996. Entrepreneurship and The New Venture Formation. Prentice Hall International, Inc. New Jersey.

Zoltan J. Acs. 2009. Entrepreneurship, Growth, and Public Policy. Cambridge University Press. New York.